Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rushdie

Oleh

image-gnews
Iklan

Hari itu Selasa yang cerah di London, persisnya 14 Februari 1989, Valentine's Day, dan Salman Rushdie menerima telepon dari seorang wartawan BBC. "Bagaimana rasanya mengetahui bahwa Anda dijatuhi hukuman mati Ayatullah Khomeini?"

"Tidak enak," ia menjawab. Tapi di dalam hati ia tahu: "Aku mati." I am a dead man. Ia tutup teleponnya, ia tutup daun jendela, ia kunci pintu depan.

Sejak itulah, setahun setelah novelnya, The Satanic Verses, terbit dan dikutuk para pemuka Islam sedunia, Rushdie bersembunyi. Lamanya sembilan tahunsebuah pengalaman yang kini ia tuliskan dalam Joseph Anton, sebuah memoar. Rushdie mencoba menyusun kembali ingatannya tentang ketakutan hampir sedasawarsa itu, ketika ia harus berpindah dari rumah ke rumah, menyadari bahwa fatwa Khomeiniagar ia dibunuh muslim di mana sajabisa dilaksanakan sewaktu-waktu. Selama sembilan tahun itu pula ia, warga negara Inggris, dijaga siang-malam oleh pasukan khusus Kepolisian Metropolitan. Selama itu pula ia harus pakai identitas lain. Ia pilih nama "Joseph Anton", kombinasi dari Joseph Conrad dan Anton Chekhov, dua sastrawan favoritnya. Rushdie jadi "diri" yang baru.

Itu sebabnya di memoar ini ia tak memakai "aku", melainkan "ia". Seperti berbicara tentang orang lain. Sebab apakah dirinya, sebenarnya? Bukan sebuah "aku" yang permanen, bukan sebuah "aku" yang transparan dan selesai dirangkum. Ia bukan lagi "Salman" sebagaimana ia bagi teman-temannya, melainkan "Rushdie" penulis The Satanic Verses. Bahkan ia berubah, bukan sebagai penulis novel dengan judul itu, menjadi sebagai sang penulis "ayat-ayat setan". Ia dianggap sekretaris Iblis.

Ada yang mengatakan, Joseph Anton menunjukkan, ia bukan hanya seorang penulis fiksi yang menemukan dan menciptakan tokoh agar bisa hidup dan kemudian "mengubah dirinya jadi semacam tokoh fiksi juga". Tapi justru sebaliknya, Rushdie adalah contoh bahwa seperti umumnya pengarang ia tak pernah menemu-ciptakan, to invent, tokohnya sendirian, apalagi menciptakan dirinya sendiri. Seperti Gibreel Farishta dan Saladin Chamcha dalam novelnya, Salman dan Rushdie adalah nama yang diberikan orang lain. Sosoknya juga hasil tafsiran orang laintafsir yang bisa berubah dan berbeda-beda.

Sekali lagi, tak ada "aku" yang total transparan. Tak ada (tak perlu ada) "ia" sebagaimana adanya. Ketika orang membakar potretnya dalam demonstrasi, kian tak jelas apa dan siapa Salman Rushdie yang sebenarnya. Yang ada hanya "sebuah rupaan, sebuah ketidakhadiran", an effigy, an absence.

Sebagai rupaan, sebagai ketidakhadiran, ia bisa dicitrakan tak hanya satu. Joseph Anton adalah kisah seseorang yang tajam menatap diri dan cacatnya sendiri, tapi juga seseorang yang melambungkan ego. Mungkin karena tiap kisah hidup, sebagaimana tiap novel, tak hadir dalam ruang vakum: selalu ada orang lain yang menatap, diharapkan bertepuk atau marah. Karena hasrat dan trauma mereka. Karena sejarah mereka.

Rushdie sendiri pernah mengatakan bagaimana kuatnya sejarah berperan dalam sikap kita menghadapi dunia (dan karya sastra). "Kita semua terkena radiasi sejarah, kita adalah radioaktif dengan sejarah dan politik." Kita hidup di dunia yang "tanpa sudut yang senyap". Dan tak ada jalan mudah buat melarikan diri dari kegaduhan itu: perbantahan yang tak selalu menyenangkan, adu kekuatan terus-menerus untuk memperoleh posisi yang menentukan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Itu juga yang terjadi dalam riwayat The Satanic Verses. Sebagai novel yang lebih banyak dihebohkan ketimbang dibaca, ia tak bisa lepas dari "radiasi sejarah". Ia masuk ke dalam dunia yang tak lagi punya "sudut yang senyap".

Rushdie bisa membela diri bahwa dalam novelnya, imaji Nabi Muhammad yang buruk muncul bukan dalam sebuah deskripsi faktual, melainkan dalam fantasi Gibreel Farishta, orang yang menderita skizofrenia. Tapi sang novelis hanya bisa menjelaskan. Apa boleh buat, novelnya menjangkau sudut yang tak senyap yang tak menyukai atau tak terbiasa dengan perbauran dan paradoks antara yang "nyata" dan yang "ajaib" dalam magic realismcara bertutur yang juga dipakai Rushdie dalam Midnight's Children dengan tangkas dan kocak.

Lagi pula, orang bisa meragukan benarkah ia tak sadar, novelnya (akan) provokatif. Setidaknya ia tentu tahu satu premis yang tak asing lagi dalam teori sastra sejak 1960-an: dalam tiap teks, dalam tiap percakapan, selalu ada aporia atau ketakpastian makna. Sebuah novel tak bisa memberi satu tujuan yang lengkap dan permanen. "Membaca" adalah soal yang jauh lebih pelik ketimbang yang lazimnya diduga. Dalam tiap proses membaca selalu terkandung proses salah-baca.

Dengan memilih judul The Satanic Verses, Rushdie sendiri sebenarnya masuk ke dalam soal membaca itu. Apa yang terjadi dalam "membaca" dan dalam teks yang dibaca? Benarkah ketika menentukan sebuah teks "mulia" dan teks yang lain "setan", kita tak dipengaruhi kepentingan kita, tak dibentuk pertimbangan praktis kita di dunia? Mengapa orang tak mau mengakui itu? Salahkah bila kita dipengaruhi pertimbangan praktis yang "duniawi"?

Tampaknya kita begitu ingin tafsir yang "benar", hingga lupa akan tafsir yang "adil".

Saya ingat Althusser. Ia mengatakan, kata "juste" (adil) bukanlah sebuah ajektif untuk justice, tapi untuk justesse. Di dalamnya ada sikap "menyesuaikan", meletakkan tafsir sebagai praxis di tengah dunia yang berubah dari saat ke saat, serba mungkin. Maka tafsir yang "adil" justru mengandung kearifan akan apa yang terjadi dalam hidup.

Itu sebabnya membaca bukanlah laku dalam keadaan statis. Kita, sang pembaca novel, sang penafsir Kitab, selamanya bergerak, berpindah, meskipun tak selalu bersembunyi.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

5 menit lalu

Ilustrasi anak alergi. fearlessparent.org
Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya alergi pada anak selain alergen, termasuk ras dan keturunan.


USU Adakan Seleksi Mandiri Menggunakan Skor UTBK: Jadwal, Aturan, Hingga Pendaftaran

10 menit lalu

Para peserta yang melaksanakan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2023 di kampus Universitas Sumatera Utara (USU). ANTARA/HO-Humas USU
USU Adakan Seleksi Mandiri Menggunakan Skor UTBK: Jadwal, Aturan, Hingga Pendaftaran

Meskipun jadwal pendaftaran Seleksi Mandiri masih belum dibuka, pada tahun 2023 sekitar bulan Juli USU sudah melaksanakan UTBK.


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

12 menit lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Rekap Hasil, Top Skor, Klasemen Liga 1: Persib Bandung Menang, Arema FC Kalahkan PSM Makassar 3-2

14 menit lalu

Logo BRI Liga 1 2023-2024.
Rekap Hasil, Top Skor, Klasemen Liga 1: Persib Bandung Menang, Arema FC Kalahkan PSM Makassar 3-2

Arema FC berhasil memetik kemenangan dramatis saat menjamu PSM Makassar pada pekan ke-33 Liga 1.


Sinopsis Serial Baby Reindeer, Kisah Nyata Sang Pemeran Utama Diteror Stalker

36 menit lalu

Baby Reindeer. Dok. Netflix
Sinopsis Serial Baby Reindeer, Kisah Nyata Sang Pemeran Utama Diteror Stalker

Baby Reindeer adalah kisah nyata yang pernah dialami Richard Gadd, penulis sekaligus pemeran utama dalam serial tersebut.


Golkar Lebih Mendorong Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jabar daripada Jakarta, Apa Alasannya?

36 menit lalu

Politikus Golkar Ridwan Kamil dipanggil Presiden Joko Widodo atau Jokowi ke Istana Negara, pada Selasa, 12 Desember 2023. TEMPO/Daniel A. Fajri
Golkar Lebih Mendorong Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jabar daripada Jakarta, Apa Alasannya?

Jika Ridwan Kamil maju di Pilkada Jabar, Golkar akan berfokus pada pencalonan Ahmad Zaki Iskandar dan Erwin Aksa di Jakarta.


Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

38 menit lalu

Ilustrasi wanita mengenakan celana jeans ketat. AP/Alastair Grant
Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.


Ramadan-Lebaran 2024, Tokopedia: Produk Kebutuhan Harian hingga Fesyen Paling Laris

51 menit lalu

(Kiri-Kanan) Pemilik Usaha Jenna and Kaia, Lira Krisnalisa; E-Commerce Communication Director Shop Tokopedia, Nuraini Razak; Pemilik Usaha Tulus Skin, Jessica Anggrainy; dan Pemilik Usaha Hijrahfood Meatshop, Akram Amrullah Rajab usai berbincang soal tren belanja online selama Ramadan 2024 di kawasan Jakarta Pusat, Kamis, 25 April 2024. Tempo/Novali Panji
Ramadan-Lebaran 2024, Tokopedia: Produk Kebutuhan Harian hingga Fesyen Paling Laris

E-Commerce Communications Director Shop Tokopedia, Nuraini Razak mengungkap tren belanja sepanjang Ramdan dan Lebaran 2024.


Lauv Merilis Single Potential, Pembuka Era Baru Musiknya

56 menit lalu

Cover art single baru Lauv berjudul Potential. (dok. Secret Signals/AWAL)
Lauv Merilis Single Potential, Pembuka Era Baru Musiknya

Lauv mengatakan "Potential" awal dari bab selanjutnya dalam perjalanan karier musiknya


Ini Reaksi Prabowo Ditanya Peluang Gabungnya PDIP ke Koalisinya

58 menit lalu

Presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh memberikan keterangan pers seusai melakukan pertemuan di Kartanegara IV, Jakarta, Kamis, 25 April 2024. Surya Paloh menemui Prabowo Subianto setelah ditetapkan oleh KPU sebagai Presiden terpili 2024-2029 serta menyatakan NasDem  mendukung sepenuhnya ke pemerintahan baru di bawah Prabowo dan Gibran. TEMPO/M Taufan Rengganis
Ini Reaksi Prabowo Ditanya Peluang Gabungnya PDIP ke Koalisinya

Hal ini disampaikan merespons pertanyaan soal partai apa saja yang akan bergabung dalam pemerintahan Prabowo-Gibran ke depan.