Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

El Demonio

Oleh

image-gnews
Iklan

Setelah tujuh tahun bersekolah di Eropa, Ibarra pulang ke Filipina, dan di sepanjang Kota Manila ia tak hanya melihat Manila. Di matanya, kebun beragam tumbuhan di kota itu tak putus-putusnya tampak dibayang-bayangi taman-taman yang pernah dikenalnya di Eropa. Ia tak lagi melihat begitu saja; baginya, tamasya itu sesuatu yang dekat dan sekaligus jauh. Seakan-akan ada setan yang memperdayanya dengan jarak dan waktu. Ia resah.

Di saat itu, menjelang akhir abad ke-19 itu, tokoh utama dalam novel Noli me Tngere yang ditulis pahlawan nasional Filipina Jose Rizal ini merasakan apa yang disebutnya sebagai el demonio de las comparaciones. Dalam buku Benedict Anderson yang cemerlang, The Spectre of Comparisons, momen itu diambil sebagai salah satu contoh awal kesadaran kebangsaan, terutama di Asia Tenggara. Ada yang mengatakan bahwa kesadaran itu tak sekadar tumbuh dari "mambang", spectre, tapi dari "iblis", demon, atau el demonio. Begitu menggugah, begitu membakar.

Membandingkan memang mengandung dua titik pandang: jauh dan dekat. Dalam keduanya kita menemukan yang sama dan sekaligus beda, universal dan yang partikular. Dalam tafsir saya, permainan tipu daya sang Iblis terletak dalam "waktu".

Dua waktu yang berbedawaktu Ibarra di Berlin dan waktu ia berada di Manilaseakan-akan homogen. Masing-masing seakan-akan tak berisi apa-apa, seperti bujur sangkar yang secara universal dikenal sebagai bentuk yang semua sisinya sama panjang, seperti deretan petak di kertas datar. Anderson memakai istilah "waktu yang homogen dan kosong", homogenous empty time.

Tapi tentu saja "waktu" yang seperti itu sepenuhnya abstrak. Sementara itu "waktu" yang kita alami sehari-hari, juga yang dialami Ibarra, adalah "waktu fenomenologis": mengalir terus tapi sekaligus bersentuhan dengan tubuh dan ruang, dan di dalam semua itu ada emosi, suasana hati. Ia bergerak dalam proses, tapi tak seluruhnya terbangun sebagai keragaman yang murni. Detik ini tak mengulangi detik sebelumnya dan tak akan diulangi oleh yang sesudahnya, tapi semua itu dipertemukan di sebuah "kosmos".

Sebab itulah yang terjadi dalam pengalaman Ibarra itu menyakitkan: Manila yang begitu miskin, bila dijajarkan dengan Berlin, meskipun kedua-duanya punya taman kota, adalah Manila tempat ia berdiri, punya masa silam, merasa sebagai seseorang yang tak seluruhnya cair seperti tinta yang belum membentuk sebuah gambar.

Kini, hampir satu setengah abad setelah Ibarra kembali ke Manila, perbandingan dari satu tempat ke tempat lain makin cepat, makin beragam. Inilah di zaman ketika surat kabar dan semua produk "kapitalisme cetak" mulai menurun pengaruhnya. Televisi, atau informasi audiovisual yang lain, kian menghubungkan satu kejadian di sebuah tempat pada saat yang sama dengan kejadian di tempat lain. Semakin lama semakin hadir apa yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai real time.

Dalam situasi itu, tentunya kita akan mengatakan, "sang iblis" akan semakin memperdaya: dekat dan jauh menjadi semakin kabur. Ketika pada 1755 Kota Lisabon dihantam gempa, yang disusul dengan tsunami dan kebakaran besarsebanyak 85 persen gedung hancur, termasuk istana, arsip sejarah dan perpustakaan musnahbaru sekitar seminggu kemudian berita itu sayup-sayup sampai di kuping orang di Paris. Kini "waktu fenomenologis" semakin mendesak. Tsunami di Indonesia dan di Jepang diberitakan saat kejadian itu berlangsung. Sebuah jam siaran yang menghadirkan korban-korban pertempuran di Kota Aleppo, Suriah, serentak dengan itu menyiarkan sebuah fashion show di sebuah mall di Jakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan tak hanya itu: berbeda dengan berita di koran harian yang konstruksinya dibuat seragam (harus mengikuti kaidah berita "5W-1H", harus menempatkan informasi terakhir dan terpenting di baris awal), berita-berita televisi dan Internet meniadakan keseragaman konstruksi itu.

Dan lebih dari itu semua, pengalaman informasi tentang peristiwa X datang dalam waktu yang serentak ketika X itu tengah berlangsungmeskipun di tempat yang sangat berjauhan dan berbeda.

Ini membuat kita tak mudah melihat di mana ujung peristiwa itu. Memang, dalam zaman instant noodle dan quick count ini, ketika televisi merangsang komentar-komentar seketika, yang tampaknya dominan adalah ketergesa-gesaan. Berita besar kemarin segera ditenggelamkan berita besar hari ini. Para peneliti sebuah bidang kehidupan digantikan "pengamat". Sejarawan diambil alih penyusun timeline. Yang diakronik, yang berkembang dalam waktu, praktis tak berarti lagi, digantikan yang sinkronik.

Hegel pernah mengatakan, sejarahkarena merupakan riwayat perkembangan akal budi manusiaakhirnya ditulis bukan lagi dalam bentuk puisi. Baginya, prosa lebih dari puisi, historiografi modern lebih ulung ketimbang tembang-tembang Babad Tanah Jawi. Prosa punya kemampuan analisis dan sintesis. Sejarah dalam prosa akan menghadirkan sebuah kesatuan yang membayangkan adanya Ide.

Prosa juga keteraturan. Bagi Hegel, sejarah berlangsung dalam proses dialektik: beberapa hal yang bertentangan dalam kehidupan bertempuk dan setelah itu terjunjung menjadi sesuatu yang baru, makin lama makin menuju ke sebuah ujung. Ujung itu, menurut Hegel, jelas, sesuai dengan akal budi.

Tapi hari makin menjauhi Hegel. Ibarra punya Iblis-nya sendiri. Kini, el demonio bukan merisaukan kita dengan perbandingan antara wujud yang setara tapi tak sama, melainkan hasrat akan sebuah ujung yang nyaman dan keserbamungkinan.

Dengan kata lain, kita ada, kita berpikir atau berzikir, dan kita tetap saja bisa tergelincir.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Gunung Semeru Erupsi Disertai Gempa Awan Panas Guguran Selama 27 Menit

23 menit lalu

Gunung Semeru erupsi pada Sabtu, 9 Maret 2024, pukul 08.28 WIB (ANTARA/HO-PVMBG)
Gunung Semeru Erupsi Disertai Gempa Awan Panas Guguran Selama 27 Menit

Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Gunung Semeru melaporkan adanya erupsi disertai gempa awan panas guguran selama 27 menit, Kamis sore, 28 Maret 2024,


Polisi Beberkan Modus dan Bukti Pemalsuan BBM di 4 SPBU Tangerang, Jakarta, dan Depok

44 menit lalu

Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Nunung Syaifuddin (kanan), memberikan keterangan tentang pemalsuan bahan bakar minyak (BBM) Pertalite menjadi Pertamax di empat SPBU, di Gedung Bareskrim, Jalan Trunojoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Ihsan Reliubun
Polisi Beberkan Modus dan Bukti Pemalsuan BBM di 4 SPBU Tangerang, Jakarta, dan Depok

Bareskrim Polri mengungkap modus dalam kasus pemalsuan bahan bakar minyak atau BBM Pertamax yang libatkan empat tangki pendam di 4 SPBU.


Kiai Abal-Abal Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Santri di Semarang Dituntut 15 Tahun Penjara

49 menit lalu

Muh Anwar alias Bayu Aji Anwari. Facebook
Kiai Abal-Abal Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Santri di Semarang Dituntut 15 Tahun Penjara

Bayu Aji Anwari, pimpinan Yayasan Islam Nuril Anwar Kota Semarang dituntut 15 tahun penjara. Didakwa melakukan kekerasan seksual terhadap 6 santri.


Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

54 menit lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.


Setelah Jadi Tersangka 3 Kasus Korupsi, Bupati Kepulauan Meranti Kini Jadi Tersangka Gratifikasi dan TPPU Puluhan Miliar Rupiah

1 jam lalu

Tersangka Bupati Kepulauan Meranti (nonaktif), Muhammad Adil, menjalani pemeriksaan lanjutan, di Gedung KPK, Jakarta, Selasa, 27 Juni 2023. Muhammad Adil diperiksa dalam kasus dugaan korupsi pemotongan anggaran seolah-olah sebagai utang kepada penyelenggara negara atau yang mewakilinya tahun anggaran 2022 s/d 2023, serta tindak pidana korupsi penerimaan fee jasa travel umrah dan dugaan korupsi pemberian suap pengkondisian pemeriksaan keuangan tahun 2022 di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Meranti. TEMPO/Imam Sukamto
Setelah Jadi Tersangka 3 Kasus Korupsi, Bupati Kepulauan Meranti Kini Jadi Tersangka Gratifikasi dan TPPU Puluhan Miliar Rupiah

KPK kembali menetapkan Bupati Kepulauan Meranti Muhammad Adil sebagai tersangka gratifikasi dan pencucian uang.


KPK Dalami Temuan Catatan Proyek Kementan dari Rumah Pengusaha Pakaian Dalam Hanan Supangkat

1 jam lalu

Ilustrasi KPK. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Dalami Temuan Catatan Proyek Kementan dari Rumah Pengusaha Pakaian Dalam Hanan Supangkat

KPK menemukan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan proyek-proyek di Kementerian Pertanian saat menggeledah kediaman CEO PT Mulia Knitting Factory Hanan Supangkat.


194 Tahun Lalu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ini Kilas Peristiwanya

1 jam lalu

Pangeran Diponegoro. ikpni.or.id
194 Tahun Lalu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ini Kilas Peristiwanya

Pangeran Diponegoro ketika itu bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya yang tersisa dibebaskan.


KPK Setor Rp 5,7 Miliar ke Kas Negara, Uang Pengganti dari Bekas Bupati Buru Selatan

1 jam lalu

Mantan Bupati Buru Selatan, Tagop Sudarsono Soulisa mengenakan rompi tahanan KPK usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Rabu, 26 Januari 2022. KPK menduga Tagop menerima fee Rp10 miliar dalam kasus tersebut. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
KPK Setor Rp 5,7 Miliar ke Kas Negara, Uang Pengganti dari Bekas Bupati Buru Selatan

Bupati Buru Selatan Tagop Sudarsono Soulisa dihukum enam tahun penjara karena terbukti menerima suap dan gratifikasi.


Korupsi BTS 4G, Dirut PT Sansaine Exindo Didakwa Rugikan Negara Rp 8 Triliun

1 jam lalu

Dua terpidana kasus korupsi Proyek Strategis BTS 4G Bakti Kementerian Komunikasi dan Informatika, Galumbang Menak (kiri) dan Eks Menteri Kominfo Johnny G Plate (kanan) memenuhi panggilan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Agung untuk menjadi saksi mahkota untuk terdakwa Windi Purnama dan Yusrizki Muliawan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi atau Tipikor pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Senin, 15 Januari 2024. TEMPO/Yuni Rahmawati
Korupsi BTS 4G, Dirut PT Sansaine Exindo Didakwa Rugikan Negara Rp 8 Triliun

Terdakwa korupsi BTS Jemy Sutjiawan disebut memberikan komitmen fee sebesar USD 2,5 juta untuk pekerjaan paket 1 dan 2 BTS 4G Tahun 2021.