Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

11/9

Oleh

image-gnews
Iklan

Sudah sepuluh tahun lewat. 11 September 2001. Tapi saya ingat: malam itu, sembilan jam setelah dua pesawat itu ditabrakkan ke Menara Kembar di New York dan seluruh dunia terguncang, saya berdiri di tepi Bleecker Street, Greenwich Village.

Saya bersama Komponis Tony Prabowo. Kami terdampar di New York. Berdua dalam perjalanan ke sebuah kota kecil di California untuk menyiapkan revisi opera kami Kali, kami tak bisa bergerak oleh kejadian 11 September itu: tak ada pesawat boleh terbang dari kota ini, masuk ke kota ini.

New York jadi aneh. Malam itu, tak tahu apa yang harus dilakukan, kami berjalan ke arah selatan. Tak ada kereta subway. Tak ada taksi. Hari tambah gelap, ketika, didorong oleh separuh iseng dan separuh ingin tahu, kami menyusuri Mercer Street, ke Wall Street, di mana Menara Kembar masih dalam api dan asap yang menggagahinya.

Cahaya listrik hilang di wilayah itu. Beberapa belas meter dari Duane Street kami lihat lampu-lampu sorot besar di antara bayangan hitam gedung-gedung. Sejumlah prajurit bersenjata bersiaga, di antara asap dan abu yang membuat kabut. Bagian kota ini seperti dalam keadaan perang.

Di dekat stasiun metro Chambers Street yang ditutup, seorang tentara menghentikan kami. 'Anda tak bisa terus. Dilarang masuk ke wilayah ini'.

Dengan setengah kecewa kami kembali, berjalan dalam senyap yang hampir mutlak. Hanya ada satu bar kecil di pojok Worth Street yang buka. Kami masuk. Ada empat orang lelaki di sana. Berbisik-bisik. Kami minum. Praktis terdiam.

Berubahkah New York? Dua malam berikutnya, kami menyusuri jalan-jalan Manhattan. Di beberapa pojok tampak deretan lilin dipasang. Ada potret-potret dilekatkan dan sederet ucapan yang dituliskan seperti doa - untuk mereka yang tak kembali dari Menara Kembar, yang hilang, mungkin hangus atau hancur.

Beberapa belas jam setelah 11/9, New York tampak jadi mizbah. Di altar itu orang mempersembahkan segalanya untuk harapan dalam kecemasan. Ada sesuatu yang tak terduga dan tak bisa dipahami yang menghantam kota perkasa ini. Hidup sehari-hari yang kemarin banal tiba-tiba direngkuh oleh yang sublim - yang tak terperikan, yang ngeri, yang nyeri.

Dari suasana itu Tony Prabowo membuat sebuah komposisi yang ia sebut 'Psalms', untuk piano dan orkes kamar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi musik yang menangkap suasana itu bukanlah tandingan retorika yang menerjemahkan 11 September 2001. Dengan segera New York diubah dari mezbah jadi podium, dari mana kata-kata memberi nama dan dalih. Juga dusta.

Nama itu: '11/9'. Derrida memakai kata fait date untuk penamaan itu: orang menyebut sebuah tanggal dalam sejarah yang menandai sebuah kejadian yang rasanya tak terbandingkan. Tapi, seperti diingatkan Derrida, kata 'rasanya' itu sebenarnya tak sepenuhnya spontan: perasaan tentang tanggal itu, tentang nama itu, juga dibentuk dan diedarkan melalui media, melalui seperangkat 'mesin tekno-sosio-politis'. Dengan nama itu pelbagai peristiwa, pelbagai sebab-musabab dan pelbagai sikap diringkus jadi satu - dan jadilah ia sebuah penanda yang maknanya ditentukan oleh suara yang paling keras dan, di hari-hari itu, paling sempit.

Dengan nama itu pula, dari Gedung Putih, sejumlah setasiun televisi dan kantor-kantor media, merumuskan sebuah citra yang hendak membuat kejadian yang tak terperi itu jadi sesuatu yang bisa dipahami. 'Amerika sedang diserang!', begitulah yang terdengar berkali-kali -- dengan keterangan bahwa ini serangan kedua ke wilayah Amerika setelah bom-bom Jepang menghantam Pearl Harbor pada 1941.

Retorika Amerika pasca-11/9 berhasil memberi bentuk kepada carut-marut perasaan cemas, bingung, marah yang berkecamuk itu. Teror itu dijinakkan ke dalam sebuah kerangka penjelasan, hingga rasa waswas jadi sesuatu yang bisa dikuasai akal. Retorika itu juga menghadirkan Amerika Serikat sebagai satu kesatuan yang harmonis, tubuh yang tak terdiri dari konflik. Retorika itu juga menampilkan Amerika Sertikat sebagai sesuatu yang tak tercemar oleh sejarah kebijakan luar negeri yang membuat orang, di bagian dunia lain, begitu benci dan begitu nekat hingga menabrakkan dua pesawat terbang ke Menara Kembar hari itu.

Retorika pasca-11/9 adalah sebuah dalih. Kemudian dusta. Sebab '11/9' tak sebanding dengan serangan Jepang di Pearl Harbour 1945. Yang bisa dibandingkan sebenarnya sebuah aksi teror di kota Oklahoma, 19 April 1995. Di sana bom diledakkan di sebuah gedung pemerintah pusat; 168 orang tewas (termasuk 16 bocah di bawah umur 6 tahun) dan 324 gedung hancur atau rusak. Tapi teror ini tak disebut dalam retorika pasca-11/9 karena ia dilakukan orang Amerika sendiri, Timothy McVeigh dan kawan-kawannya. Para penentang pemerintah federal Amerika ini adalah indikasi bahwa negeri itu bukanlah sebuah keutuhan. Sementara itu, para teroris 11/9 (sebagaimana pesawat-pesawat Jepang di Pearl Harbor) adalah 'orang luar' yang dengan ancamannya justru membentuk citra tentang Amerika Serikat sebagai kubu yang tak retak.

Beberapa hari setelah 11/9, bendera garis-dan-bintang dipasang di mana-mana. Ia bahkan satu-satunya yang dikibarkan di Rockefeller Plaza di 50th Street; bendera negara-negara dunia yang sebelumnya terpasang di sana telah dicopot. Amerika Serikat telah mengambil-alih posisi korban, juga suasana berkabung dan kecemasan yang universal, jadi miliknya sendiri. Dengan kata lain: sebuah pengucapan nasionalisme yang tak baru.

Maka aneh bila orang menandaskan, 11/9 telah mengubah dunia. Apa yang berubah? Al-Qaedah tetap tak mengalahkan Amerika dan perang Amerika yang menyusul setelah itu tetap sebuah kekerasan imperial yang lama. Sajak Robinson Jeffers di akhir 1930-an tetap bersuara tajam di abad ke-21: 'Never weep, let them play/ Old violence is not too old to beget new values.'

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Fakultas Geografi UGM Peringkat 1 Indonesia, Mengenal QS WUR Lembaga yang Menentukan Tingkat Kampus Ini

7 menit lalu

QS World University Rankings. factcards.nl
Fakultas Geografi UGM Peringkat 1 Indonesia, Mengenal QS WUR Lembaga yang Menentukan Tingkat Kampus Ini

Fakultas Geografi UGM berada di peringkat 101-150 global dalam QS World University Rankings by Subject 2024. Peringkat 1 di Indonesia


Strategi Jokowi Berantas Judi Online Lewat Satgas Terpadu

14 menit lalu

Menkominfo Budi Arie Setiadi bertemu dengan Diaspora Indonesia yang berada di Barcelona, Spanyol, Selasa (27/02/2024). Pertemuan tersebut merupakan salah satu kegiatan dalam Lawatan Menkominfo di Spanyol. - (PeyHS)
Strategi Jokowi Berantas Judi Online Lewat Satgas Terpadu

Pemerintah ingin ada langkah yang lebih komprehensif dalam membereskan masalah judi online.


PBB Gagal Akui Negara Palestina karena Veto Amerika Serikat

26 menit lalu

Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Robert Wood, berbicara di Dewan Keamanan PBB pada 8 Desember 2023. REUTERS
PBB Gagal Akui Negara Palestina karena Veto Amerika Serikat

Seperti telah diperkirakan, Amerika Serikat menggunakan hak vetonya untuk menggagalkan upaya Palestina menjadi anggota tetap PBB.


Piala Asia U-23 2024: Marselino Ferdinan Puji Penampilan Ernando Ari Usai Timnas U-23 Indonesia Kalahkan Australia

37 menit lalu

Pemain timnas Indonesia Marselino Ferdinan saat ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta Pusat, Selasa, 19 Maret 2024. TEMPO/Randy
Piala Asia U-23 2024: Marselino Ferdinan Puji Penampilan Ernando Ari Usai Timnas U-23 Indonesia Kalahkan Australia

Ernando Ari berhasil menggagalkan eksekusi penalti dan mencatat sejumlah aksi penyelamatan krusial saat timnas U-23 Indonesia kalahkan Australia 1-0.


4 Poin Seruan KIKA soal Kasus Kumba Digdowiseiso dan Pelanggaran Akademik

40 menit lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
4 Poin Seruan KIKA soal Kasus Kumba Digdowiseiso dan Pelanggaran Akademik

Soal kasus Kumba Digdowiseiso, begini poin seruan KIKA atas kasus pelanggaran akademik.


Daftar Kandidat yang Digadang Jadi Cagub DKI Jakarta, Jateng, dan Jatim di Pilkada 2024

46 menit lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian (kanan) melantik Sekdaprov Jatim Adhy Karyono (dua sari kanan) sebagai Penjabat Gubernur Jatim menggantikan Khofifah Indar Parawansa, Jumat, 16 Februari 2024. Nampak pula mantan Wagub Emil Dardak. (Foto Istimewa)
Daftar Kandidat yang Digadang Jadi Cagub DKI Jakarta, Jateng, dan Jatim di Pilkada 2024

Sejumlah tokoh digadang-gadang akan maju sebagai calon gubernur untuk Pilkada 2024


Drakor Low Life Direncanakan Tayang 2025, Siapa Saja Pemeran Utamanya?

47 menit lalu

 Ryu Seung Ryong . Foto: Instagram.
Drakor Low Life Direncanakan Tayang 2025, Siapa Saja Pemeran Utamanya?

Disney+ mengonfirmasi, drakor Low Life dibintangi Ryu Seung Ryong, Im Soo Jung, Yang Se Jong


Liverpool Dihentikan Atalanta di Perempat Final Liga Europa 2023-2024, Apa Kata Jurgen Klopp?

54 menit lalu

Pelatihn Liverpool Jurgen Klopp. REUTERS
Liverpool Dihentikan Atalanta di Perempat Final Liga Europa 2023-2024, Apa Kata Jurgen Klopp?

Liverpool kandas di babak perempat final Liga Europa 2023-2024 meski mampu menang 1-0 saat berlaga di markas Atalanta.


Ramai Parkir Liar di Pamulang Square Rp 10 Ribu Plus THR: Pejabat Datang, Sekuriti Menghilang

55 menit lalu

Deretan motor terparkir pada parkiran liar di dekat pusat perbelanjaan, kawasan Kebon Kacang, Jakarta, Rabu, 7 Desember 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Ramai Parkir Liar di Pamulang Square Rp 10 Ribu Plus THR: Pejabat Datang, Sekuriti Menghilang

Wakil Wali Kota Tangsel dan sejumlah pejabat mendatangi Pamulang Square untuk mengusut pungli parkir liar, tapi tak mampu menemui petugas sekuriti


Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

55 menit lalu

Sejumlah remaja perwakilan dari berbagai daerah berjalan dengan mengenakan busana kolaborasi kebaya, adat, dan batik saat mengikuti pagelaran fesyen Batik Specta Nusantara di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 1 Oktober 2022.  Pagelaran fesyen yang menampilkan 1.000 busana batik nusantara itu sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang mendukung Gerakan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) sekaligus dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.