Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gelanggang

Oleh

image-gnews
Iklan

Apa yang mendorong Raffles, penguasa Inggris di Jawa, hingga ia memerintahkan agar candi yang tertimbun lapisan tanah di 40 kilometer dari Yogyakarta itu digali? Bukan kehendak memuliakan sebuah masa lalu, tapi rasa ingin tahu.

Kini orang mendatangi Borobudur tanpa rasa ingin tahu ituhasrat yang menggerakkan ilmu, termasuk arkeologi. Mereka lupa bahwa Borobudur, yang dibangun di abad ke-9, baru dilahirkan kembali di abad ke-19 oleh seorang asing dengan semangat Pencerahan Eropa. Sekaligus diberi nama baru. Nama asli Borobudur tak diketahui. Mungkin Bhmisambhra.

Tak kalah penting: kini Borobudur jadi indeks ke-Indonesia-an. Terutama bila ke-Indonesia-an hendak digambarkan sebagai sebuah sejarah yang gemilang, dengan prestasi arsitektural, seni pahat, dan kerohanian yang menonjol. Dalam rasa bangga itu kita tak mau mengingat, ada ratusan tahun ketika nenek moyang kita meninggalkan Borobudur. Sekitar akhir abad ke-9, Raja Mpu Sendok memutuskan memindahkan kerajaannya ke Jawa Timur, mungkin karena kerusakan akibat letusan gunung-gunung di sekitar itu. Sejak itu pula Borobudur diabaikan, tertutup debu vulkanis dan pohon-pohon hutan. Berangsur-angsur ia jadi sesuatu yang angker, tempat takhayul abad ke-18 beredar. Bukan candi.

Namun ironis: dengan begitu tampak bahwa masa lalu tak pernah mati, biarpun petilasan tua runtuh atau lenyap. Masa lalu tak pernah mati karena ia senantiasa diperlukan dan diciptakan kembali oleh masa sesudahnya. Terkadang dengan semangat keilmuan (rasa ingin tahu ala Raffles), terkadang dengan takhayul, terkadang dengan kehendak meneguhkan identitas, terkadang karena kepentingan bisnis pariwisata.

Itu sebabnya tak ada masa lalu yang tak disentuh masa kini. Orang-orang beragama sering meyakini bahwa zaman dulu (ketika pendiri iman mereka masih hidup) adalah masa yang suci murni. Mereka lupa bahwa "zaman dulu" yang mereka baca itu tak jarang hanyalah proyeksi ketidakpuasan kepada "zaman kini".

Sebaliknya mereka yang ingin agar "zaman dulu" harus dibuang untuk menghadirkan masa kini: mereka lupa bahwa tak pernah ada masa kini yang tak disentuh ingatan. Seperti kata-kata Marx yang termasyhur, "Manusia membuat sejarah mereka sendiri, tapi mereka tak membuatnya seperti kehendaknya." Manusia membuat sejarah di tengah keadaan yang sudah ada, "yang diberikan dan disalurkan dari masa lalu."

Tentu saja di situ Marx tak berbicara sebagai seorang penggerak revolusi; ia lebih sebagai seorang analis. Seorang penggerak revolusi pasti ingin mematahkan masa kini dari masa silam, yang "baru" dari yang "lama". Ia harus berniat mengubah keadaan. Ia harus memperbarui.

Itu juga hasrat sebuah statemen yang terkenal dalam sejarah kesusastraan Indonesia: "Surat Kepercayaan Gelanggang".

Teks itu terdiri atas tujuh paragraf. Isinya merupakan pandangan para sastrawan yang disebut "Angkatan '45", meskipun dokumen itu disiarkan dalam majalah Siasat 22 Oktober 1950. Seperti umumnya nasib sebuah statemen, ia tak pernah dengan baik-baik dibaca. Ia hanya diterima dengan sikap "pro" atau "anti". Ia memasuki sebuah konfrontasi.

Terutama ketika "revolusi nasional" dan perang kemerdekaan belum reda dari ingatan. Sebab kalimat awal "Surat Kepercayaan Gelanggang" memang memancing polemik: "Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia..."; juga beberapa alinea berikutnya:

Kami tidak akan memberi kata ikatan untuk kebudayaan Indonesia, kami tidak ingat akan melap-lap hasil kebudayaan lama sampai berkilat dan untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi mereka yang "nasionalistis", statemen itu ditafsirkan sebagai kehendak lepas dari akar, ingkar dari "kepribadian nasional".

Tapi di situ para pengecamnya salah paham. Mereka mengabaikan: bahwa di balik statemen ini ada gelora kreativitas yang absolut.

Seraya menegaskan "kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri", yang hendak dicapai adalah sebuah kerja seni dan intelektual yang tak dibatasi rumusan apa pun tentang "kepribadian bangsa". Identitas itu bisa mempersempit. "Kami tidak akan memberi kata ikatan untuk kebudayaan Indonesia. Kami akan menentang segala usaha yang mempersempit ukuran nilai".

Dengan gelora kreativitas seperti itu, "hasil kebudayaan lama" tak akan dilap-lap "sampai berkilat". Yang diniatkan: "suatu penghidupan kebudayaan baru...".

Dan itulah kekuatan "Surat Kepercayaan Gelanggang".

Tapi itu pula kekurangannya. Penggubahnya tak memahami bahwa ada beda antara kreativitas dan orisinalitas. Kreativitas yang mutlak bisa lahir dari sebuah momen ketika subyek sepenuhnya tampil otonom. Tapi tak berarti orisinalitas murniyang bebas dari apa saja yang "lama"bisa didapatkan.

Memang, semangat kreatif adalah penjebol. Ketika yang "lama" bukan saja tertutup, tapi juga menutup, sesuatu yang "baru" akan meletup seperti magma yang tertahan. Semangat kreatif selamanya berada dalam saat genting, menjelang sesuatu yang berbeda, yang baru, datang menerabas. Tapi bukankah, seperti kata Marx, "tradisi generasi yang telah mati memberat di dalam kepala mereka yang masih hidup, seperti mimpi buruk"? Meskipun Marx terlalu muramyang "lama" tak selamanya "mimpi buruk"seperti yang saya sebut di atas, masa lalu tak pernah mati. Tradisi adalah sebuah proses.

Apalagi ia juga lahir dari pelbagai saat genting yang sama. Ketika sang pemahat Borobudur mengayunkan perkakasnya, ia, seperti Chairil Anwar dan Affandi, merasa ada sesuatu yang "baru" yang akan datang ke dalam dunianyadan mengubahnya.

Saat genting, itulah yang selalu mengiringi sebuah kebudayaan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Bamsoet Tegaskan Pentingnya 'Kepemimpinan Berkelanjutan' dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045

2 menit lalu

Bamsoet Tegaskan Pentingnya 'Kepemimpinan Berkelanjutan' dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Bambang Soesatyo menuturkan gagasan Indonesia Emas 2045 adalah sebuah visi ideal dan cita-cita luhur yang tidak mungkin bisa digapai secara instan.


Survei Meta Ungkap Pengguna Medsos Usia Muda di Indonesia Berani dan Aktif

6 menit lalu

WhatsApp mengumumkan peluncuran Avatar (Meta)
Survei Meta Ungkap Pengguna Medsos Usia Muda di Indonesia Berani dan Aktif

Sebanyak 87 persen responden dalam survei Meta menyatakan bahwa media sosial adalah platform efektif untuk sampaikan pesan dan mendorong perubahan.


Pastikan Keamanan Warga Arus Mudik, Polri Susun Skema Operasi Ketupat 2024

7 menit lalu

Menteri Kordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Kapolri Listyo Sigit Prabowo, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers usai Rapat Koordinasi Kesiapan Operasi Ketupat 2024 Tingkat Menteri di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin 25 Maret 2024. TEMPO/Han Revanda Putra.
Pastikan Keamanan Warga Arus Mudik, Polri Susun Skema Operasi Ketupat 2024

Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengatakan, operasi ketupat akan berlangsung kurang lebih selama 13 hari, dimulai sejak 4 April hingga 16 April 2024.


Korban TPPO Ferienjob UNJ: Mahasiswa Dilarang Beli Tiket Sendiri

13 menit lalu

Kampus UNJ.  Foto : UNJ
Korban TPPO Ferienjob UNJ: Mahasiswa Dilarang Beli Tiket Sendiri

Muchlis korban TPPO Ferienjob mahasiswa di UNJ. Dia pinjam duit orang tua untuk ke Jerman. Ada perintah beli tiket harga mahal di travel Purnama.


Pertamax Palsu Bikinan SPBU Nakal, Ini Tips Cek Kualitas dan Kemurnian BBM

36 menit lalu

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Trunoyudo Wisnu Andiko (kiri) dan Dirtipidter Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Nunung Syaifuddin (kanan) memperlihatkan barang bukti BBM pertamax yang asli dan palsu (dioplos) di Mabes Polri, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. Foto: ANTARA/Laily Rahmawaty
Pertamax Palsu Bikinan SPBU Nakal, Ini Tips Cek Kualitas dan Kemurnian BBM

Polisi mengungkap kasus pemalsuan bahan bakar minyak atau BBM jenis Pertamax di Tangerang, Jakarta Barat dan Kota Depok


Luncurkan Program Druk Neykor, Bhutan Mudahkan Wisatawan yang Ingin Kunjungi Situs Suci

42 menit lalu

Paro Taktsang atau Tiger's Nest di Bhutan (Pixabay)
Luncurkan Program Druk Neykor, Bhutan Mudahkan Wisatawan yang Ingin Kunjungi Situs Suci

Program ini diluncurkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang ingin mengetahui lebih banyak tentang budaya dan tradisi unik Bhutan.


Jenis Pakaian yang Tidak Disarankan untuk Perjalanan dengan Pesawat

43 menit lalu

Ilustrasi makan di pesawat/Emirates
Jenis Pakaian yang Tidak Disarankan untuk Perjalanan dengan Pesawat

Jika legging atau celana yoga tidak disarankan, dia membagikan bahan-bahan pakaian yang cocok untuk perjalanan dengan pesawat.


Ngabuburit di Hai Ramadan di Dubai, Melihat Pertunjukan Tradisi dan Ikut Workshop Seru

43 menit lalu

Pertunjukan Rashid dan Latifa di arena Hai Ramadan Dubai yang hadir 11 Maret hingga 14 April 2024 (TEMPO/Mila Novita)
Ngabuburit di Hai Ramadan di Dubai, Melihat Pertunjukan Tradisi dan Ikut Workshop Seru

Dari workshop, cerita nabi, sampai tradisi meriam Ramadan dapat ditemukan pengunjung Hai Ramadan di Dubai.


5 Masjid di Hong Kong yang Menarik Wisatawan Muslim, Tertua Dibangun pada 1840-an

43 menit lalu

Jamia Mosque Hong Kong (Hong Kong Tourism Board)
5 Masjid di Hong Kong yang Menarik Wisatawan Muslim, Tertua Dibangun pada 1840-an

Masjid tertua di Hong Kong dibangun pada 1840-an dan kini termasuk salah satu bangunan bersejarah grade 1.