Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kalender

Oleh

image-gnews
Iklan

Lewat tengah malam, ketika kalender diganti, dan orang sadar lebih tua setahun, dan melihat kembali masa 12 bulan yang sebelumnya, dan mencoba berencana untuk tahun 2011, apa yang sebenarnya terjadi? Sebuah mimesis. Mungkin sebuah kelatahan. Orang menirukan orang lain meniup trompet keras-keras, saling menetakkan gelas minum, berteriak, bergembira: hampir semua orang di dunia melakukan itu, saling mengikuti, sebagaimana hampir seluruh dunia orang mengikuti kesadaran umum tentang waktu: waktu sebagai yang dipasang di kalender.

Malam ini saya ingat sebuah sajak T.S. Eliot. Ia menginterupsi mimesis itu. Ia mengingatkan kita bahwa waktu bukan hanya seperti yang ada dalam kesadaran umum yang diterakan dalam penanggalan. Baris-baris pertama dalam sajak Burnt Norton:

Time present and time pastAre both perhaps present in time future

Waktu kini dan waktu lalu, mungkin keduanya ada dalam waktu nanti: waktu mirip arus sungai, mirip alunan sebuah lagu, seperti gerak merpati meluncur di langit. Mengalir, berlanjut, tak terpatah-patah. Tak ada yang berulang. Yang ada adalah perubahan. Tapi berbeda dengan arus sungai, melodi, dan terbangnya burung, waktu merentang dari asal yang tak bisa ditentukan dan menuju masa depan yang tak dapat dipatok.

Dengan kata lain, kita ada dalam waktu yang tunggalandai bisa digunakan kata "tunggal" di situ, sebab sesungguhnya waktu tak bisa diketahui satu atau bukan.

Dalam sajak itu Eliot menghidupkan kembali filsafat Bergson: waktu itu adalah la duree. Waktu sebagaimana yang dibagi-bagi dalam kalender bukanlah waktu yang "nyata", yang kita alami, melainkan waktu yang sudah diubah jadi ruang. Sebagai ruang, ia dapat dipisah petak demi petak.

Manusia melakukan itu untuk mengatur hidupnya dan menguasai sekitarnya: ada satuan-satuan yang mudah dihitung, ada musim, tahun, bulan, hari, jam, detik. Manusia mengurai dan membagi-bagi waktu, seperti dokter mengurai mayat untuk pengetahuan anatomi. Yang diurai tak lagi bergerak, tak lagi hidup dan berubah. Waktu yang hidup segera digantikan oleh waktu matematis. Ia bisa dipakai untuk standar atau pengukur: buat menentukan sumbangan seseorang dalam proses produksi, memprediksi umur barang, atau menentukan masa pensiun.

Kalender dibuat untuk itu. Yang menyusunnya adalah akal yang analitis, juga akal yang bertindak sebagai instrumen untuk mendapatkan hasil.

Tapi malam ini, 31 Desember 2010, dari YouTube saya dengar Bluette, karya lama The Dave Brubeck Quartet. Denting piano Brubeck, bisik alto sax Paul Desmond, seakan-akan merayap dari kanvas Jean Mro, dari warna pastel dan kuasan garis yang penuh lekuk yang lentur.

Sudah berapa kali saya dengarkan lagu ini? Tak saya hitung. Tiap kali saya merasa lebur di sanadalam sebuah proses yang berada di luar detik dan menit, di luar waktu yang setapak demi setapak. Agaknya inilah arus itu, tak berada di sambungan ruang-ruang yang mandek. Komposisi Brubeck hadir sebagai gerak yang tak putus-putusnya memasuki sesuatu yang baru. Inilah agaknya proses kreasi (atau "re-kreasi"): sesuatu muncul atau terjadi bukan mengulang sesuatu yang sebelumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

For the pattern is new in every moment

And every moment is a new and shocking

Di situ kita merasakan "kini" yang tak terhingga, seakan-akan kekal. Meskipun selintas: satu progresi yang akhirnya akan hilang entah ke mana, tapi tak berjalan dalam satu garis lurus dari satu titik ke titik lain. Eliot mungkin melukiskan situasi ini dalam sajak East Cooker sebagai "the intense moment/Isolated, with no before and after/But a lifetime burning every moment".

Mungkin saya harus lebih sering berada dalam "momen yang intens" itu, yang "bersendiri, tanpa ada yang menyusul dan mendahului". Mungkin kita perlu merasakan usia yang berangsur, seraya tiap saatnya menyala, terbakar. Barangkali di saat seperti itu hidup tak kita sadari seperti jalan raya yang akan berakhir pada sebuah nomor kilometer. Barangkali kita perlu menemukan kembali waktu sebelum dipotong-potong bagaikan kadaver untuk praktikum di ruang mayat.

Rasanya dalam momen yang seperti itu, saya bisa lebih bisa bersyukur. Duduk diam. Mendengarkan, dengan mata terpejam. Tanpa kesadaran yang selalu ingin menangkap dan menaklukkan waktu dari luar dirinya, meringkusnya dengan paradigma ruang. "To be conscious is not to be in time," kata sajak Eliot pula. Tanpa kesadaran yang menghitung waktu, kita mungkin bisa lebih membiarkan hidup bersama yang lain bergerak sendiri, tak seperti hewan diburu.

Agaknya itu sebabnya Eliot berkata: "I said to my soul, be still." Ia meminta sukmanya diam. Dalam diam itu, bisiknya, biarlah gelap turun ke arahnya. Bukan gelap yang membuat buta, melainkan gelap yang mengembalikan kita ke kehidupan, mungkin di lubuknya, mungkin di tepinya, di mana kita tak bisa memandang dunia hanya sebagai ruang yang dilihat sepetak demi sepetak. Dalam gelap itu kita bisa mendengarkan hidup sebagai multiplisitas dengan segala arah yang serentak. Eliot menyebutnya "gelapnya Tuhan", "the darkness of God".

Tapi ini 31 Desember. Di luar kamar ini saya lihat sebuah kota yang memajang lampu di gedung tinggi, huruf iklan bercahayakota yang riuh, dengan petasan, kembang api, suara seruan dari masjid, deru knalpot motor, dan klakson mobil, dan trompet kertas, dan musik yang keras, dan orang-orang yang berdansa, dan akhirnya pekik itu, yang diulang tiap orang melewati garis 31 Desember: "Selamat tahun baru!"

Saya memandang kalender di meja, dengan sebuah gambar kota tua. Ia harus saya robek.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bos Apple Tim Cook Kunjungi Apple Developer Academy Binus di Tangerang

15 menit lalu

CEO Apple, Tim Cook (kiri) melambaikan tangan setibanya di  Apple Developer Academy di Green Office Park, BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu 17 April 2024. Kunjungan tersebut dalam rangka rencana Apple membuat pengembangan (offset) tingkat komponen dalam negeri atau TKDN untuk produk-produk buatan Apple. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Bos Apple Tim Cook Kunjungi Apple Developer Academy Binus di Tangerang

CEO Apple Tim Cook kunjungi Apple Developer Academy Binus di BSD City, Tangerang. Sudah memiliki 1.500 lulusan.


Erick Thohir Buka Peluang Naturalisasi Emil Audero, tapi Tak Ingin Memaksa

16 menit lalu

Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan penjaga gawang Inter Milan Emil Audero. Sumber Instagram @erickthohir.
Erick Thohir Buka Peluang Naturalisasi Emil Audero, tapi Tak Ingin Memaksa

Erick Thohir memberi sinyal positif soal rencana naturalisasi penjaga gawang keturunan Indonesia, Emil Audero Mulyadi.


ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

43 menit lalu

Kampus ITB Jatinangor. Dokumentasi: ITB.
ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar bursa kerja selama dua hari 19-20 April 2024 di gedung Sasana Budaya Ganesha.


Ini Prediksi Setlist Konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Siap-siap Nyanyi Bareng!

1 jam lalu

Grup idola K-pop TVXQ yang beranggotakan Yunho dan Changmin.  Foto: Instagram/@tvxq.official
Ini Prediksi Setlist Konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Siap-siap Nyanyi Bareng!

Prediksi setlist konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Sabtu, 20 April 2024 di ICE BSD.


Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

1 jam lalu

Celine Dion menghadiri Grammy Awards 2024 di Los Angeles, California, 4 Februari 2024. Foto: Instagram/@recordingacademy
Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

Film dokumenter I Am: Celine Dion akan tayang di Prime Video pada 25 Juni 2024


Jawab Protes Warga Soal Penutupan Jalan Serpong-Parung, BRIN Akan Sediakan Sentra UMKM di Jalan Lingkar

1 jam lalu

Ratusan warga Kabupaten Bogor dan Kota Tangerang Selatan menutup akses menuju kantor BRIN, Kamis 18 April 2024. TEMPO/Muhammad Iqbal
Jawab Protes Warga Soal Penutupan Jalan Serpong-Parung, BRIN Akan Sediakan Sentra UMKM di Jalan Lingkar

Warga Bogor dan Tangsel memprotes rencana BRIN menutup jalan yang selama ini berada di kawasan lembaga riset itu.


Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

1 jam lalu

Wan Chai, Hong Kong. Unsplash.com/Letian Zhang
Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni


TKN Sebut Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi Saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres

2 jam lalu

Ketua Koordinator Strategis Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Sufmi Dasco Ahmad memberikan keterangan pers di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Jakarta, Kamis, 30 November 2023. TKN Prabowo-Gibran meminta agar tidak ada lagi yang menuding pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres cacat hukum. TEMPO/M Taufan Rengganis
TKN Sebut Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi Saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres

Menurut Dasco, Prabowo juga berpesan kepada para pendukungnya untuk mempercayakan hasil putusan sengketa PHPU Pilpres 2024 ke hakim MK.


Bentuk Laboratorium Bersama dengan Kominfo, Ant Group Jajakan Alipay Plus ke Indonesia

2 jam lalu

Alibaba. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Bentuk Laboratorium Bersama dengan Kominfo, Ant Group Jajakan Alipay Plus ke Indonesia

Kominfo membahas kerjasama dengan Ant Group untuk pembentukan Joint Lab. Alibaba menawarkan Alipay Plus buat UMKM Indonesia.


Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

2 jam lalu

Logo Google. REUTERS
Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

Dalam beberapa bulan terakhir Google telah melakukan PHK sebanyak 3 kali, kali ini berdampak pada 28 karyawan yang melakukan aksi protes.