Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Maaf

Oleh

image-gnews
Iklan

Nasionalisme bisa melampaui dirinya sendiri. Memang tak selalu. Tapi Nelson Mandela telah menunjukkannya. Bila ia terasa tulus dan menggetarkan, itu karena suaranya datang dari kancah orang-orang yang menanggungkan aniaya yang begitu jahanam hingga terasa tak pantas terjadi pada siapa saja, Afrika atau bukan Afrika.

Ia menulis dalam otobiografinya yang memukau, Long Walk to Freedom: "Menjadi merdeka bukanlah semata-mata melempar jauh-jauh rantai yang membelenggu diri sendiri." Menjadi merdeka berarti "hidup dengan menghormati dan meneguhkan kemerdekaan orang lain".

Kalimat itu, tercantum di bagian akhir buku itu, punya riwayat yang berliku, terpatah-patah, tapi senantiasa teguh.

Ceritanya dimulai dari akhir sebuah ritus, ketika ia masih dipanggil dengan nama kecilnya, Rolihlahla. Pada umur 16 tahun, bocah suku Xhosa itu baru selesai menjalani upacara disunat. Bersama anak-anak lain di desanya, ia harus meninggalkan tahap remajanya, menjadi abakhwetha, yang siap dipotong kulit kulupnya. Setelah itu segala lambang dari masa lalu hidupnya dibakar.

Rolihlahla merasa bangga telah melalui ritus itu, apalagi ia diberi hadiah seekor lembu muda dan empat ekor domba. Tapi sesuatu tiba-tiba mengganggu kegembiraannya. Seorang orang tua, Meligqili, ketua suku, berpidato. Di tengah sambutannya ia memandang ke arah para pemuda yang baru disunat.

"Di sana duduk putra-putra kita, muda, sehat, dan tampan, kembang suku Xhosa, kebanggaan bangsa kita. Kita baru menyunat mereka dalam satu upacara yang menjanjikan kehidupan lelaki. Tapi janji itu kosong dan memperdaya. Karena kita, orang-orang Xhosa, dan semua orang hitam di Afrika Selatan, adalah kaum yang ditaklukkan. Kita budak di negeri kita sendiri. Kita penyewa tanah kita sendiri. Kita tak punya kekuatan, kekuasaan, kendali atas nasib kita sendiri di tanah kelahiran kita. Anak-anak muda itu akan pergi ke kota-kota besar, tempat mereka akan hidup dalam gubuk dan menenggak alkohol murah karena kita tak punya tanah yang bisa diberikan kepada mereka tempat mereka bisa makmur dan beranak-pinak. Mereka akan batuk memuntahkan isi paru-paru mereka ke dalam tambang-tambang orang kulit putih hingga orang putih dapat hidup sejahtera tiada tara."

Kata-kata dari kemarahan di lubuk hati itu memperkenalkan Rolihlahla dengan penindasanmeskipun malam itu ia anggap Pak Ketua Suku bodoh karena menampik kehadiran orang kulit putih yang telah membawa dunia modern ke Afrika Selatan. Mandela jengkeltapi sebenarnya apa yang dikatakan Meligqili masuk ke hatinya. Pak tua itu "telah menanamkan sebutir benih" yang kelak tumbuh.

Kelakketika ia sadar bahwa yang bodoh hari itu bukanlah Meligqili, melainkan dirinya.

Kemudian datang seorang penyair.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Krune Mqhayi adalah imbongi yang menyanyikan lagu-lagu pujian untuk kejadian penting dalam sejarah suku. Tapi ia juga novelis bahasa Xhosa yang berpengaruh. Ketika ia datang ke sekolah menengah tempat Mandela belajar, panggung pun disiapkan dan semua guru serta petugas administrasi sekolah hadir. Mandela berdebar-debar menunggu tokoh ini muncul.

Tapi pada pandangan pertama, Mqhayi mengecewakannya. Penyair ini menarik perhatian karena ia mengenakan kaross kulit macan tutul beserta topinya dan membawa sebatang tombak assegai. Tapi sosoknya tak menonjol, bicaranya tak lancar, juga gerak tubuhnya. Satu saat, ujung tombaknya membentur kawat logam pada tirai. Bunyinya keras dan tirainya goyang.

Tapi kemudian, justru benturan tombak dengan kawat logam itu bukan sia-sia: Mqhayi membuatnya jadi sebuah amsal. Suaranya mengeras ketika ia memaparkan bahwa tombak itu, yang diraut dari tulang hewan, melambangkan keagungan Afrika, "Afrika sebagai pahlawan perang dan Afrika sebagai seniman." Sedangkan si kawat logam hasil pabrik orang Barat "terampil tapi dingin, pintar tapi tak berjiwa". Maka benturan tadi sesungguhnya sebuah kiasan tentang "bentrokan yang sengit antara yang pribumi, yang baik, dan yang asing, yang buruk".

Yang "pribumi", bagi Mqhayi, adalah Xhosabukan Afrika Hitam seluruhnya. Sang penyair mempersembahkan Bintang Pagi kepada "Bumi Xhosa", "bangsa yang bangga dan perkasa". Ia mengatakannya sambil merunduk, berlutut.

Syahdan, yang hadir, terutama Mandela, bertepuk tangan gemuruh. "Aku bangga benar-benar, bukan sebagai seorang Afrika, tapi sebagai seorang Xhosa," tulisnya. Ia, yang pada umur 16 tahun disadarkan akan adanya penindasan orang kulit putih terhadap "semua orang hitam di Afrika", hari itu justru terbawa ke dalam nasionalisme yang "parokhial".

Kita tahu kemudian Mandela berubah. Ia kembali ke nasionalisme yang merangkul semua: Xhosa dan bukan Xhosa, kulit hitam atau bukan. Ia, yang pernah dipenjara total selama 27 tahun, telah menanggungkan sebuah rezim yang dengan brutal mengukuhkan supremasi orang kulit putih. Ia bagian dari Afrika yang diperlakukan sebagai makhluk yang tak pantas dianggap setara. Tapi di akhir hukuman penjaranya kata-katanya seperti suara pemberian maaf yang mustahil: "Berjalan menuju gerbang yang mengantarku ke kebebasan, aku tahu, jika tak kutinggalkan kepahitan dan kebencianku, aku akan tetap seorang yang terpenjara."

Kalimat itu pasti bukan untuk dunia yang hanya mau memaafkan bila si jahat bertobat. Maaf Mandela tak menuntut itu, juga tak meletakkan diri lebih luhur. Derrida, yang mendambakan "permaafan yang murni", akan menyebut sikap Mandela, yang dikaguminya, sebagai "kegilaan" meloncat ke dalam la nuit de l'inintelligiblemalam yang menyimpan hal-hal yang tak perlu dimengerti. Tapi maaf yang sulit dimengerti itu menyelamatkan kita dari kebencian baru.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Begini Cara Membuat Video Singkat di Instagram Notes

1 menit lalu

Logo Instagram. Kredit: TechCrunch
Begini Cara Membuat Video Singkat di Instagram Notes

Selain teks dan emoji, pengguna dapat memposting video looping berdurasi dua detik yang hanya akan tayang selama 24 jam di Instagram Notes.


Kata Bobby Nasution dan Tito Karnavian soal Gibran Tak Ada Dalam Daftar Penerima Satyalancana

4 menit lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyerahkan penghargaan Satyalencana kepada Wali Kota Medan Bobby Nasution dalam acara Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII  tahun 2024 di Surabaya, Jawa Timur Kamis 25 April 2024. Humas Pemkot Surabaya
Kata Bobby Nasution dan Tito Karnavian soal Gibran Tak Ada Dalam Daftar Penerima Satyalancana

Nama Gibran sebelumnya diagendakan menerima Satyalancana. Begini jawaban Bobby Nasution dan Mendagri Tito Karnavian.


Riwayat Berkembangnya Mustika Ratu sampai Menjadi PT

4 menit lalu

Logo Mustika Ratu. Istimewa
Riwayat Berkembangnya Mustika Ratu sampai Menjadi PT

Pendiri perusahaan kosmetik Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo meninggal pada usia 96 tahun


Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile

10 menit lalu

Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile

Kompetisi profesional kasta tertinggi di Indonesia yaitu PLN Mobile Proliga 2024 siap digelar mulai 25 April 2024. Untuk memudahkan pecinta voli yang ingin menonton langsung gelaran ini di lokasi pertandingan, tiket pertandingan dapat dibeli melalui aplikasi PLN Mobile.


Daftar Harga Kebutuhan Pokok Terkini, Bawang Merah dan Gula Meroket

10 menit lalu

Warga membeli bahan kebutuhan pokok di Pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, 11 Maret 2024. Harga daging sapi juga naik di kisaran Rp 140.000 per kg, cabai merah keriting dan tanjung naik di kisaran Rp 120.000 per kg. Sedangkan beras kualitas medium turun tipis di kisaran Rp 14.500 per kg. TEMPO/Prima Mulia
Daftar Harga Kebutuhan Pokok Terkini, Bawang Merah dan Gula Meroket

Harga sejumlah kebutuhan pokok terpantau naik pada hari ini. Sejumlah bahan pangan itu adalah bawang, cabai daging, gula pasir, ikan dan garam.


Blak-blakan Nirina Zubir Bongkar Geng Mafia Tanah yang Libatkan Bekas ART

12 menit lalu

Nirina Zubir mendapatkan kembali sertifikat tanah milik keluarganya yang sempat dikuasai oleh mafia tanah, Selasa, 13 Februari 2024. Foto: Instagram/@nirinazubir_
Blak-blakan Nirina Zubir Bongkar Geng Mafia Tanah yang Libatkan Bekas ART

Wawancara eksklusif Tempo dengan Nirina Zubir seputar kasus dugaan mafia tanah yang melibatkan bekas ART ibunya


Cerita Byeon Woo Seok Pernah Ditolak Casting 100 Kali Sebelum Sukses Jadi Aktor

15 menit lalu

Kim Hye Yoon dan Byeon Woo Seok dalam poster drama Lovely Runner. Dok. Vidio
Cerita Byeon Woo Seok Pernah Ditolak Casting 100 Kali Sebelum Sukses Jadi Aktor

Bagaimana Byeon Woo Seok jatuh bangun membangun kariernya di dunia seni peran?


Preschool SIS Group of Schools Meresmikan Sekolah Baru Berkualitas Tinggi

17 menit lalu

Preschool SIS Group of Schools Meresmikan Sekolah Baru Berkualitas Tinggi

SIS Group of Schools dengan bangga mempersembahkan pendekatan inovatif kami dalam pendidikan usia dini dengan peluncuran SIS Preschool di Sedayu City.


Pendaftar ke Universitas Jember Jalur SNBT 32.833, Kesehatan Bidang Paling Diminati

21 menit lalu

Tim Mahasiswa Unej yang meraih medali emas di ajang AISEEF 2022 di Kampus Unej, Jember, Jawa Timur, Jumat, 18 Februari 2022. Foto: Humas Unej
Pendaftar ke Universitas Jember Jalur SNBT 32.833, Kesehatan Bidang Paling Diminati

Sebanyak 32.833 peserta ikut tes jalur SNBT di Universitas Jember. Daya tampungnya 4.280 kursi.


Resmi Ditetapkan sebagai Presiden Terpilih, Berapa Harta Kekayaan Prabowo Subianto?

26 menit lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto, menerima ucapan selamat dari Menteri Pertahanan AS, Lloyd J. Austin III, pada Rabu, 24 April 2024, setelah penetapan oleh Komisi Pemilihan Umum. Foto: Tim Media Prabowo
Resmi Ditetapkan sebagai Presiden Terpilih, Berapa Harta Kekayaan Prabowo Subianto?

Jumlah harta kekayaan Presiden terpilih, Prabowo Subianto, mencapai Rp 2,04 triliun. Berikut Rinciannya.