Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

BERPETUALANG KE ALAM LIAR NUN DI SANA

Oleh

image-gnews
Where the wild things are
Where the wild things are
Iklan

TEMPO Interaktif,

Where the Wild Things Are
Sutradara    : Spike Jonze
Skenario    : Dave Eggers dan Spike Jonze
Berdasarkan buku karya Maurice Sendak
Pemain    : Max Records,  Catherine Keener,  James Galdolfini, Forest Whitaker

Salju yang menyelimuti halaman rumahnya itu, dibayangkan sebagai medan pertempuran. Max yang bandel (Max Records) lantas saja membangun sebuah iglo, yang dibayangkan bsia sebagai pelindung dirinya jika dia dihajar bola salju. Nah, sasarannya adalah kawan-kawan Claire, kakak perempuannya yang sudah menanjak remaja dan menyebalkan itu. Max, si lelaki kecil usia 12 tahun itu kemudian melempar bola salju. Duar, duar,duar…kawan-kawan lelaki Claire lantas saja membalas. Perang bola salju!! Lantas Max perang bola salju. Seru! Hingga pada saat kawan-kawan Claire menghajar iglo buatannya hingga hancur lebur berantakan, Max kembali ke asall menjadi anak lelaki 12 tahun yang langsung menangis jika merasa putus asa. Anak bungsu dari seorang orangtua tunggal, Max merasa tidak diperhatikan. Dia mengoyak-ngoyak kamar kakaknya; bertingkah pada ibunya yang kedatangan pacar. Max kabur sejauh-jauhnya. Mengenakan baju serigala yang dibuat oleh ibunya, Max lari mengedarai perahu, ke sebuah pulau yang berisi sekumpulan raksasa. Di pulau itu, Max mengangkat diri sebagai Raja dan parea raksasa bersedia bermain bersamanya siang malam sesuai peraturan permainan yang dibuat Max. Alangkah senangnya. Alangkah
bahagianya hidup tanpa peraturan.


Memutuskan untuk mengangkat sebuahkarya klasik karya Maurice Sendak (1963) ini memang sebuah tantangan besar. Karya yang meledak dan menjadi pegangan para orang-tua dan guru ini—meski pada awal kelahirannya sempat dianggap terlalu liar untuk masanya—telah diadaptasi ke berbagai bentuk kesenian.: animasi (Gene Deitch, versi 1973 dan 1988); opera anak-anak dengan musik komposisi Oliver Knussen yang dipentaskan tahun 1980 dan 1984. Dan selanjutnya masyarakat Eropa dan Amerika lebih mengenal karya Sendak yang dianggap sebagai sebuah ‘terapi psikologs’ bagi anak manja yang mudah marah ini melalui pertunjukan panggung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi spike Jonze, mengangkatnya ke layar lebar di abad digital ini sebetulnya akan membuatnya mudah menciptakan dunia imajinasi Max. Tetapi dia sengaja mempertahankan visual asli sesuai buku Sendak (yang penuh gambar) di mana para monster itu sebetulnya adalah sebuah versi besar dari boneka-bonekanya. Maka tokoh Carol yang tukang ngambeg (James Gandolfini) , Ira (Forrest Whitaker) dan Douglas (Chris Cooper) yang lebih percaya diri dan bijaksana; Judith (Catherine O’Hara) dan Alexander (Paul Dano) yang tak percaya diri adalah raksana dengan betul tak keruan, namun empu dan enak dipeluk jika Max ingin tidur. Dunia alternatif Mac menjadi sebuah dunia konrradiktif, campur aduk keinginan anak-anak seuisanya berpetualang, bermain perang-perangan; tetapi juga dunia di mana pelukan dan sentuhan adalah kebutuhan absolut.


Para raksasa ini , yang kemudian oleh para pakar psikologi , ditafsirkan sebagai seluruh bagian dalam diri Max, ternyata bukan mahluk yang selalu memberikan kenyamanan dan ketentraman. Max, yang dianggap sang raja, tak hanya bisa bersenang –senang dan bermain-main. Dia juga dituntut sebuah pertanggungjawaban.

Istilah tanggung-jawab memang sebuah konsep asing bagi anak-anak menjelang remaja.  Sandek , melalui bahasa dan gambar yang sederhana, seperti juga yang divisualkan oleh Jonze menjadis ebuah perjalanan ke dalam diri anak-anak yang harus belajar bahwa hidup bukan hanya tentang dirinya sendiri belaka. Jika di dalam buku, Max berlari pulang dan menemukan makan malam panas yang masih menantinya; di dalam film Jonze menampilkan adegan sang ibu yang memeluknya dengan erat dan menyediakan makan malam untuk sang anak yang kini mencoba memahami arti tanggung-jawab. Sebuah film yang sangat layak ditonton para orangtua.

Leila S.Chudori

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

5 jam lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".


Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

6 hari lalu

The Beatles. Foto: Instagram/@thebeatles
Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be


Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

7 hari lalu

Cuplikan trailer Next Stop Paris, film hasil AI Generatif buatan TCL (Dok. Youtube)
Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.


7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

9 hari lalu

Poster film The Green Knight. Foto: Wikipedia.
7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.


8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

11 hari lalu

Mansion di film The Godfather (Paramount Picture)
8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.


Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

13 hari lalu

Aktor Christian Bale menghadiri pemutaran perdana film terbarunya, `Exodus:Gods and Kings` di Madrid, Spanyol, 4 Desember 2014. REUTERS
Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

Christian Bale menjadi monster Frankenstein dalam film The Bridge karya Maggie Gyllenhaal


7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

14 hari lalu

Film The Idea of You. (dok. Prime Video)
7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

Nicholas Galitzine adalah seorang aktor muda yang sedang melesat, Galitzine telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bintang muda yang paling menjanjikan di industri hiburan.


Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

15 hari lalu

Babe Cabita. Foto: Instagram/@noah_site
Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

Selain terkenal sebagai komika, Babe Cabita juga pernah membintangi beberapa judul film, berikut di antaranya.


5 Fakta The First Omen, Lanjutan Film Horor Klasik Tahun 1976

16 hari lalu

The First Omen. Foto: Istimewa
5 Fakta The First Omen, Lanjutan Film Horor Klasik Tahun 1976

The First Omen adalah prekuel dari film horor supernatural klasik 1976 The Omen. The Omen mengungkap konspirasi setan yang melibatkan Pastor Brennan, Pastor Spiletto, dan Suster Teresa, yang rela mengorbankan nyawanya untuk melindungi Damien.


6 Film Horor yang Mengambil Tema Teori Konspirasi untuk Alur Ceritanya

17 hari lalu

Untuk menemani waktu lebaran, berikut ini rekomendasi film horor yang mengambil tema teori konspirasi. Film ini memiliki alur cerita unik dan berbeda. Foto: Canva
6 Film Horor yang Mengambil Tema Teori Konspirasi untuk Alur Ceritanya

Untuk menemani waktu lebaran, berikut ini rekomendasi film horor yang mengambil tema teori konspirasi. Film ini memiliki alur cerita unik dan berbeda.