Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Selebritas

Oleh

image-gnews
Iklan

Seorang selebritas, atau pesohor, adalah orang yang terasing dari cermin di hadapannya. Ia tak lagi sendirian di kamar mandi. Kini cerminnya digantikan alat lain: kamera, alat perekam suara, atau catatan seorang jurnalis. Alat-alat itu mewakili tatapan orang banyak yang ia asumsikan senantiasa hadir. Di tatapan itulah ia melihat dirinya. Atau lebih tepat: "diri"-nya.

Orang banyak itupembaca kolom gosip, pendengar radio, penonton TV dan bioskoptentu saja tak tampak di matanya. Ataupun tak jelas benar sebenarnya siapa sosok dan suara itu. Massa. Kelimun. Orang ramai. Wajah tanpa riwayat. Bukan "engkau" yang bisa ia ajak bertegur sapa, melainkan "mereka". Dan ia berpose untuk "mereka".

Begitu menentukankah "mereka" yang tak tampak itu, hingga konstruksi "diri" selebritas seperti Paris Hilton atau Nadya Hutagalung bisa berbeda dari muka yang di cermin?

Andai kita berada di pertengahan 1930-an, di puncak pertama perkembangan industri film dan teknologi fotografi, jawabannya lebih pasti. "Mereka yang tak tampak, yang tak hadir ketika [seorang aktor] menjalankan pertunjukannya, adalah mereka yang sesungguhnya mengontrol pertunjukan itu." Itu kesimpulan Walter Benjamin ketika di tahun itu ia berbicara tentang penonton, pendengar, dan pembaca media massa yang tak terlihat oleh sang aktor.

Tapi Benjamin tak sepenuhnya benar. Sebagai konsumen, "mereka yang tak tampak" itu memang bisa sangat menentukanmungkin sejalan dengan "the invisible hand" pasar bebas. Tapi di antara penonton dan sang aktor ada produsen: bukan hanya sutradara, tapi juga, dan terutama, para pemilik modal yang menguasai media massa, baik film itu sendiri maupun koran gosip. Merekalah yang mengedarkan candu itu (gosip adalah candu bagi orang ramai) hingga orang ramai itu sepenuhnya asyik dalam kekaguman dan siap menanggung segalanya.

Henry Kissingerseorang menteri luar negeri yang pintar yang telanjur jadi pesohorpernah berkata dengan sedikit mencemooh: "Yang menyenangkan ketika jadi selebritas adalah bila kita membosankan orang banyak, orang banyak itu menganggap itu gara-gara kesalahan mereka sendiri."

Tapi Benjamin tak sepenuhnya salah. Di akhir paragraf ia menambahkan faktor kapitalismemeskipun lebih tepat bukan hanya kapitalisme, tapi juga tiap bentuk industri budaya yang menjangkau massa, yang mengubah diri sang aktor jadi "diri". Padanya sebenarnya tak ada lagi pesona kepribadian. Pesona itu sudah digantikan "daya pukau yang sudah boyak", karenaterutama dalam kapitalismepesona itu ada hanya sebagai komoditas. Pada akhirnya, jika sang pesohor memang punya nilai, ia hanya punya Ausstellungswert, "nilai-pameran" , "tontonan", atau "pajangan".

Kini nilai itu merambat jadi ukuran di mana-mana. Di zaman ketika 90 persen informasi yang diserap khalayak Indonesia datang dari TV yang sibuk dengan pelbagai show, "nilai-tontonan" pun masuk ke politik: partai-partai dengan sadar mencampuradukkan peran selebritas dengan kerja politik. Bintang sinetron TVpembawa lakon yang gampangan tapi gemerlapramai-ramai diubah jadi calon pemimpin eksekutif atau anggota dewan legislatif. Dengan keyakinan mereka akan dipilih. Maksudnya: akan laku.

Cukup mencemaskan. Sebab tren ini mengingatkan kita pada yang pernah terjadi di masa lalu, di negeri lain, ketika khalayak dibuat terpukau dan "sang juara, sang bintang, dan sang diktator muncul sebagai pemenang".

Kata-kata itu juga dari Benjamin, di salah satu catatan kaki untuk risalahnya yang sama, tentang karya seni di masa teknologi reproduksi, yang ia tulis empat tahun sebelum ia lari dari penindasan Jerman Hitler tapi berakhir dengan bunuh diri di perbatasan Prancis-Spanyol.

Benjamin berbicara tentang "krisis demokrasi". Ia menghubungkannya dengan perubahan kondisi yang menampilkan politikus ke depan publik. "Radio dan film," tulisnya, "tak hanya mengubah fungsi sang aktor profesional, tapi juga fungsi mereka yang, seperti politikus, menampilkan diri di depan media itu."

Penampilan itu praktis dikendalikan instrumen yang ada. Ia hanya jadi sejenis keterampilan teknis. Sementara aura seorang Oedipus ketika diperankan Rendra bertaut dengan aura sang aktor di pentas itu & di saat itu juga, sosok politikus yang muncul melalui televisi sebenarnya hanya "diri" yang tanpa aura. Ia telah diformat.

Sebuah proses keterasingan pun berlangsung. Sang aktor masuk ke arena politik tanpa subyektivitas, tanpa gelora hati untuk agenda politik yang menuntut darah dan doa. Dua kata itu mungkin terlampau dramatis buat zaman ini, ketika "demokrasi" berubah jadi akrobat dalam tong setan: berputar-putar dengan terampil dari bawah ke atassebuah gerak yang akan begitu selamanya. Para pelaku, yang tak punya kata-kata sendiri, akan kehilangan peran bila mereka mendobrak ke luar tong.

Demokrasi-tong-setan ini bisa rapi dan memikat banyak orang. Mungkin ini juga "peng-estetis-an politik", sthetisierung der Politik, yang digemari Hitler dan Mussolini. Tapi ia akan tak mampu menghadapi problem yang mendasar. Di luar tong setan itu, keadilan dan kemerdekaan tiap kali masih terus-menerus harus direbut, dengan sengit, dan diperluas. Sedangkan di dalam, "Parlemen ditinggalkan orang."

Ketika Benjamin menuliskan kata-kata itu, ia bermaksud menunjukkan bagaimana teknologi mengambil peran dewan perwakilan. Bagi saya, itu berarti politik di parlemen akan jadi kosong dari percakapan dan pergulatan yang berarti. Bukan mustahil sang juara akan tampil dari kekerasan, sang bintang akan datang dari kebosanan, dan sang diktator dari kedunguan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


HP Pelajar SMP di Depok Dirampas Saat Pulang Sekolah, Korban Disabet Celurit

4 menit lalu

Ilustrasi penodongan atau perampokan dengan senjata tajam. Shutterstock
HP Pelajar SMP di Depok Dirampas Saat Pulang Sekolah, Korban Disabet Celurit

Pelajar SMP di Depok menjadi korban perampasan HP di Jalan Anggrek 5 RT. 02/04, Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Depok.


Everton vs Liverpool, Jurgen Klopp Ingin Jaga Peluang Juara Liga Inggris

5 menit lalu

Pelatihn Liverpool Jurgen Klopp. REUTERS
Everton vs Liverpool, Jurgen Klopp Ingin Jaga Peluang Juara Liga Inggris

Pelatih Liverpool Jurgen Klopp mengatakan pertandingan bertajuk Derby Merseyside melawan Everton pada pekan ke-34 Liga Inggris penting.


Tony Fernandes Ditunjuk Sebagai Penasihat Strategis Grup Penerbangan AirAsia

7 menit lalu

Tony Fernandes. REUTERS/Romeo Ranoco
Tony Fernandes Ditunjuk Sebagai Penasihat Strategis Grup Penerbangan AirAsia

Tony Fernandes ditunjuk sebagai penasihat dan pengurus Grup Chief Executive Officer (Advisor and Steward Group Chief Executive Officer) AirAsia.


Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

8 menit lalu

Ilustrasi melahirkan. Shutterstock
Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

Selain memahami bahaya persalinan, ibu hamil juga harus menyiapkan keperluan untuk membantu lancarnya proses kelahiran.


Pesan Ma'ruf Amin ke Gibran: Sinergi Presiden dan Wapres seperti Permainan Badminton

11 menit lalu

Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka menemui Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Istana Wapres, Jakarta Pusat, Rabu, 24 April 2024. Foto Sekretariat Wakil Presiden
Pesan Ma'ruf Amin ke Gibran: Sinergi Presiden dan Wapres seperti Permainan Badminton

Gibran mengaku mendapat wejangan dari Wapres Ma'ruf Amin soal pentingnya sinergi dengan presiden.


Jokowi-Gibran Di Antara Golkar dan PAN setelah Ditalak PDIP

14 menit lalu

Presiden Joko Widodo saat berolahraga bersama dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Sabtu 6 Januari 2024. ANTARA/HO-Istana Kepresidenan
Jokowi-Gibran Di Antara Golkar dan PAN setelah Ditalak PDIP

Golkar dan PAN terbuka jika Jokowi serta Gibran bergabung setelah diemohi PDIP.


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

21 menit lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Ketua MK Suhartoyo dan 7 Hakim Konstitusi Kenakan Jubah Warna Hitam dan Merah, Apa Artinya?

24 menit lalu

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Suhartoyo (tengah) didampingi Hakim Konstitusi Saldi Isra (kiri) dan Arief Hidayat (kanan) memimpin jalannya sidang putusan perselisihan hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin, 22 April 2024. Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menolak seluruh permohonan yang diajukan capres-cawapres nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, serta capres-cawapres nomor urut 03, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, yang diajukan dalam sidang putusan sengketa hasil Pemilihan Presiden 2024. ANTARA/M Risyal Hidayat
Ketua MK Suhartoyo dan 7 Hakim Konstitusi Kenakan Jubah Warna Hitam dan Merah, Apa Artinya?

Jubah berwarna hitam dan merah yang dikenakan hakim MK bukan hanya sekadar pakaian resmi, tetapi juga simbol yang mengandung filosofi.


Jerman Lanjutkan Kerja Sama dengan UNRWA Palestina

26 menit lalu

Foto yang dirilis pada 15 Februari 2024 menunjukkan sebuah lubang besar di pusat kesehatan UNRWA yang hancur akibat serangan Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Gaza. UNRWA menyebut bahwa data terbaru menunjukkan 84 persen dari seluruh fasilitas kesehatan di Gaza telah mengalami dampak langsung dari serangan-serangan yang terus berlangsung. UNRWA/Handout via REUTERS
Jerman Lanjutkan Kerja Sama dengan UNRWA Palestina

Menyusul beberapa negara yang telah menghentikan penangguhan dana UNRWA, Jerman melanjutkan kerja sama dengan badan pengungsi Palestina itu.Menyusul b


Gibran Bakal Evaluasi KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

32 menit lalu

Wakil presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, mengunjungi kawasan Rumah Susun (Rusun) Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara pada hari ini, Rabu, 24 April 2024. Agenda ini merupakan kunjungan pertama usai KPU menetapkan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden terpilih pemenang pilpres 2024. TEMPO/Defara
Gibran Bakal Evaluasi KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Rakabuming Raka menyebut akan mengevaluasi program Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) agar lebih tepat sasaran.