Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Monumen

Oleh

image-gnews
Iklan

- untuk Hanung Bramantyo

Tokoh sejarah rata-rata mati dua kali. Pertama kali ia dimakamkan. Kedua kali ketika ia dibangun sebagai monumen. Mandela akan mengalami itu, seperti halnya Sukarno. Sebuah monumen berniat mengekalkan, tapi akhirnya membekukan. Sang tokoh akan dianggap telah selesai, tinggal dipuja.

Di tahun 1924 di Rusia, negeri yang menegakkan monumen di hampir tiap kota, satu acara resmi dibuka untuk merayakan hari kelahiran Penyair Pushkin, pencipta puisi novel Eugene Onegin yang termashur itu. Untuk acara itu Mayakovski menulis sebuah sajak. Pada suatu malam, demikian penyair itu bercerita, ia copot patung Pushkin dari pedestalnya di Trevsrakay bulvar, Moskow. Ia ajak sang penyair abad ke-19 itu berjalan-jalan, bertukar-pikiran.

Bagi Mayakovski, tiap monumen, juga yang dibangun untuk dirinya, harus diledakkan dengan dinamit. "Begitu benci aku kepada tiap benda mati/Begitu gandrung aku kepada tiap bentuk hidup!"

Tapi ia sendiri mati dua kali. Pertengahan April 1930, penyair berumur 37 itu menembak dirinya sendiri. Ditinggalkannya satu catatan: "Jangan salahkan siapapun karena kematianku, dan mohon jangan bergosip. Orang yang sudah mati sangat tak menyukai itu..."

Gosip tak bisa dicegah - juga pertanyaan kenapa Mayakovski bunuh diri. Lunacharski, tokoh kebudayaan Revolusi Oktober, seorang penelaah puisi yang jernih pandangnya, berbicara tentang dualisme dalam diri dan puisi Mayakovski: yang satu keras bagaikan logam dan yang lain lembut. Mungkin akhirnya dualisme itu tak dapat diatasinya lagi. Mungkin ada cinta yang gagal. Mungkin Mayakovski -- penyair revolusioner ketika revolusi Rusia sedang mengkosolidasikan kekuatannya -- mulai melihat ada yang membeku dalam dirinya -- juga dalam tahap revolusi itu.

Kita tak akan pernah tahu. Mayakovski sudah jadi seorang pemuda komunis yang ditahan polisi Tsar pada umur 15. Dengan antusias ia sebut Revolusi Oktober 1917 sebagai "revolusiku". Ia melihat awal masa depan yang serba baru.

Lima tahun sebelumnya, dalam usia 19 tahun, bersama sejumlah seniman lain ia mengeluarkan "Manifesto Futuris". Judulnya menantang, "Tamparan ke Selera Masyarakat". Di sana dinyatakan bahwa pernyatan itu adalah suara "semangat zaman". Di sana juga diserukan agar para sastrawan lama dibuang jauh-jauh. "Lemparkan Pushkin, Tolstoi, Dostoyevski, dll., ke luar dari Kapal Modernitas!".

Mungkin itu cara anak muda cari perhatian: menantang raksasa. Mayakosvki sendiri memulai penampilannya ke dunia kesenian dengan muka dicat dan jas panjang warna limun. Tapi di luar itu, ia memang berbakat istimewa. Bila ia memakai begitu banyak tanda seru dalam puisinya, bila ia selalu mendamik dada (seperti "aku" Chairil Anwar), ia tak sekedar berteriak minta dilihat. "Itu dia sukmaku/serpih-serpih mega yang tercabik/di langit yang terbakar/di atas salib berkarat/ di menara lonceng/".

Puisi panjangnya di tahun 1915, "Awan dalam Celana", segera mendapat sambutan. Dengan cepat ia dapat posisi terkemuka. Ia duta puisi Sovet untuk dunia. Boris Pasternak, yang kelak akan menerima Hadiah Nobel untuk novelnya, Dr. Zhivago, punya tilikan yang tajam atas Mayakovski yang dikenalnya di tahun-tahun itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penyair asal Georgia itu, tulis Pasternak, "seorang muda rupawan", dengan "suara seorang penyanyi mazmur dan tinju seorang pegulat". Puisinya adalah puisi yang diraut dengan baik oleh seorang seniman, nadanya arogan, "diabolik", liar gelap seperti suara setan, dan pada saat yang sama nasibnya "telah terpateri, tersesat selamanya, seakan-akan menjerit meminta tolong."

Pasternak benar: puisi itu tanpa disadari penyairnya tersesat dalam sebuah zaman politik yang tak mau memahami keliaran dan kompleksitas kata. Zaman Stalin.

Desember 1935, datang kematian Mayakovski yang kedua: ketika ia oleh Stalin dinobatkan sebagai "penyair terbaik dan paling berbakat di masa Soviet".

Orang ragu benarkah Stalin menyukai puisinya. Sebab di antara penobatan itu Stalin merumuskan doktrin "Realisme Sosialis". Sejak itu, dengan kendali Partai, ekspresi artistik ditertibkan. Karya ala Mayakovski, yang sibuk dengan "aku", yang arogan, liar dan gelap, akan dianggap "kontrarevolusi".

Salah satu suara "kontrarevolusi" itu teman kerja Mayakosvki: Meyerhold. Ia sutradara teater eksperimental yang karya-karynya mengungkapkan masa yang resah untuk pembaharuan itu. Juni 1939, ia ditangkap. Ia dituduh jadi mata-mata Jepang dan Inggris. -- dan ditembak mati.

Di antara penangkapan dan kematian seperti itu, Uni Sovet bergema dengan titah Stalin: Mayakovski harus dikenang. Tak menghormatinya adalah "sebuah kejahatan". Maka orang pun berduyun-duyun membaca sajak-sajaknya di sekolah, di tempat pertemuan, di semua kesempatan resmi. Di saat itulah Pasternak, yang menolak untuk diberi sanjungan resmi apapun, menulis: Mayakovskiditumbuhkan dengan paksa "seperti kentang di zaman Katerina Agung" -- dan itu adalah "kematiannya yang kedua."

Pada kematian kedua itu, sebuah patung didirikan di Triumfalnaya Ploshchad di Moskow. Mayakovski jadi monumen.

Untunglah cerita tak berhenti. Sebuah monumen tak perlu diledakkan; ia bisa direbut. Sejak Stalin mangkat, dan kebekuan kreatif mencair, para penyair dan anak-anak muda menggunakan taman di sekitar patung itu untuk membaca sajak -- seakan-akan mereka bercengkerma kembali dengan Mayakovski, karena ini Mayakovski mereka, bukan Mayakovski di atas pedestal yang ditegakkan seperti berhala.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pantau Intens Gunung Awu, Badan Geologi: Kami Tidak Menyangka Gunung Ruang Erupsi Lebih Dulu

1 menit lalu

Puncak Gunung Awu di Sangihe,  Sulawesi Utara, tertutup awan pada Sabtu 27 Agustus 2022 . Gunung api paling utara di Indonesia ini diturunkan status aktivitasnya ke level II atau Waspada. ANTARA/Jerusalem Mendalora.
Pantau Intens Gunung Awu, Badan Geologi: Kami Tidak Menyangka Gunung Ruang Erupsi Lebih Dulu

Gunung Awu letaknya berdekatan dengan Gunung Ruang.


Gibran soal Pendukungnya Bakal Unjuk Rasa di Depan Gedung MK Besok: Monggo yang Penting Tertib

4 menit lalu

Cawapres Gibran Rakabuming Raka berharap masih ada peluang untuk pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Foto diambil di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis, 18 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Gibran soal Pendukungnya Bakal Unjuk Rasa di Depan Gedung MK Besok: Monggo yang Penting Tertib

Gibran Rakabuming merespons rencana pendukungnya yang bakal berunjuk rasa menjelang putusan sidang sengketa gugatan Pilpres di Gedung MK


Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

5 menit lalu

Charlie Chaplin di Garut (Youtube)
Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

Aktor komedi Charlie Chaplin pernah mengunjungi Garut pada 1926. Bahkan ia melanjutkan petualangannya ke Yogyakarta dan Bali.


Polisi Tangkap Pengedar Narkoba Lewat Undercover Buy di Bekasi, Sita 3 Kardus Sabu

10 menit lalu

Barang bukti dihadirkan dalam Konferensi Pers Pengungkapan Satgas Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Bareskrim Polri & Polda Jajaran Operasi Escobar 2024 di Gedung Bareskrim Polri Jakarta, 13 Maret 2024. Di antaranya, sabu 2,8 ton, ekstasi 1.030.559 butir, ganja 1,6 ton, kokain 8,64 Kg, tembakau gorilla 127,2 Kg, etamine 24,8 Kg dan obat keras sebanyak 4.875.406 butir. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Polisi Tangkap Pengedar Narkoba Lewat Undercover Buy di Bekasi, Sita 3 Kardus Sabu

Polres Metro Bekasi Kota menangkap pelaku peredaran narkoba berinisial MH yang kerap bertransaksi di Jalan Raya Caman, Pondok Gede, Kota Belasi.


6 Pelatih Hebat yang Pernah Melatih Xabi Alonso

10 menit lalu

6 Pelatih Hebat yang Pernah Melatih Xabi Alonso

Saat masih aktif bermain, Xabi Alonso pernah ditangani sejumlah pelatih hebat. Siapa saja mereka?


Duel Atalanta vs Liverpool di Liga Europa: Jurgen Klopp Berharap Comeback, Gasperini Tetap Waspada

14 menit lalu

Pelatihn Liverpool Jurgen Klopp. REUTERS
Duel Atalanta vs Liverpool di Liga Europa: Jurgen Klopp Berharap Comeback, Gasperini Tetap Waspada

Manajer Liverpool Jurgen Klopp meminta para pemain untuk memulai laga dengan performa yang jauh lebih baik pada leg kedua perempat final Liga Europa.


Cara Daftar Shopee Video Top Creator untuk Pemula yang Mudah

16 menit lalu

Sebagai pengguna Shopee, Anda bisa mendaftar Shopee Video Top Kreator dengan cara berikut ini. Ketahui juga beberapa persyaratannya berikut. Foto: Canva
Cara Daftar Shopee Video Top Creator untuk Pemula yang Mudah

Sebagai pengguna Shopee, Anda bisa mendaftar Shopee Video Top Kreator dengan cara berikut ini. Ketahui juga beberapa persyaratannya berikut.


Bapanas Siap Dukung Program Makan Siang Gratis, Sudah Mulai Studi Banding

16 menit lalu

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, ketika ditemui dalam acara CNBC Economic Outlook 2024, di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis, 29 Februari 2024. TEMPO/Defara Dhanya
Bapanas Siap Dukung Program Makan Siang Gratis, Sudah Mulai Studi Banding

Bapanas menyatakan siap mendukung program makan siang gratis. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan sudah menyiapkan studi soal pelaksanaan makan siang gratis di berbagai negara.


Beda Pendapat Ketum Projo dan Gibran soal Wacana Jokowi Bertemu Mega

17 menit lalu

Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi usai acara buka bersama di Lapangan Anatakupa, Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat pada Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Desty Luthfiani.
Beda Pendapat Ketum Projo dan Gibran soal Wacana Jokowi Bertemu Mega

Gibran berharap masih ada peluang untuk pertemuan Jokowi dan Megawati. Sementara Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi meragukan pertemuan tersebut.


KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

19 menit lalu

Bupati Muna (nonaktif), Muhammad Rusman Emba, menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024. Muhammad Rusman, diperiksa sebagai tersangka dalam pengembangan penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait pengajuan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional daerah Kabupaten Muna Tahun 2021 - 2022 di Kementerian Dalam Negeri. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.