Putu Setia
Senang sekali saya mendengar sahabat spiritual saya, Romo Imam, kembali ke Tanah Air setelah berbulan-bulan di lereng Himalaya. Saya segera meluncur ke padepokannya, tak sabar menunggu komentarnya yang biasanya rada aneh.
"Sugeng rawuh, Romo," kata saya. "Selama Romo pergi, Nusantara gonjang-ganjing. Ada tawuran antaretnis, ada wakil rakyat yang dituduh memeras, ada menteri tak mau datang dipanggil DPR, ada bupati mengawini anak belia lalu menceraikannya lewat pesan pendek, ada jenderal polisi ditahan di markas tentara, ada menteri mundur setelah jadi tersangka."
"Sudahlah," Romo memotong. "Perlu berapa halaman kertas lagi untuk mencatat gonjang-ganjing itu? Belum lagi hakim agung memalsukan vonis, arisan seks para pelajar. Ini belum puncak. Mungkin nanti ada presiden jadi tersangka. Setidaknya wakil presiden."
Saya melongo. Romo begitu tenang. Sempat saya berpikir, jangan-jangan Romo terpengaruh akun anonim di Twitter yang gencar menyebar keburukan orang, atau Romo malah salah satu adminnya? Saya tersenyum sendiri untuk membantah khayalan itu, wong Romo membalas pesan pendek saja tak bisa.
"Ini disebut Kali Yuga. Yuga artinya zaman, kali arti gampangnya kalut. Di zaman serba kalut, kejahatan dan keburukanlah yang menonjol. Orang cerdas dan jujur tersisih, orang dengki dan pembohong menjadi pemimpin."
"Gonjang-ganjing sekarang keterlaluan," saya menyela.
"Justru ini era yang baik. Ini pertanda Kali Yuga segera berakhir. Setelah ini, akan ada yuga yang membawa kebaikan, Treta Yuga. Mudah-mudahan era itu menjadi nyata setelah 2014."
Romo menyebut-nyebut tahun 2014, apa ada kaitannya dengan pemilu dan pemilihan presiden? Tapi saya tak mau bertanya.
"Di akhir Kali Yuga, kebusukan muncul dengan sendirinya, tanpa dicari. Orang-orang menggali kuburnya sendiri. Bisa karena selip lidah, bisa karena salah tingkah, dan bermacam-macam cara. Semesta yang mengatur ini. Presiden memberi grasi kepada penjahat narkoba, kasus merembet ke mana-mana sampai hakim agung ketahuan memalsukan vonis. Komisi Pemberantasan Korupsi memaksa menggeledah kantor pusat polisi lalu lintas, kasus merembet sampai berkelak-kelok. Polisi dan KPK perang dingin dan kini KPK kekurangan penyidik. Bupati Garut itu kan sudah lama menceraikan istri sirinya dengan pesan pendek. Tapi kasusnya meledak sekarang dan merembet ke masalah moral, penipuan, pelecehan."
Romo berhenti sejenak, dan kesempatan saya bicara: "Misalkan negara ini badan, organ-organ tubuh sudah tidak sinkron, malah saling melemahkan. Berarti otak tidak berfungsi sebagai pengendali. Atau saraf otaknya lemah tak bisa meneruskan perintah otak."
"Walah, muter-muter," Romo kembali memotong. "Maksudnya, SBY sebagai presiden tak berfungsi sebagai pengendali? Itu karena pengaruh kekuatan semesta, supaya gonjang-ganjing lebih meluas. SBY disandera alam semesta sehingga tak mampu berbuat."
Saya melongo. "Tapi tak apa-apa, tidak ada yang gawat," kata Romo. "Gonjang-ganjing ini dibarengi dengan lelucon, ada orang yang siap untuk ditertawai. Misal, tanpa bercermin di kaca, tiba-tiba ada orang menyatakan siap menjadi calon presiden. Namun akan muncul orang-orang cerdas yang bisa menangkap pertanda zaman. Orang itu harus di luar kekuasaan, dan dia harus mencatat semua hal yang busuk-busuk. Jika masih dalam lingkar kekuasaan, orang itu harus mundur. Hanya orang itulah nanti yang bisa menutup Kali Yuga untuk menemui yuga yang lain."
"Orang itu telah disiapkan alam, paham?" Tanya Romo. "Tidak," jawab saya. "Kurang transparan dan berbau klenik."