Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lompatan

Oleh

image-gnews
Iklan

Kaum revolusioner sering menganggap waktu sebagai musuh. Juga di negeri yang ribuan tahun umurnya: Cina.

Mungkin itu sebabnya Mao Zhe-dong memerintahkan agar Kong Hu-cu tak diikuti. Sang Guru purba pernah mengatakan bahwa berlaku pelan bukanlah sesuatu yang salah, asal kita tak berhenti melakukan kerja. Tapi bagi pemimpin besar Revolusi Cina, Mao, pelan sama artinya dengan 'anti kiri'. Di tahun 1957, Mao memperkenalkan istilah yuejin atau 'lompatan', menggantikan semboyan maojin, 'bergegas ke depan'.

Antara 1957-58 Mao membuat ancang-ancang untuk menyamai kemajuan Inggris selama 15 tahun -- kemudian dipersingkat jadi tujuh tahun, dan kemudian lebih cepat lagi: tiga tahun. Ia mengecam mereka yang menentang gagasannya untuk menggerakkan industrialisasi Cina dengan cara melompat, memotong waktu. Baginya, ketinggalan dari dunia kapitalis harus cepat ditebus.

Tak ada yang berani membantahnya. Dalam catatan di buku Judith Saphiro, Mao's War Against Nature, salah seorang tokoh partai, Chen Boda, kemudian dengan bangga mengatakan: di Cina, 'satu hari sama dengan 20 tahun'.

Dan waktu pun diringkus. Menjelang akhir 1958, ada 90 juta rakyat bekerja membuat 'tanur' di pekarangan: melumerkan apa saja yang dari besi untuk diproses jadi baja. Selama kerja berjam-jam itu, tanah pertanian terabaikan. Kelelahan jadi epidemi. Kita melihat gejalanya tergambar dalam film Zhang Yimou, Huozhe (produksi 1994): seorang anak kecapekan, jatuh tertidur dan disembunyikan ayahnya di balik sebuah dinding. Kepala Distrik yang juga dalam keadaan lelah memundurkan mobilnya, menabrak dinding itu - dan di anak tewas.

Sejarah kemudian mencatat,'lompatan besar' itu bukan hanya gagal. Ekologi terganggu sampai gawat karena pepohonan, bahkan burung-burung, harus dikorbankan. Yang lebih buruk: kerja pertanian terlantar, pangan segera habis, dan kelaparan pun merebak meluas. Jutaan orang mati.

Cina jera. Di mulai tahun 1978, setelah Mao tak ada lagi, Partai Komunis Cina memulai G?ige k?ifng, 'Reformasi dan Keterbukaan', sebuah kebijakan yang digariskan Deng Xiao-p'ing, orang yang dulu disingkirkan Mao karena dituduh memilih 'jalan kapitalis'.

Ironisnya, bayang-bayang Mao berlanjut: Cina tampak kembali dalam yuejin. Bentangan waktu seakan-akan dianggap sesuatu yang tak relevan. Dalam periode tiga dasawarsa, sejak 1978 sampai 2010, ekonomi Cina tiap tahun tumbuh 9,5%. Dengan segera ia jadi perekonomian terkuat nomor dua di dunia setelah Amerika Serikat. Cita-cita Mao buat menyamai Inggris tercapai, bahkan lebih dari itu.

Tentu, pada mulanya bukanlah kecepatan. Dalam Prisoner of the State, memoir rahasia Zhou Ziyang -- perdana menteri Cina yang dicopot dan ditahan karena menolak untuk menggunakan kekerasan terhadap demonstrasi mahasiswa di Tian An Men, tapi juga orang yang mendukung garis Deng dalam Reformasi -- kita dapat melihat bahwa pada mulanya adalah pragmatisme: jalan baru itu diambil 'setelah pengalaman praktis', dan 'setelah rangkaian panjang maju-mundur'. Mungkin itu sebabnya seorang tokoh Partai merumuskan langkah baru itu sebagai 'berjalan menyeberangi sungai dengan kaki meraba batu'.

Dan berbeda dari 'lompatan besar' Mao, yeujin baru ini bermula kecil-kecil, dari bawah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di dusun Xiaogang di Propinsi Anhui Timur, seorang pemuda berumur 18 tahun, Yan Hongchang, membuat perjanjian rahasia dengan 18 petani: tanah komunal dusun itu dibagi jadi porsi individual. Mula-mula ketakutan karena akan dituduh 'kontrarevolusioner', Yan tak menyangka bahwa pemerintahan semasa Deng mendukungnya -- dan menjadikannya model ke seluruh Cina. Pertanian tak lagi kolektif. Hasrat mendapatkan laba ditumbuhkan. Semboyan 'Jadi kaya itu jaya', zhf gu?ngrng, bergema di mana-mana.

Tapi pada saat yang sama, 'jadi kaya' dengan 'lompatan besar' juga jadi semacam tekad di mana-mana. Yang terjadi di Cina adalah waktu yang kembali dilawan. Dulu oleh revolusi, kini oleh sesuatu yang seakan-akan menyimpang dari revolusi, tapi sebenarnya merupakan versinya yang lain: agenda kemajuan.

Yang sering terlupa, seperti halnya revolusi, kemajuan tak berlangung hanya dengan desain, tapi juga dengan sedimentasi sejarah. Baik 'Lompatan Besar' Mao maupun yang terjadi di Cina sekarang tak bisa melepaskan diri dari waktu -- dalam arti: waktu yang berwujud sebagai endapan masa lalu, bersama impian buruk dan baiknya. Kemajuan yang hanya berupa lompatan besar yang menampik sedimentasi itu akan melahirkan Ordos.

Ordos, khususnya kota baru Kangbashi, adalah sebuah desain di tengah gurun. Terletak di Mongolia Dalam, salah satu wilayah terkaya di Cina, desain itu diwakili dengan megah di sebuah layar besar menampilkan animasi 3 Dimensi yang menggambarkan bagaimana lengkapnya nanti kompleks hunian dan perdagangan di area seluas 30 km persegi itu. Puluhan ribu rumah dan beberapa lusin bangunan mentereng didirikan menyesuaikan dengan itu -- tapi praktis kosong, selama lima tahun.

Kota megah tanpa penghuni ini disebut sebagai 'kota hantu modern', banyak terdapat di Cina kini. Ketika jutaan orang masih tak mampu menjangkau harga yang tinggi, ada 64 juta apartemen yang berdiri dan praktis tak ada yang mendiaminya.

Para perancang pembangunan Cina tampaknya kembali mengumandangkan semboyan Mao,Duo, Kuai, Hao, Sheng ['Lebih besar, Lebih Cepat, Lebih baik, Lebih hemat'), dengan tekanan pada 'cepat' dan 'besar'. Mereka mampu menumbuhkan ekonomi dengan mengesankan, tapi mereka tak begitu mampu mengenal -- dengan mekanisme pasar atau dengan campur tangan Negara -- bahwa ruang terlibat erat dengan waktu.

Maksud saya, sehari-hari kita berjalan kaki dekat ke bumi, karena sejarah tak terbang dari ujung awan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Gunung Semeru Erupsi Disertai Gempa Awan Panas Guguran Selama 27 Menit

6 menit lalu

Gunung Semeru erupsi pada Sabtu, 9 Maret 2024, pukul 08.28 WIB (ANTARA/HO-PVMBG)
Gunung Semeru Erupsi Disertai Gempa Awan Panas Guguran Selama 27 Menit

Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Gunung Semeru melaporkan adanya erupsi disertai gempa awan panas guguran selama 27 menit, Kamis sore, 28 Maret 2024,


Polisi Beberkan Modus dan Bukti Pemalsuan BBM di 4 SPBU Tangerang, Jakarta, dan Depok

27 menit lalu

Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Nunung Syaifuddin (kanan), memberikan keterangan tentang pemalsuan bahan bakar minyak (BBM) Pertalite menjadi Pertamax di empat SPBU, di Gedung Bareskrim, Jalan Trunojoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Ihsan Reliubun
Polisi Beberkan Modus dan Bukti Pemalsuan BBM di 4 SPBU Tangerang, Jakarta, dan Depok

Bareskrim Polri mengungkap modus dalam kasus pemalsuan bahan bakar minyak atau BBM Pertamax yang libatkan empat tangki pendam di 4 SPBU.


Kiai Abal-Abal Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Santri di Semarang Dituntut 15 Tahun Penjara

32 menit lalu

Muh Anwar alias Bayu Aji Anwari. Facebook
Kiai Abal-Abal Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Santri di Semarang Dituntut 15 Tahun Penjara

Bayu Aji Anwari, pimpinan Yayasan Islam Nuril Anwar Kota Semarang dituntut 15 tahun penjara. Didakwa melakukan kekerasan seksual terhadap 6 santri.


Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

37 menit lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.


Setelah Jadi Tersangka 3 Kasus Korupsi, Bupati Kepulauan Meranti Kini Jadi Tersangka Gratifikasi dan TPPU Puluhan Miliar Rupiah

45 menit lalu

Tersangka Bupati Kepulauan Meranti (nonaktif), Muhammad Adil, menjalani pemeriksaan lanjutan, di Gedung KPK, Jakarta, Selasa, 27 Juni 2023. Muhammad Adil diperiksa dalam kasus dugaan korupsi pemotongan anggaran seolah-olah sebagai utang kepada penyelenggara negara atau yang mewakilinya tahun anggaran 2022 s/d 2023, serta tindak pidana korupsi penerimaan fee jasa travel umrah dan dugaan korupsi pemberian suap pengkondisian pemeriksaan keuangan tahun 2022 di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Meranti. TEMPO/Imam Sukamto
Setelah Jadi Tersangka 3 Kasus Korupsi, Bupati Kepulauan Meranti Kini Jadi Tersangka Gratifikasi dan TPPU Puluhan Miliar Rupiah

KPK kembali menetapkan Bupati Kepulauan Meranti Muhammad Adil sebagai tersangka gratifikasi dan pencucian uang.


KPK Dalami Temuan Catatan Proyek Kementan dari Rumah Pengusaha Pakaian Dalam Hanan Supangkat

51 menit lalu

Ilustrasi KPK. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Dalami Temuan Catatan Proyek Kementan dari Rumah Pengusaha Pakaian Dalam Hanan Supangkat

KPK menemukan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan proyek-proyek di Kementerian Pertanian saat menggeledah kediaman CEO PT Mulia Knitting Factory Hanan Supangkat.


194 Tahun Lalu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ini Kilas Peristiwanya

55 menit lalu

Pangeran Diponegoro. ikpni.or.id
194 Tahun Lalu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ini Kilas Peristiwanya

Pangeran Diponegoro ketika itu bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya yang tersisa dibebaskan.


KPK Setor Rp 5,7 Miliar ke Kas Negara, Uang Pengganti dari Bekas Bupati Buru Selatan

57 menit lalu

Mantan Bupati Buru Selatan, Tagop Sudarsono Soulisa mengenakan rompi tahanan KPK usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Rabu, 26 Januari 2022. KPK menduga Tagop menerima fee Rp10 miliar dalam kasus tersebut. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
KPK Setor Rp 5,7 Miliar ke Kas Negara, Uang Pengganti dari Bekas Bupati Buru Selatan

Bupati Buru Selatan Tagop Sudarsono Soulisa dihukum enam tahun penjara karena terbukti menerima suap dan gratifikasi.


Korupsi BTS 4G, Dirut PT Sansaine Exindo Didakwa Rugikan Negara Rp 8 Triliun

1 jam lalu

Dua terpidana kasus korupsi Proyek Strategis BTS 4G Bakti Kementerian Komunikasi dan Informatika, Galumbang Menak (kiri) dan Eks Menteri Kominfo Johnny G Plate (kanan) memenuhi panggilan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Agung untuk menjadi saksi mahkota untuk terdakwa Windi Purnama dan Yusrizki Muliawan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi atau Tipikor pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Senin, 15 Januari 2024. TEMPO/Yuni Rahmawati
Korupsi BTS 4G, Dirut PT Sansaine Exindo Didakwa Rugikan Negara Rp 8 Triliun

Terdakwa korupsi BTS Jemy Sutjiawan disebut memberikan komitmen fee sebesar USD 2,5 juta untuk pekerjaan paket 1 dan 2 BTS 4G Tahun 2021.