Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Panah

Oleh

image-gnews
Iklan

Memanah adalah membinasakan secara persis. Pada satu titik.

Pada suatu hari Durna menyuruh para muridnya membidik seekor burung di dahan pohon.

"Apa yang kaulihat?" tanya sang Guru.

Suyudana: "Hamba lihat seekor burung di dahan sebelah kiri."

Arjuna: "Hamba tak melihat apa-apa. Tak ada dahan dan tak ada unggas. Yang hamba lihat hanya kepala seekor burung."

Bagi sang Guru, Arjuna-lah yang benar. Membidik berarti menentukan fokus. Bagi sang pemanah ulung, titik yang harus dihantamnya itulah segala-galanya. Dengan kata lain, ia meniadakanatau tak menceraphal-ihwal di luar sasaran yang diincar: konteks, latar, sejarah harus dianggap tak ada. Dengan cara itu, destruksi akan lebih pasti. Yang terpacak di sana itu tak diberi kesempatan untuk berpindah dan berubah.

Analogi memanah adalah kekuatan/kekuasaan, terutama dalam sifatnya yang agresif: sebuah ketegasan yang lurus. Yang akan dihancurkan tak dibiarkan bergeser. Dengan niat mengalahkan, kekuatan/kekuasaan meletakkan dunia dalam bidikan, dalam sebuah pusat persepsi. Dari pusat itu ditentukan mana yang dekat dan yang jauh, mana yang patut masuk ke dalam lingkaran pertama dan mana yang ditampik.

Dalam derajat yang berbeda, itu juga perilaku Negara, lembaga agama, dan kekuasaan lain seperti kapitalisme. Di pusat persepsi kapitalisme, ada sebuah klasifikasi tentang mana yang bisa diasimilasikan karena "menguntungkan" dan mana yang akan "merugikan". Bagi lembaga agama, ada yang di luar garis dan di dalam garis "iman". Negara punya pembagian yang berbeda, tapi dengan kehendak penguasaan yang sama.

Negara Hindia Belanda adalah satu contohnya. Divide et impera menampilkan masyarakat Indonesia yang dibagi-bagi, bukan untuk menghormati perbedaan yang ada, melainkan untuk mengendalikan yang ada. Dengan pembagian itu, administrasi kekuasaan akan lebih efisien dan efektif.

Maka dibentuklah kategori "Timur asing", "pribumi", "Jawa", "Dayak", "Sunda", "Papua", dan seterusnyaidentitas-identitas yang sebelum kolonialisme tak pernah jelas dan stabil. Dengan menegakkan identifikasi itu sang penjajah membidik dan melontarkan laso ke arah hiruk-pikuk manusia di luar gedung gubernemen dan menjerat mereka di dalam sederet nama. Juga dalam sederet konsep.

Maka lahirlah "golongan" atau "suku". Maka dicampakkanlah apa yang ambigu, yang remang-remang, yang labil, yang merupakan perkecualian dalam tiap "golongan" atau "suku" itu. Lalu dikerahkanlah risalah, argumentasi, wacana, kata-kata, dan seluruh tata simbolik untuk meneguhkan identitas-identitas ituseakan-akan semuanya datang sejak masa Adam beranak-pinak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kolonialisme bertakhta di atas klasifikasi yang menjerat "yang-lain" secara radikal. Orang-orang di koloni ditahbiskan sebagai unit-unit yang sama sekali bersih dari pelbagai "yang-lain": dalam golongan "Timur asing" tak boleh ada aneka-ragam yang berubah dalam sejarah. Mereka dianggap mandek. Mereka dipatok seakan-akan punya esensi yang tetap. "Cina" tetap "Cina", "Jawa" dianggap satu, meskipun bahasa Tegal tak akan dipahami orang di Magelang.

Dengan jerat divide et impera, dalam diri identitas-identitas itu semua anasir harus dianggap sepenuhnya tampak. Tak ada yang remang, tak tercerap, tak tertangkap, yang membuat kita ragu. Panah kekuasaan itu harus mengena.

Tapi mungkinkah? Panah dan jerat kekuasaan akhirnya punya batas. Administrasi, kontrol, seluruh bahasa kekuasaan, jangkauan Gereja dan ulama, tangan-tangan kapital yang panjangsemua itu bukanlah operasi para dewa. Dengan tubuh dan zatnya, hidup punya dinamikanya sendiri yang melawan atau menahan jerat klasifikasi apa pun. Atau mengelak.

Ada sebuah tenaga dalam hidup yang tak masuk dalam struktur persepsi kekuasaan, energi yang bergerak tanpa henti. Dalam momen itulah apa yang disebut Deleuze sebagai "menjadi-minoritas" (devenir-minorite) berlangsung. Di sini "minoritas" tidak ditandai oleh jumlah, tapi oleh sifatnya: ia antitesis bagi kekuasaan "mayoritas" (dari kata major, yang berarti "besar", "penting") yang mendiktekan struktur. Di sanalah, dalam apa yang "kabur", tak jelas, tak mandek, mengalirdan tak terbidik oleh sang penakluktersimpan bibit perlawanan.

Maka kekuasaan kolonial selamanya sebuah situasi yang retak. Salah kaprah mengatakan Indonesia hidup di bawah kolonialisme selama 350 tahun. Yang benar: Indonesia adalah kerepotan kolonialisme selama 400 tahun. Sejak usaha penguasaan Eropa dipatahkan di Banda pada 1529, sampai dengan Perang Aceh yang baru berakhir pada 1904, diteruskan dengan perang kemerdekaan pada 1946-1949, muncul ratusan letupan "minoritas" yang tak tertangkap laso kekuasaan. Tak terlihat.

Memang akhirnya selalu ada wilayah yang tak terlihat, juga oleh raja di raja. Mungkin itu maksud Italo Calvino ketika ia menulis Le citt invisibili ("Kota-kota yang Tak Tampak"): Marco Polo, pengembara dari Venesia itu, berkisah kepada Kublai Khan tentang 55 kota yang ganjil: kota-kota yang tak tercerap, kota-kota dalam 11 kategori di luar klasifikasi sang penguasa.

Dalam kehidupan para maharaja, ada satu saat yang menyusul rasa bangga setelah kita taklukkan wilayah-wilayah luas tanpa batas, rasa sayu dan lega ketika kita tahu bahwa kita tak akan lagi berpikir untuk bisa mengenal dan memahaminya.

Ada sekelumit rasa hampa yang datang meliputi, bersama bau gajah setelah hari hujan dan abu kayu cendana yang jadi dingin di liang pembakaran.

Sejak awal, Marco Polo menyebut "bau" dan bukan "pemandangan". Ketika kita tak membidiknya untuk menguasai, dunia bisa sangat ajaib dan tak sepenuhnya kelihatan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Potongan Pajak THR 2024 Naik, Begini Perbandingan Hitungan Lama dan Baru

4 menit lalu

Ilustrasi pekerja menerima THR. Pexels
Potongan Pajak THR 2024 Naik, Begini Perbandingan Hitungan Lama dan Baru

Potongan pajak atas tunjangan hari raya (THR) dan bonus ramai dikeluhkan oleh masyarakat. Pasalnya, potongan pajak keduanya lebih besar dari tahun lalu.


Pakar Hukum Sebut MK Bisa Panggil Presiden Jokowi untuk Klarifikasi Tudingan Tak Netral di Pilpres 2024

11 menit lalu

Presiden Joko Widodo menyerahkan bantuan pangan atau bansos beras kepada masyarakat penerima manfaat di Kompleks Pergudangan Bulog Kampung Melayu, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat, pada Rabu, 20 Maret 2024. Foto Sekretariat Presiden
Pakar Hukum Sebut MK Bisa Panggil Presiden Jokowi untuk Klarifikasi Tudingan Tak Netral di Pilpres 2024

kesempatan itu bisa digunakan Presiden Jokowi untuk membela diri dan membuktikan dirinya tidak terlibat dalam kecurangan yang dituduhkan.


Sah, Kepala Desa Bisa Menjabat 8 Tahun

15 menit lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyerahkan pandangan pemerintah soal RUU Desa kepada Ketua DPR RI Puan Maharani dalam Rapat Paripurna ke-14 Masa Persidangan IV tahun 2023-2024 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. DPR RI mengesahkan revisi Undang-Undang (RUU) tentang Desa menjadi Undang-Undang (UU) dengan salah satu poinnya perpanjangan masa jabatan kepala desa menjadi 8 tahun dan maksimal dua periode. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sah, Kepala Desa Bisa Menjabat 8 Tahun

Salah satu perubahan penting adalah ketentuan masa jabatan kepala desa menjadi 8 tahun dengan batas maksimal dua kali masa jabatan


Nama Cak Imin Masuk Bursa Pilkada Jatim Bersaing dengan Khofifah, Pakar Politik Unair: Kalau Bisa Dilerai, Kasihan NU

18 menit lalu

Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin bersama istrinya, Rustini Murtadho saat pencoblosan Pemilu 2024 di TPS 023, Kemang, Jakarta, Rabu, 14 Februari 2024. Pemilu 2024 yang digelar untuk memilih Presiden dan Wail Presiden, anggota DPR, DPRD Provinsi, DPD, dan DPRD Kabupaten/Kota itu dilaksanakan serentak di 38 Province dengan jumlah DPT 204.807.222 pemilih. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Nama Cak Imin Masuk Bursa Pilkada Jatim Bersaing dengan Khofifah, Pakar Politik Unair: Kalau Bisa Dilerai, Kasihan NU

Dari hasil survei, nama Cak Imin berada di bawah Khofifah, namun di atas Tri Rismaharini.


Prabowo Ingin Bentuk Kepemimpinan Kolegial Terdiri dari Para Sahabat

18 menit lalu

Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyampaikan sambutan di acara buka bersama di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat, 29 Maret 2024. Pertemuan tersebut bertujuan untuk bersilaturahmi sekaligus bersyukur karena telah memenangkan Pemilu 2024 meskipun masih ada tahapan-tahapan yang belum mengesahkan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Prabowo Ingin Bentuk Kepemimpinan Kolegial Terdiri dari Para Sahabat

Menurut Prabowo, keinginan itu bisa dilakukan bila ada dukungan untuk memberi nasihat. Prabowo meminta Golkar mendukungnya membangun pemerintahan.


Serba-Serbi Film Konser Aespa, Tayang April 2024

26 menit lalu

Grup idola K-pop, aespa. Foto: Instagram/@aespa_official
Serba-Serbi Film Konser Aespa, Tayang April 2024

Aespa akan merilis film konser berjudul Aespa: World Tour in Cinemas pada April 2024


Jangan Tanyakan 4 Hal Pribadi Ini saat Wawancara Kerja

26 menit lalu

Ilustrasi pria dan wawancara kerja. Shutterstock
Jangan Tanyakan 4 Hal Pribadi Ini saat Wawancara Kerja

Saat melakukan wawancara kerja, fokuslah pada pertanyaan terkait pekerjaan dan hindari bertanya soal kehidupan pribadi pelamar kerja.


Pertalite Akan Segera Dihapus? Berikut Kandungan Pertamax 92

29 menit lalu

Ilustrasi Pertalite. Dok.TEMPO/Aris Novia Hidayat
Pertalite Akan Segera Dihapus? Berikut Kandungan Pertamax 92

Rencana penghapusan Pertalite telah disampaikan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.


Prabowo Tunggu Putusan MK, tapi Sudah Lakukan Persiapan Pemerintahan

32 menit lalu

Capres-Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabumingraka saat menghadiri di acara buka bersama di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat, 29 Maret 2024. Pertemuan tersebut bertujuan untuk bersilaturahmi sekaligus bersyukur karena telah memenangkan Pemilu 2024 meskipun masih ada tahapan-tahapan yang belum mengesahkan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Prabowo Tunggu Putusan MK, tapi Sudah Lakukan Persiapan Pemerintahan

Prabowo menegaskan, akan membuka diri untuk menerima nasihat. Kata dia, Prabowo-Gibran memerlukan dukungan.