Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Interior

Oleh

image-gnews
Iklan

Seorang penduduk kota besar adalah seorang tamu di beberapa ruang duduk.

Pagi-pagi ia akan duduk sarapan. Beberapa menit kemudian ia akan di atas sadel sepeda motor, atau dalam angkot, atau dalam mobilnya sendiri. Sejam dua jam lamanya ia akan hadir di jalan yang macet. Kemudian ruang berikutnya: pabrik, restoran, bank, atau kantor jawatan, di mana ia akan bekerja atau pura-pura bekerja. Lalu ia akan pulangmelalui rute yang membuat kendaraan, yang bergerak pelan di jalan yang padat, jadi ruang tunggu yang panjang.

Pengalamannya pengalaman seorang pesinggah. Bahkan, karena jam di luar begitu panjang, tempat tinggalnya kian mirip sebuah penginapan. Di sana ia mungkin beranak, beristri atau bersuami, dan ruang itu disebut "rumah". Tapi "rumah" itu bukan seperti dalam pengalaman kakek-neneknya dulu. "Sekarang, ketika kita jadi kaum urban rumah itu mengambang," tulis Nirwan Dewanto dalam pengantar pameran Domestic Stuff ("benda-benda rumahan") di Galeri Salihara sebulan yang lalu.

Kini rumah sebuah ruang yang diganggu waktu. Dulu waktu seakan-akan menyusup di daun pintu tua, mendekam di tiang 50 tahun, dan tak mengusik kehidupan sehari-hari. Ada yang jadi akrab karena sejarah. Kini sejarah hanya selintas membentuk hubungan seorang penghuni kota besar dengan dunia luar. Selebihnya dibentuk oleh kongesti.

Manusia dan benda berjejal-jejal. Paradoks dari kongesti ini adalah bahwa ketika hidup jadi begitu padat rapat, dan manusia jadi "orang ramai", hubungan pun tak lagi akrab. Rebutan ruang berlangsung, dengan heboh atau membisu. Kita menyaksikannya di jalan raya yang padat kendaraan, di petak hijau yang didesak apartemen tinggi. Dalam perebutan itu, "aku" melihat "mereka", tapi "melihat" sajasebuah persepsi dari sebuah jarak.

Tapi untunglah manusia tak pernah mudah selesai. Ia mencoba menemukan kembali apa yang hilang.

Mungkin itu sebabnya pameran seni rupa Domestic Stuff itu menyentuh hati: yang diungkapkan di galeri itu sebuah rekaman kerinduan. Barangkali sebuah ilusi. Atau setengah mimpi.

"Setiap benda yang tergeletak di sudut rumah menyimpan cerita," tulis dua perupa dalam pameran itu, Ariani Darmawan dan Ferdiansyah Thajib. Karya mereka Kabar Benda Diam: sebuah meja makan, tapi terbalik dan tergantung pada langit-langit, lengkap dengan piring, tudung saji, dan kaleng Khong Guan Biscuits. Benda yang lumrah itu mendadak jadi tak tersangka-sangka. Seraya diam, ia jadi sebuah "kabar". Kita dikejutkan dari distraksi dan disentuh kembali ke atensiagar kita sejenak menyimak, merenungkan.

Jangan-jangan benda itu sebuah "tanda".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan itulah yang dikatakan Melati Suryodarmo dan Afrizal Malna, yang di pameran ini menghadirkan sebuah setrika di sebelah tumpukan kain, dengan warna dan bentuk yang setengah abstrak. Perkakas itu berubah dari alat kerja sehari-hari jadi peristiwa yang tak sehari-hari. Ia petilasan dari sesuatu yang cuma punya makna instrumental. Kini ia mengajak kita menebusnya dari status hanya sebagai komoditas. Ia jadi sebuah imaji tentang rutinitasbolak-balikyang tak semata-mata pengulangan. "Mekanisme pengulangan," kata Melati, jadi "pola tingkah laku yang terus-menerus dan tumbuh." Kata kuncinya adalah "tumbuh". Di dalam karya itu, yang bolak-balik jadi sesuatu yang berubah. Ia sebuah pesona.

Di benda-benda itulah teknologi jadi bagian dari proses yang profan dan juga estetik: mereka bukan ciptaan Tuhan, tapi pesona atau aura itu melintas, karena sebuah karya adalah sebuah "kejadian". Ia "tumbuh" dalam kejutan baru.

Tapi tak cuma itu. Di tiap benda yang kita temukan di rumah, ada bayang-bayang kekuasaan. Sebuah benda jadi komoditas atau jadi sampah karena proses yang ditentukan modal dan perdagangan. Karya seni yang menafikan penentuan itu bisa tampil sebagai sederet momen perlawanan. Ratusan stik es krim yang terbuang menjelma jadi sebuah rumah miniatur yang apik dalam karya Lidyawati & Amrizal Salayan St. Parpatih, sehimpun alat remote control TV tiba-tiba tersusun jadi kursi fantasi buatan Samuel Indratma.

Itu juga yang kita rasakan pada deretan gambar, kartu pos, cendera mata, piring hias, dan barang-barang sepele lain yang seakan-akan tak sengaja terhampar pada instalasi Sekarputri dan Mufti "Amenk" Priyanka, Catatan dari Rumah. Di sini, khaos seakan-akan tak mau peduli kepada rumah sebagai "sistem" ketertiban.

Tapi khaos itu akhirnya sementara, karena ia juga sebuah komposisi yang tersirat dari ritme dan bentuk. Karya seni meluangkan diri buat serendipity, keberuntungan yang bisa menemukan sesuatu secara tak disangka-sangka. Tiba-tiba benda-benda yang muncul dalam ruang galeri itu, atau dalam kanvas itu, seakan-akan berbisik dalam percakapan. Seperti dalam sajak "Senja di Pelabuhan Kecil" Chairil Anwar: "Gudang, rumah tua, tiang serta temali" itu seakan-akan saling menyapajuga menyapa seseorang yang tak lagi mencari cinta dan menegur pantai yang kehilangan ombak.

Dengan kata lain, karya seni bisa mengembalikan tegur sapa yang hilang dalam kongesti benda dan manusia.

Tapi tanpa karya seni sekalipun, dalam kepadatan kota besar, manusia tak ingin hanya singgah dari kelimun ke kelimun, dari aula ke aula. Ia perlu "ruang dalam" di mana ilusi tentang kesendirian mungkin, di mana timbul semacam mabuk kepayang kepada yang interioratau, meminjam kata-kata keren Walter Benjamin, die Phantasmagorien des Interieurs. Di sana, di antara dunia privat dan publik, ia undang kisah-kisah yang jauh dan yang telah berlalu.

Manusia tak mudah selesai. Tamu dari ruang ke ruang itu rindu. Di kota yang berjejal, ia bisa lari ke dalam sebuah boks (Loge) yang terselip di dinding teater imajiner, teater dunia, di kamarnya.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kubu Anies dan Ganjar Optimistis Hakim MK Bakal Kabulkan Permohonannya, Ini Alasannya

1 menit lalu

Ketua Tim Hukum Nasional AMIN Ari Yusuf Amir (tengah) bersama anggotanya saat jeda sidang kedua sengketa Pilpres di Gedung MK, Jakarta Pusat pada Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Kubu Anies dan Ganjar Optimistis Hakim MK Bakal Kabulkan Permohonannya, Ini Alasannya

Tim Anies dan Ganjar optimistis Mahkamah Konstitusi (MK) akan mengabulkan permohonan mereka tiga hari menjepang pembacaan Putusan MK.


Pakar Psikologi Forensik Kirim Amicus Curiae ke MK: Soroti Pernyataan Muhadjir, Bansos, dan Pork Barrel

10 menit lalu

Reza Indragiri Amriel. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Pakar Psikologi Forensik Kirim Amicus Curiae ke MK: Soroti Pernyataan Muhadjir, Bansos, dan Pork Barrel

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, mengirimkan amicus curiae ke MK yang memuat pandangannya terhadap bansos dan pork barrel.


12 Daftar Harga HP Samsung 1 Jutaan dengan Fitur Bagus

15 menit lalu

Bagi Anda yang sedang mencari HP murah, berikut ini harga HP Samsung 1 jutaan beserta spesifikasi lengkapnya. Foto: Canva
12 Daftar Harga HP Samsung 1 Jutaan dengan Fitur Bagus

Bagi Anda yang sedang mencari HP murah, berikut ini harga HP Samsung 1 jutaan beserta spesifikasi lengkapnya.


Tujuh Orang Tewas dalam Kebakaran Ruko di Mampang Prapatan

16 menit lalu

Petugas sedang memadamkan api yang membakar sebuah ruko di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta, Jumat, 19 April 2024. Foto: ANTARA/Khaerul Izan
Tujuh Orang Tewas dalam Kebakaran Ruko di Mampang Prapatan

Tujuh orang tewas dalam kebakaran ruko Saudara Frame dan Galery di Mampang Prapatan.


Cara Cek Pengumuman OSN-K SMA 2024

17 menit lalu

Siswa Indonesia Torehkan Empat Medali di Olimpiade Biologi Internasional 2023. Dok.Kemendikbud
Cara Cek Pengumuman OSN-K SMA 2024

Cara cek pengumumkan hasil pelaksanaan OSN-K jenjang SMA/MA/sederajat 2024


7 Tips Agar Smartphone Tetap Berfungsi Seperti Baru

18 menit lalu

Ilustrasi aplikasi pada ponsel pintar atau smartphone (Pixabay)
7 Tips Agar Smartphone Tetap Berfungsi Seperti Baru

Tak hanya perlu pelindung luar, smartphone juga butut perlindungan dari dalam agar bisa tetap berfungsi seperti baru.


Otoritas Jasa Keuangan Blokir 5 Ribu Rekening Ditengarai Terlibat Judi Online

21 menit lalu

Ilustrasi judi online.
Otoritas Jasa Keuangan Blokir 5 Ribu Rekening Ditengarai Terlibat Judi Online

OJK menjelaskan perputaran uang judi online selama ini ada yang tidak dilakukan di dalam negeri atau lintas batas.


Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

25 menit lalu

Lumpia isi tahu udang menjadi salah satu jenis gorengan yang tetap sehat untuk menu buka puasa/Foto: Tupperware
Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?


Chibicon Merayakan Kreativitas dan Budaya Pop di Jawa Timur

26 menit lalu

Poster Chibicon Surabaya
Chibicon Merayakan Kreativitas dan Budaya Pop di Jawa Timur

Chibicon menampilkan booth-booth menarik yang dipenuhi dengan produk dan karya unik dari para kreator lokal


LACE 2024 Vol.1: Festival Budaya Pop dan Cosplay Terbesar di Sumatera Utara

26 menit lalu

Poster acara Little Akiba Cosplay & Entertainment (LACE) di Medan
LACE 2024 Vol.1: Festival Budaya Pop dan Cosplay Terbesar di Sumatera Utara

Parade cosplay meriah Coswalk Chart 100 akan menjadi sorotan utama.