Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

An + Archos

Oleh

image-gnews
Iklan

Dalam bentuknya yang paling brutal sekalipun, politik mengandung sebuah salam. Selalu ada orang lain yang disambut atau dijawab. Kekuasaan selamanya menuntut hadirnya "sahaya".

Satu bagian dari Pangeran Kecil Antoine de St. Exupery: Sang pangeran berjalan-jalan ke beberapa asteroid di sekitar tempat asalnya. Syahdan, ia berjumpa dengan seorang raja. Orang itu hidup sendirian di benda angkasa yang kecil itu, duduk kesepian di sebuah takhta. Melihat seseorang datang, ia berseru senang: "Ah, itu dia. Seorang sahaya!"

Sang raja butuh orang yang bisa diperintahnya. Kebutuhan itu begitu besar hingga ia bersedia mengubah titah: jika orang yang ia perintahkan agar tak menguap ternyata tak patuh dan tetap menguap, baginda akan mengganti komandonya dengan "menguaplah!" Yang penting bukanlah patuhnya orang lain, melainkan pengakuan bahwa dialah sumber perintah.

Dari kisah itu kita juga tahu: si "sahaya" yang diperlukan itu akhirnya jadi "saya": yang semula direndahkan, sujet sebagai rakyat, jadi sujet sebagai manusia yang punya otoritas sendiri. Kekuasaan harus bernegosiasi dengan "saya". Belajar dari sejarah, Hegel pernah menunjukkan, dalam hubungan antara majikan dan budak, pada gilirannya sang majikan akan bergantung kepada si budak. Sejarah politik sebenarnya sejarah manusia yang tegang, mengandung sengketa, tapi juga mengandung keinginan akan sesama.

Di sela-sela itulah saat "ethis" dalam politik: ketika orang lain dijangkau, bahkan disambut dengan terbuka dan murah hati. Zoon politicon berarti "hewan sosial" dan "hewan politik" sekaligus, sebab bangunan sosial selalu mengandung yang politik: persaingan, konflik, kuasa-menguasai. Begitu juga proses politik tak akan terlepas dari yang sosial, di mana konflik tak sepenuhnya hadir dalam kehidupan.

Dikatakan secara lain, saat "ethis" adalah saat ketika manusia mengusahakan hidupnya hubungan tanpa antagonisme, tanpa kuasa-menguasai. Ketika Marx membayangkan masyarakat komunis, yang diharapkannya adalah sebuah hubungan antarmanusia tanpa perang kelas, di mana Negarayang diartikannya sebagai instrumen pemaksaanpraktis tak diperlukan lagi. Dengan kata lain, saat "ethis" dalam politik adalah saat yang memperjuangkan hidup yang egaliter. Dalam bentuknya yang radikal, itulah saat yang merindukan anarki. Tentu saja "anarki" dari pengertiannya yang awal: an (tanpa) dan archos (penguasa).

Tapi politik sebagai perjuangan ke arah an + archos selamanya menantikan yang berharga dan sekaligus mustahil.

Kita ingat 1966: Mao Zedong memulai "Revolusi Kebudayaan". Juli tahun itu, ia kerahkan para mahasiswa yang kemudian disebut "Pengawal Merah" buat menghantam Partai Komunis Cina yang berkuasa. "Berontak itu sah!" katanya.

Banyak penjelasan kenapa Mao, yang memenangi revolusi pada 1949 dengan menggunakan mesin Partai yang efektif itu, akhirnya menampik apa yang dulu dibangunnya. Tapi satu hal agaknya diakui: dukungan yang luas dan fanatik dari para pemuda terhadap "Revolusi Kebudayaan" tumbuh dari persepsi bahwa Partai, semenjak menguasai Cina, telah jadi sarana yang korup. Para pengagum Mao mencatatnya sebagai pelopor sebuah perjuangan egaliter yang anti-Partai. "Revolusi Kebudayaan" dilihat sebagai aksi yang memisahkan Partai dari politik revolusioner. Partai adalah kutukan sejarah. Perjuangan melepaskan diri dari kutukan itulah kemudian jadi cita-cita orang seperti Alain Badiou dan barangkali juga sejumlah orang di Indonesia kini, ketika demokrasi parlementer mengecewakan.

Tapi akhirnya "Revolusi Kebudayaan" berhenti. Mao takut Cina kacau-balau, sebab bentrokan bukan lagi hanya antara "Pengawal Merah" dan aparat Partai, tapi juga buruh. Ekonomi terancam, terutama di kota-kota. April 1969, "Revolusi Kebudayaan" dinyatakan berakhir. Ironis, bahwa keputusan itu diambil dan disahkan oleh Sidang Ke-9 Partai. Sampai hari ini, Partai Komunis Cinadi bawah para pemimpin pasca-Maotetap berkuasa. Semangat "Revolusi Kebudayaan" yang merayakan an + archos telah dibuang ke keranjang sampah sejarah.

Saat "ethis" dalam politik memang tak bisa selalu bertahan. Setelah gelora revolusi yang memberontak, Partai dan Negara segera diterimakalaupun bukan bentuk yang ideal, setidaknya sebagai hal buruk yang tak dapat dielakkan.

Apalagi kini.

Kini, kapitalisme bergerak sekaligus ke dua arah yang paradoksal. Di satu pihak, selalu ke arah akumulasi dan tegaknya tata yang normal yang menjaga kelangsungan akumulasi kekuasaan itu. Di lain pihak, berlangsung apa yang dikatakan Brian Massumi: kapitalisme justru mendorong kendurnya "normalitas" dengan menciptakan perbedaan yang tak henti-hentinya, karena pasar semakin mudah jenuh. Di tengah kapitalisme seperti itu, Partai dan Negara semakin jadi an evil necessity.

Tampaknya, dari waktu ke waktu, manusia butuh tegaknya Sang Penjaga Makna. Tapi pada saat yang sama, Makna bisa menjepit, dan dorongan untuk mengatakan bahwa "Berontak itu sah" akan selalu terbit. Sejarah berulang dalam pengertian itu: pengulangan yang sebenarnya menciptakan yang baru kembali. Dulu budak-budak memberontak dengan pimpinan Spartakus, seratus tahun sebelum Masehi. Berabad-abad kemudian para "Spartakis" seperti Rosa Luxemburg membangkang kekuatan borjuasi abad ke-20.

Ada semacam roh yang tampaknya tak akan berhenti di satu titik yang aktual. Dalam bentuknya yang cacat sekalipun, berulang kali politik membuka kemungkinan untuk sebuah saat "ethis"untuk sebuah salam.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pejabat Kemenhub Asep Kosasih Tersangka Dugaan KDRT, Sudah Gugat Talak Istri

3 jam lalu

Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Pejabat Kemenhub Asep Kosasih Tersangka Dugaan KDRT, Sudah Gugat Talak Istri

Polres Metro Tangerang Kota resmi menetapkan Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke, Asep Kosasih, sebagai tersangka dugaan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepada istrinya, Vanny Rosyane.


TKN Prabowo-Gibran Klaim Siap Kolaborasi untuk RAPBN 2025 Jika Diminta Jokowi

3 jam lalu

Anggota Dewan Pakar Tim Kemenangan Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Drajad H. Wibowo,  ketika ditemui di Gedung CSIS Jakarta pada Rabu, 6 Desember 2023. TEMPO/Riri Rahayu
TKN Prabowo-Gibran Klaim Siap Kolaborasi untuk RAPBN 2025 Jika Diminta Jokowi

Prabowo-Gibran telah ditetapkan oleh KPU sebagai presiden dan wakil presiden terpilih. TKN siap jika Jokowi meminta kolaborasi penyusunan RAPBN 2025.


Chandrika Chika Ditangkap, Begini Reaksi Putra Siregar dan Rico Valentino

3 jam lalu

Putra Siregar dan Rico Valentino. Foto: Instagram Rico Valentino.
Chandrika Chika Ditangkap, Begini Reaksi Putra Siregar dan Rico Valentino

Putra Siregar dan Rico Valentino pernah tersangkut kasus pengeroyokan yang melibatkan Chandrika Chika pada 2022 di sebuah kafe di Jakarta Selatan.


Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

3 jam lalu

Petani memanen kopi Robusta petik merah di Desa Kali Banger, Gemawang, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis, 20 Juli 2023. Harga biji kopi Robusta basah saat ini melonjak menjadi Rp11.500 per kilogram dari harga tahun lalu yang hanya Rp7.000 per kilogram, yang menurut pedagang harga tersebut merupakan termahal sepanjang sejarah kopi di Indonesia. ANTARA/Anis Efizudin
Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.


Indonesia vs Korea Selatan, Wapres Ma'ruf Amin Berharap Pemain Timnas U-23 Tampil Percaya Diri

3 jam lalu

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyampaikan sambutan dalam acara Indonesia Quran Hours 2024 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis 28 Maret 2024. Kegiatan membaca Al-Quran secara bersama-sama itu mengangkat tema Indonesia Bersatu Indonesia Bangkit. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Indonesia vs Korea Selatan, Wapres Ma'ruf Amin Berharap Pemain Timnas U-23 Tampil Percaya Diri

Wakil Presiden Ma'ruf Amin berharap para pemain Timnas U-23 bermain dengan penuh percaya diri melawan Korea Selatan.


95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

3 jam lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.


Para Puteri Indonesia Belajar Kehidupan dari Mooryati Soedibyo, Venna Melinda Dikuatkan Mental

4 jam lalu

Artika Sari Devi dan Baim saat melayat Mooryati Soedibyo. Foto; Instagram.
Para Puteri Indonesia Belajar Kehidupan dari Mooryati Soedibyo, Venna Melinda Dikuatkan Mental

Para Puteri Indonesia membuat kesaksian bagaimana mereka belajar kehidupan dan mendapat semangat dari Mooryati Soedibyo.


Perdana Beroperasi di Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222 Ribu Penumpang

4 jam lalu

Suasana mudik lebaran di Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) Halim, Jakarta, Sabtu, 6 April 2024. Kereta cepat Whoosh untuk pertama kalinya bakal melayani penumpang mudik lebaran.  TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Perdana Beroperasi di Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222 Ribu Penumpang

Kereta Cepat Whoosh mencatat jumlah penumpang dalam operasional perdananya selama masa angkutan lebaran tahun ini mencapai 222.309 orang. Adapun volume pengguna tertinggi per hari mencapai 21.500 penumpang.


Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model AI Kecil dengan Kemampuan Besar

4 jam lalu

Logo Microsoft terlihat di Los Angeles, California A.S. pada Selasa, 7 November 2017. (ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/am.)
Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model AI Kecil dengan Kemampuan Besar

Microsoft luncurkan model bahasa AI kecil, Phi-3 Kemampuannya setara dengan teknologi pintar yang dilatih penuh.


Harga Bawang Merah Melesat karena Gagal Panen, Ikappi Minta Percepat Distribusi

4 jam lalu

Pekerja tengah memilah bawang merah di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, Senin, 22 April 2024. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkap penyebab harga bawang merah mendadak melesat bahkan ada yang sampai jadi Rp 84 ribu per kg. TEMPO/Tony Hartawan
Harga Bawang Merah Melesat karena Gagal Panen, Ikappi Minta Percepat Distribusi

Ikappi menyayangkan kondisi curah hujan yang tinggi di beberapa daerah sehingga membuat gagal panen dan memicu kenaikan harga bawang merah.