Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Titah

Oleh

image-gnews
Iklan

Kadang-kadang orang merasa perlu untuk lepas dari sejarah, telanjang kembali di pulau imajiner yang tak bercacat, karena peradaban bisa menakutkan.

Mungkin benar Freud pernah mengatakan manusia pertama yang memulai peradaban adalah ia yang melontarkan kata penghinaan, bukan melontarkan batu. Barangkali ia hendak menunjukkan, ada agresi yang disembunyikan dengan bahasa dan dalam bahasa ketika manusia menjadi "beradab." Tapi yang tak ditegaskannya: agresi yang berubah jadi bahasa itu bukanlah untuk melukai. Bahasa "hanya" menjerat dan menaklukkan. Tanda awal peradaban adalah Titah.

Salah satu titah paling purba meninggalkan jejak yang panjang. Kurang-lebih 2600 tahun sebelum tarikh sekarang, ratusan ribu budak Mesir dikerahkan untuk mengangkut 800 juta bungkah batu melalui perjalanan 15000 kilometer. Beban itu, jarak itu, harus ditanggungkan untuk membangun piramida besar dan kecil di sekitar Kairo, tempat mummi para Firaun diawetkan. Tak jauh dari sana, tampak potongan batu yang seperti ditaruh tanpa niat: tanda kubur lain. Di sanalah liang bagi para budak. Sekian ribu tahun yang lalu itu, tiap hari ratusan mereka, yang bekerja, tewas di kaki konstruksi yang mereka tegakkan.

Di gurun pasir Mesir itu, kekuasaan tampaknya hendak menaklukkan waktu. Di dalam dan di luar piramida seakan-akan tak ada jam yang bergerak. Titah itu abadi.

Tapi Pablo Neruda, sang penyair, menyadari bahwa tak ada Titah yang abadi. Pada 1943 ia pulang dari hidupnya di luar negeri, kembali ke Chile, mampir di Peru dan mengunjungi Maccu Piccu, bangunan megah bangsa Inca dari abad ke-15 yang terletak di ketinggian 2400 meter dari permukaan laut.Di sana ia sadar, ketika waktu ditaklukkan dan membeku di antara batu-batu, ada yang harus menanggungkannya: para budak, tentu saja. Di puncak itu, seperti kita baca dalam sajaknya Alturas de Maccu Piccu, satu bagian dari Canto General, Neruda terpesona, tapi ia juga bertanya:

Macchu Picchu, kau pasangkah batu berlapis batu
di hamparan kain kumuh,
Arang di atas arang
di atas dasar airmata?
Api pada emas, cercah darah
yang gemetar di dalamnya?

Kembalikan padaku budak
yang kau kuburkan,
Sentakkan dari bumi roti keras
mereka yang miskin. Tunjukkan baju
sang pelayan dan di mana pula tingkapnya

Jika waktu membeku, mereka yang miskin dan terkubur tak mungkin terungkap, dan tak akan mungkin jadi bebas. Persoalannya -- dan ini penting dalam pandangan tentang sejarah -- benarkah pembebasan mustahil.

Neruda, seorang Marxis, tentu tak memustahilkan itu. Tapi dengan pandangan yang gelap dan curiga kepada sifat manusia, Freud tak percaya. Sebagaimana peradaban melupakan mayat para budak, peradaban juga, bagi Freud, tak pernah mengandung janji kemerdekaan ataupun kebahagiaan. "Manusia beradab telah menukarkan sebagian kesempatannya untuk berbahagia dengan keamanan," ia berkata.

Baginya peradaban adalah pengekangan atas dorongan naluri seksual dan agresif. Peradaban, jika kia ikuti Freud, adalah proses manusia memilih kendali, sejalan dengan ia memilih keindahan, kesehatan, dan ketertiban.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan kata lain, peradaban adalah sebuah paradoks: manusia menciptakannya untuk melindungi diri dari ketidak-bahagiaan, tapi dalam proses itu kebahagiaan justru harus digadaikan. Ketika ia ingin aman dari benturan naluri yang agresif di masyarakat, manusia membiarkan kemerdekaannya direduksi. Di sana Titah berdiri.

Tapi bagaimana pengekangan itu bisa terjadi, itu yang hanya sedikit saja disinggung Freud. Dalam peradaban, seperti telah disebut di atas, ada Titah. Artinya ada yang memperoleh posisi menitahkan, ada yang tidak. Tatanan kekuasaan itu tak datang dari langit, tapi bagaimana gerangan asal-usulnya, Freud tak menelaahya. Ia tak tertarik kepada politik. Ia juga tak melihat sejarah sebagai narasi dalam waktu yang berubah. Dalam pandangannya, si budak tak mungkin merdeka benar-benar.

Orang akan menilai, pandangan Freud tentang peradaban a-historis. Meskipun demikian, ia berjasa dalam mengguncang pandangan yang bertahun-tahun melekat. Ia tunjukkan peradaban tak selalu berkaitan dengan kesopanan, kehalusan, kepantasan. Seperti yang terucap dalam sajak Neruda, di bawah kemegahan produk sebuah peradaban, di lapis terdalam Maccu Piccu, ada hamparan kain kumuh, bekas airmata, cercah darah yang gemetar. Di sebelah piramida Djoser di utara Memphis ada kubur ribuan budak yang tak dikenal. Kata-kata Walter Benjamin yang termashur menegaskan diri dari Memphis sampai dengan Maccu Piccu: tiap dokumen peradaban adalah sekaligus dokumen barbarisme.

Mungkin itu sebabnya tak jarang orang merasa perlu untuk lepas dari sejarah. Bukan untuk mandeg, melainkan untuk melepaskan diri dari ilusi umum tentang peradaban.

Ada nostalgia kepada alam, menjadi alam -- nostalgia yang seakan-akan ingin kembali ke sebuah masa pra-perubahan.

Tapi agaknya yang ingin dikembalikan hanyalah sebuah keadaan tanpa Titah, ketika bahasa dan kuasa tak menjerat dan menaklukkan. Telanjang di pulau imajiner yang tak bercacat adalah imaginasi tentang keadaan itu -- yang mustahil, tentu saja, tapi kini jadi utopia, (artinya: imajinasi yang mengimbau untuk bertindak), yang mendesak.

Kini Titah lama digantikan Titah baru. Tak ada lagi budak yang harus mengangkut 800 juta bungkah batu dari Aswan, tapi ada inkarnasi dari dorongan kekuasaan itu. Dulu ia bernama hasrat untuk hidup kekal, kini ia bernama keserakahan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Terkini Bisnis: Dua Bulan Pertamina Tahan Kenaikan Harga BBM, Terungkap Pertamax Palsu di Empat SPBU Pertamina

9 menit lalu

Petugas melayani konsumen yang mengisi bahan bakar pada SPBU di Jakarta, Senin, 2 Oktober 2023. PT Pertamina (Persero) resmi melakukan penyesuaian harga BBM non-subsidi pada 1 Oktober 2023 dengan kenaikan antara Rp 700 hingga Rp 1.000 per liter. Tempo/Tony Hartawan
Terkini Bisnis: Dua Bulan Pertamina Tahan Kenaikan Harga BBM, Terungkap Pertamax Palsu di Empat SPBU Pertamina

Nicke Widyawati mengatakan Pertamina tidak hanya mengejar keuntungan. Sudah dua bulan perusahaan menahan kenaikan harga BBM.


ITS Perkenalkan 2 Prodi Baru di Rumpun Sains dan Analitika Data, Ini yang Ditawarkan

9 menit lalu

Arsip foto gerbang pintu masuk kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. ANTARA/HO-Humas ITS.
ITS Perkenalkan 2 Prodi Baru di Rumpun Sains dan Analitika Data, Ini yang Ditawarkan

Menurut ITS, keduanya dapat menjadi salah satu pintu pembuka bagi calon mahasiswa angkatan 2024 untuk menjadi inovator sains yang siap bersaing.


Profil Endrick Felipe, Bintang Muda Brasil yang akan Memperkuat Real Madrid

9 menit lalu

Endrick Felipe. REUTERS
Profil Endrick Felipe, Bintang Muda Brasil yang akan Memperkuat Real Madrid

Endrick Felipe sudah dikontrak Real Madrid sejak Desember 2022. Endrick baru bisa bergabung dengan Real Madrid saat usianya 18 tahun pada Juli 2024


Kecelakaan Bus di Afrika Selatan Tewaskan 45 Orang, Hanya Ada Satu Korban Selamat

13 menit lalu

Petugas pemadam kebakaran memadamkan api yang membakar bus setelah jatuh dari R518, menewaskan beberapa lusin orang, di Distrik Waterberg, Provinsi Limpopo, Afrika Selatan pada 28 Maret 2024. Limpopo Department of Transport and Community Safety via Reuters
Kecelakaan Bus di Afrika Selatan Tewaskan 45 Orang, Hanya Ada Satu Korban Selamat

Empat puluh lima orang tewas dalam kecelakaan bus di Afrika Selatan, setelah bus yang mereka tumpangi jatuh sekitar 50 meter dari jembatan ke jurang


Prediksi Barito Putera vs PSIS Semarang di Pekan Ke-30 Liga 1 Jumat Malam 29 Maret 2024: Jadwal, H2H, Perkiraan Pemain

24 menit lalu

Selebrasi PSIS Semarang di Liga 1. Instagram/Psisfcofficial
Prediksi Barito Putera vs PSIS Semarang di Pekan Ke-30 Liga 1 Jumat Malam 29 Maret 2024: Jadwal, H2H, Perkiraan Pemain

Pertandingan Barito Putera vs PSIS Semarang akan hadir pada pekan ke-30 Liga 1, Jumat malam, 29 Maret 2024. Simak prediksinya.


Film Siksa Kubur Beri Dampak Spiritual Bagi Reza Rahadian

29 menit lalu

Poster film Siksa Kubur. Dok. Poplicist
Film Siksa Kubur Beri Dampak Spiritual Bagi Reza Rahadian

Reza Rahadian mengaku berhasil melewati masa-masa stressnya selama syuting dan berhasil melewatkan dengan baik usai membintangi film Siksa Kubur.


7 Amalan Terbaik Menyambut Malam Lailatul Qadar

38 menit lalu

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang ditunggu-tunggu umat Islam di bulan Ramadan, karena pada malam ini Allah turunkan rahmat bagi umatNya. Foto: Canva
7 Amalan Terbaik Menyambut Malam Lailatul Qadar

Malam Lailatul Qadar adalah malam penuh misteri dan keberkahan. Raih keberkahan dalam malam Lailatul Qadar dengan amalan-amalan penuh berkah.


James Maddison Percaya Diri Bisa Masuk Skuad Timnas Inggris untuk Euro 2024

42 menit lalu

Pemain Inggris  James Maddison. REUTERS
James Maddison Percaya Diri Bisa Masuk Skuad Timnas Inggris untuk Euro 2024

James Maddison menciptakan assist terjadinya gol Jude Bellingham saat timnas Inggris bermain imbang 2-2 melawan Belgia di laga persahabatan Selasa.


Komite HAM PBB Soroti Isu Pembunuhan di Luar Hukum di Papua

43 menit lalu

Mahasiswa papua memegang poster bergambar penyiksaan oleh oknum TNI terhadap warga Papua mengikuti Aksi Kamisan 811 di seberang Istana Negara, Jakarta, Kamis 28 Maret 2024. Dalam aksinya mahasiswa Papua mengecam penyiksaan yang dilakukan TNI kepada warga Papua yang belakangan menajdi sorotan publik karena videonya tersebar di media sosial. Mereka menuntut pelaku dipecat dan dihukum sesuai perbuatannya. TEMPO/Subekti.
Komite HAM PBB Soroti Isu Pembunuhan di Luar Hukum di Papua

Komite HAM PBB membacakan temuan pelanggaran HAM di Indonesia, salah satunya isu extrajudicial killing terhadap orang Papua.