Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Barbie

Oleh

image-gnews
Iklan

Dengan ucapan terima kasih
untuk Trisha Sertori & J.B. Djwan, Kintamani.

Dua anak cacat itu tinggal di sebuah rumah kecil tanpa perabot di tubir Danau Batur. Desa di kaki gunung berapi yang purba di Bali itu amat miskin, dan sejak lahir Putu dan Alit hidup di sanadalam persilangan antara mimpi dan bukan mimpi.

Kaki Putu bengkok, sulit untuk berjalan. Tubuh Alit, adiknya, sekecil tubuh bayi tiga tahun. Wajahnya manis, tapi tangan kanan dan kedua kakinya yang setipis buluh seruling itu pengkor ke arah yang tak lazim. Dengan badan yang nyaris sekadar tulang berselaput kulit, rusuknya mencuat ke atas, menghambat pernapasannya. Alit, 11 tahun, tak bisa berjalan. Ia sering sakit. Ia sering kesakitan.

Tapi ia ikut Putu, menghabiskan waktu remajanya dengan mendesain, menjahit, dan memasang pakaian untuk boneka-boneka kecil, boneka Barbie yang gilang-gemilang, berkulit putih, berambut pirang, dengan glamor di setiap jengkal.

"Saya menyukai Barbie karena dia cantik," kata Putu. "Bagi mereka Barbie seksi," kata ibu mereka, Jero Widiani, tentang kedua anaknya kepada Trisha Sertori dari The Jakarta Post yang datang ke rumah janda dengan lima anak itu.

Putu dan Alit, orang-orang akan mengatakan kalian teperdaya; kalian terpukau sebuah icon Amerika. Hasil strategi pemasaran Mattel Inc. Mainan yang diperdagangkan wanita pebisnis dari Los Angeles. Fantasi kelas menengah Kaukasian tentang tubuh perempuan muda yang sempurna, meskipun mustahil. Bintang yang jatuh dari langit Kitsch kapitalismejatuh pelan-pelan ke dalam mimpi anak-anak perempuan di muka bumi, juga di tubir Danau Batur itu.

Tapi benarkah kalian teperdaya? Reportase The Jakarta Post itu terbit dua hari sebelum Hari Kartini yang dirayakan. Mata saya basah melihat foto kalian. Mungkin karena saya berangsur-angsur tahu, kalian hanya separuh bermimpi, dan bagi kalian apa itu "icon" dan apa itu "kelas menengah" tak terlalu penting. Tiap pagi kalian menyeberangi sebuah jurang perbedaan kelas dan sejarah, palung luas tak terhitung. Dengan diam kalian tinggalkan segala yang terpuruk di bawah atap rumah kalian, dan bermain dengan imajinasi yang tak pernah mampir ke dalam dongeng nenek moyang di Kintamani.

Tapi pada saat yang sama, kalian adalah bagian dari Kintamanimeskipun ini Kintamani yang ingin dilahirkan kembali, tapi tak seperti dulu.

Tiap pagi Jero Widiani membuka pintu rumah yang kecil itu, agar anak-anak sekolah setempat membeli baju boneka yang dibuat anaknya. Sesekali Sakti, teman keluarga, akan datang untuk menjualkan hasil kerajinan tangan itu ke Denpasar.

Pada awalnya ibu yang sudah delapan tahun ditinggal suaminya itu menjahit kebaya atas pesanan tetangga, dibantu Kadek, anak kedua. Kemudian mereka menjual Barbie dan kostumnya, buat biaya hidup dan ongkos kesehatan anak-anak itu. Widiani mencari obat sendiri, karena kartu kesehatan dari puskesmas sering salah tulis dan dianggap tak sah. Sementara itu, bantuan pemerintah yang Rp 10 ribu per hari untuk anak-anaknya tak selalu datang tepat waktu.

Di sela-sela itu, semua bekerja. Juga Putu. Dengan kakinya yang tak berfungsi.

"Saya tak tahu apa nama penyakit itu," kata Jero Widiani. Ketika kedua anaknya itu dalam kandungan, dokter menyuruh Widiani memeriksakan diri di rumah sakit. "Tapi saya tak pernah ke sana karena jauh sekali dari sini."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Putu dan Alit juga tak pergi ke puskesmas. "Kami kadang-kadang merasa kram di tulang dan otot," kata si kakak, "dan Alit sering sulit bernapas." Mereka diberi balsem dan dipijat. Mereka tak ke dokter karena "hampir tiap kali kami kesakitan".

Demikianlah tiap hari mereka duduk di ruang itu. Dengan Barbie, dengan kebaya, gaun, dan kain boneka yang selalu baru. Putu membantu ibunya menambah nafkah. Alit dibiarkan bermain: ia tak hendak menjual hasil pekerjaan tangannya.

Putu: "Alit sudah ikut menjahit, tapi tak ingin menjual pakaian bonekanya. Ia bilang, malu kalau itu dijual. Ia lebih suka bermain dengan boneka-boneka itu di rumah-rumahan kecil yang dibuatnya sendiri. Ia memanggil mereka peri, perinya."

Di dekat Alit yang sakit, Barbie tak bisa ditukar. Ia tak punya nilai tukar. Ia bukan sebuah komoditas. Ia sebuah penebusan. Hanya dongeng yang bisa menebus nasib. Hanya peri yang datang dari separuh mimpi yang menghidupkan tubuhnya yang sakit di ruang tanpa perabot itu.

Di luar, orang tak melihat peri, tapi mencatat kekuatan uang yang destruktif, modal yang menjangkau ke mana-mana, globalisasi yang melumpuhkan apa yang lokal, industri budaya yang riuh rendah melalui media, dan hidup yang ditipu "takhayul komoditas".

Orang-orang itu prihatin akan penderitaan kaum yang tak berpunya. Mereka percaya bahwa teori akan bisa menjelaskan penderitaan itu dan kemudian mengubahnya.

Tapi agaknya selalu ada yang tercecer dalam tiap teori dan tiap penjelasan. Sebuah discourse tak akan menangkap mata Alit yang jernih dan tekun. Teori tak akan menyentuh tubuhnya yang dengan susah payah membentuk sehelai gaun dari perca.

Momen-momen itu cenderung tak terpungutdan tubuh ringkih yang jauh itu seakan-akan hanya sisa yang terlalu rumit dari sejarah.

Seakan-akan hanya sisa.

Tapi tak mengapa. Biarlah Alit tertinggal, terlalu rumit, dan tak tercatat. Sebab dengan itu ia bebas dari kategori. Sebab dengan itu ia tak diletakkan dalam konsep yang tetap. Di rumah bonekanya, Barbie juga lahir kembali: dulu ia produk pabrik mainan Amerika, kemarin ia hasil kerja tangan seorang anak dusun, kini ia peri penebus di ruang sunyi angan-angan.

Bekerjalah, Alit. Dari tangan yang tak sempurna sekalipun, tiap kreasi dan imajinasi adalah peristiwa yang tak terduga.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi Keluhkan Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Ini Kilas Balik Menteri Luhut Berobat di Singapura

11 menit lalu

Presiden Joko Widodo menjenguk Luhut Binsar Pandjaitan di Singapura. FOTO/Instagram
Jokowi Keluhkan Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Ini Kilas Balik Menteri Luhut Berobat di Singapura

Salah satu menteri Jokowi, Luhut Binsar Pandjaitan, diketahui pernah berobat hampir sebulan di Singapura pada November tahun lalu.


Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

13 menit lalu

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.


Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

14 menit lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyampaikan netralitas Pemilu di gedung KPK pada Rabu, 7 Februari 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK Nurul Ghufron menggugat Dewan Pengawas (Dewas) KPK ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta.


Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

19 menit lalu

Ilustrasi anak main ponsel pintar. (Shutterstock.com)
Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

Orang tua harus memiliki aturan yang jelas dan konsisten untuk mendisiplinkan penggunaan ponsel dan aplikasi pada anak.


Elite NasDem Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Mungkin Silaturahmi

20 menit lalu

Mantan Cawapres nomor urut 01 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menggelar konferensi pers bersama Ketum NasDem Surya Paloh usai pertemuan keduanya terkait putusan MK. Pertemuan tersebut dilakukan di NasDem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Elite NasDem Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Mungkin Silaturahmi

Surya Paloh menanggapi pertemuan Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali dengan Prabowo Subianto pada Selasa lalu. Sinyal koalisi?


Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

26 menit lalu

Presiden Jokowi bersama rombongan terbatas termasuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertolak menuju Jawa Timur untuk kunjungan kerja, Lanud TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat, 8 Maret 2024. Foto Biro Pers Sekretariat Presiden
Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.


Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho ke Dewas, KPK: Bukan Keputusan Kolektif Kolegial Pimpinan

26 menit lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron ditemui usai memberikan keterangan kepada Dewas KPK perihal pemberhentian Endar Priantoro di Gedung Dewas Rabu 12 April 2023. TEMPO/Mirza Bagaskara
Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho ke Dewas, KPK: Bukan Keputusan Kolektif Kolegial Pimpinan

Tindak lanjut laporan dugaan pelanggaran etik yang diajukan Nurul Ghufron diserahkan sepenuhnya kepada Dewan Pengawas KPK.


2 Cara Blur WhatsApp Web di Chrome untuk Menjaga Privasi Chat

29 menit lalu

Memori penyimpanan WhatsApp harus rutin dibersihkan agar kinerja aplikasi tidak lemot. Ini cara bersihkan penyimpanan WhatsApp. Foto: Canva
2 Cara Blur WhatsApp Web di Chrome untuk Menjaga Privasi Chat

Ada beberapa cara blur WhatsApp Web di Chrome agar chat rahasia Anda tidak dibaca orang lain. Berikut ini beberapa tata caranya.


Prabowo Berpeluang Tambah Anggota Koalisi Pemerintah, Demokrat: Kami Dukung

32 menit lalu

Logo Partai Demokrat
Prabowo Berpeluang Tambah Anggota Koalisi Pemerintah, Demokrat: Kami Dukung

Partai Demokrat akan mengikuti keputusan presiden terpilih Prabowo Subianto jika ingin menambah partai politik dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM).


Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

35 menit lalu

Gedung bioskop Menteng di Jakarta, 1984. Dok. TEMPO/Nanang Baso
Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

Sejak abad ke-16, Kota Jakarta telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan hingga secara resmi berubah menjadi DKI Jakarta, terakhir DKJ.