Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Komunisme

Oleh

image-gnews
Iklan

Jika komunisme adalah masa lalu, ketakutan kepadanya setali tiga uang dengan nostalgia. Tapi haruskah ide ini hanya disikapi demikian, bila ia adalah impian yang tak pernah lapuk oleh cuaca yang berganti?

Kita bersua dengan Gonzalo: tokoh dalam lakon Shakespeare, The Tempest (diterjemahkan Trisno Sumardjo sebagai "Prahara"). Ia penasihat Raja Alonso dari Napoli. Di tengah kelicikan dan tipu-menipu politik, orang tua ini tetap baik hati. Sejak awal lakon kita tahu ialah yang menolong Prospero dan putrinya ketika mereka dihanyutkan ke laut. Ia juga yang merayakan perdamaian di antara para bangsawan yang bertikaiorang-orang serakah dan mendendam yang akhirnya bertemu kembali di pulau yang penuh sihir itu.

Tapi yang penting dalam percakapan kita kini: Gonzalo punya sebuah bayangan tentang masyarakat yang dalam wayang purwa digambarkan oleh ki dalang sebagai gemah ripah loh jinawi, thukul kang sarwo tinandur. Di sana alam menghasilkan apa saja yang dibutuhkan dan orang tak berkekurangan:

nature should produce
Without sweat or endeavour and should bring forth,
Of its own kind, all foison, all abundance,
To feed my innocent people.

Di sana orang tak perlu bekerja, "all men [are] idle." Tak ada perebutan. Tak ada sengketa. Tak ada pengadilan yang menengahi sengketa: "No name of magistrate." Dan dengan demikian tak perlu ada raja yang berdaulat yang menjaga agar peradilan efektif: "No sovereignty."

Dalam kata-kata Marx dua abad kemudian, itulah masyarakat komunis, masyarakat di mana "Negara"sebuah instrumen pemaksaantak dibutuhkan lagi, sebab tak ada lagi konflik di antara kelompok sosial. Tingkat komunisme tercapai, kata Marx, bersama dengan saat Negara "melapuk-lenyap", der Staat stirbt ab.

Bagaimana menyiapkan keadaan yang seperti itu tak dijelaskan Marx. Ia tak hendak menuliskan "resep bagi toko masakan masa depan", seperti dikatakannya dalam pengantar Das Kapital edisi kedua. Memang ada gagasan agar alat-alat produksi dikuasai bersama oleh masyarakat, hingga hasilnya tak terganggu krisis. Tapi haruskah untuk gemah ripah itu manusia mengikuti agresivitas kapitalisme, karenaseperti disebutkan Manifesto Komuniskaum borjuislah yang terbukti berhasil mengubah dunia?

Terry Eagleton, yang menyumbangkan satu tulisan yang segar untuk buku The Idea of Communism yang disusun Costas Douzinas dan Slavoj iek (terbitan Verso, 2010), mengetengahkan satu paradoks.

Di satu pihak, komunisme menghendaki satu tingkat di mana orang dapat "memperoleh sesuai dengan yang dibutuhkannya, dan menyumbang sesuai dengan kemampuannya". Ini berarti satu keadaan sosial yang merupakan, dalam kata-kata Eagleton, "buah produktivitas yang intensif". Di lain pihak, komunisme juga merupakan penentang dari desakan produktivitas yang tak sehat ("patologis") itu: desakan yang kini terbukti merusak alam dan menindas manusia di bawah regimentasi kerja.

Dalam paradoks itu, pemecahan model imajinasi Gonzalo bukanlah melihat manusia sebagai sumber produktivitas. Yang produktif alam. Manusia cuma pasif menampung kedermawanan bumi: "all men [are] idle" seperti telah dikutip tadi. Manusia yang agresif adalah pangkal kekejian, bukan saja terhadap air, pohon, fauna, udara. Manusia jadi tak peka akan nasib tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Bagi Gonzalo yang lembut hati, manusia yang baik adalah manusia yang ramah dan menghargai momen bermain bersama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi komunisme semacam itu, seperti dikatakan Eagleton, bukanlah yang dilahirkan kaum pekerja. Komunisme semacam itu hanya diyakini seorang Oscar Wilde, seniman pesolek yang menyukai hidup sebagai keindahan dan keasyikan: komunisme yang berlangsung antara jamuan makan malam.

Sayangnya, sebuah masyarakat senantiasa hidup dalam kondisi keterbatasan, dan dengan itu mengatasi keterbatasan. Di sini Eagleton mengemukakan satu tokoh lain dari Shakespeare: Lear.

Raja ini meninggalkan takhta yang diperebutkan dengan bengis oleh putri-putrinya. Ia mengembara di tengah alam yang dingin, muram, hampa. Di situ, katanya, pengemis yang paling papa pun seakan-akan berlebih, dan hidup manusia demikian murahnya: "Man's life is cheap as beast's."

Hidup murah di sini berarti hidup yang tak memerlukan banyak. Dari Lear pun kita menyadari makna keterbatasanbukan dari petuah-petuah agama tentang manusia yang daif dan Tuhan yang Akbar, melainkan dari tubuh yang hampir telanjang, tersisih, tak punya apa-apa.

Dari keterbatasan itu terbitlah rasa bersama. Demikianlah raja tua itu menyeru, anehnya dalam keadaan hampir gila, sesuatu yang menggugah, seakan-akan suara khotbah lain dari bukit: "Expose thyself to feel what wretches feel"sebuah seruan untuk solidaritas kepada yang nestapa.

Saya kira lewat kalimat-kalimat dalam King Lear itu Shakespeare berbicara kepada para penonton di teater The Globe, di tepi Sungai Thames, London, di masa ketika ketimpangan sosial awal abad ke-17 begitu tajam. Lewat mulut Lear ia menghujat "orang yang serba berlebih dan hidup dari nafsu" ("the superfluous and lust-dieted man"). Melalui Lear juga ia mengimbau agar kekayaan yang berlimpah ruah itu didistribusikan, hingga tiap orang berkecukupan:

So distribution should undo excess,
And each man have enough

Jika itu adalah ide "komunisme", ia memang lebih tua ketimbang Marx. Dan saya kira, tanpa Marx, seruan Lear dan impian Gonzalo akan berlanjut. Kadang-kadang dengan ketakutan. Kadang-kadang dengan nostalgia.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

26 menit lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Bos Apple Tim Cook Kunjungi Apple Developer Academy Binus di Tangerang

1 jam lalu

CEO Apple, Tim Cook (kiri) melambaikan tangan setibanya di  Apple Developer Academy di Green Office Park, BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu 17 April 2024. Kunjungan tersebut dalam rangka rencana Apple membuat pengembangan (offset) tingkat komponen dalam negeri atau TKDN untuk produk-produk buatan Apple. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Bos Apple Tim Cook Kunjungi Apple Developer Academy Binus di Tangerang

CEO Apple Tim Cook kunjungi Apple Developer Academy Binus di BSD City, Tangerang. Sudah memiliki 1.500 lulusan.


Erick Thohir Buka Peluang Naturalisasi Emil Audero, tapi Tak Ingin Memaksa

1 jam lalu

Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan penjaga gawang Inter Milan Emil Audero. Sumber Instagram @erickthohir.
Erick Thohir Buka Peluang Naturalisasi Emil Audero, tapi Tak Ingin Memaksa

Erick Thohir memberi sinyal positif soal rencana naturalisasi penjaga gawang keturunan Indonesia, Emil Audero Mulyadi.


ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

1 jam lalu

Kampus ITB Jatinangor. Dokumentasi: ITB.
ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar bursa kerja selama dua hari 19-20 April 2024 di gedung Sasana Budaya Ganesha.


Ini Prediksi Setlist Konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Siap-siap Nyanyi Bareng!

2 jam lalu

Grup idola K-pop TVXQ yang beranggotakan Yunho dan Changmin.  Foto: Instagram/@tvxq.official
Ini Prediksi Setlist Konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Siap-siap Nyanyi Bareng!

Prediksi setlist konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Sabtu, 20 April 2024 di ICE BSD.


Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

2 jam lalu

Celine Dion menghadiri Grammy Awards 2024 di Los Angeles, California, 4 Februari 2024. Foto: Instagram/@recordingacademy
Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

Film dokumenter I Am: Celine Dion akan tayang di Prime Video pada 25 Juni 2024


Jawab Protes Warga Soal Penutupan Jalan Serpong-Parung, BRIN Akan Sediakan Sentra UMKM di Jalan Lingkar

2 jam lalu

Ratusan warga Kabupaten Bogor dan Kota Tangerang Selatan menutup akses menuju kantor BRIN, Kamis 18 April 2024. TEMPO/Muhammad Iqbal
Jawab Protes Warga Soal Penutupan Jalan Serpong-Parung, BRIN Akan Sediakan Sentra UMKM di Jalan Lingkar

Warga Bogor dan Tangsel memprotes rencana BRIN menutup jalan yang selama ini berada di kawasan lembaga riset itu.


Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

3 jam lalu

Wan Chai, Hong Kong. Unsplash.com/Letian Zhang
Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni


TKN Sebut Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi Saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres

3 jam lalu

Ketua Koordinator Strategis Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Sufmi Dasco Ahmad memberikan keterangan pers di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Jakarta, Kamis, 30 November 2023. TKN Prabowo-Gibran meminta agar tidak ada lagi yang menuding pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres cacat hukum. TEMPO/M Taufan Rengganis
TKN Sebut Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi Saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres

Menurut Dasco, Prabowo juga berpesan kepada para pendukungnya untuk mempercayakan hasil putusan sengketa PHPU Pilpres 2024 ke hakim MK.


Bentuk Laboratorium Bersama dengan Kominfo, Ant Group Jajakan Alipay Plus ke Indonesia

3 jam lalu

Alibaba. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Bentuk Laboratorium Bersama dengan Kominfo, Ant Group Jajakan Alipay Plus ke Indonesia

Kominfo membahas kerjasama dengan Ant Group untuk pembentukan Joint Lab. Alibaba menawarkan Alipay Plus buat UMKM Indonesia.