Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kampanye

Oleh

image-gnews
Iklan

Putu Setia

Saya terlambat datang ke padepokan Romo Imam karena jalanan macet. Romo memaklumi. "Ini kampanye partai yang sukses. Ukurannya, jalanan sampai macet," kata Romo penuh maklum. "Betul sekali, kampanye sebelumnya sepi, orang malas datang ke alun-alun mendengarkan pidato," kata saya.

"Kenapa ada kampanye yang sepi dan ada yang meriah?" tanya Romo. Saya harus menjelaskan panjang-lebar situasi masyarakat saat ini. Sepi dan meriahnya sebuah kampanye bukan karena partai, melainkan karena masalah dana. Apakah partai itu dan para calon legislatornya mau mengerahkan massa atau tidak untuk pencitraan semu. Kalau mau, maka para caleg itu mencari "biro jasa" pengerahan massa. Makelar kampanye, begitu julukan "biro jasa" ini, banyak ada. Saya tidak tahu berapa tarif yang dikenakan sang makelar kepada caleg, tetapi saya tahu setiap orang dibayar oleh makelar Rp 100 ribu. Rinciannya, untuk membeli Premium empat liter, makan-minum seadanya, dan sisanya sekitar Rp 60 ribu sama dengan upah terendah sehari buruh bangunan di pedesaan. Bagi peserta yang mendapat tugas memegang bendera partai dan di alun-alun harus berdiri dekat podium, bayarannya ditambah Rp 25 ribu.

"Mereka kader partai di desa?" tanya Romo. "Bukan, mereka tak berurusan dengan partai. Mereka orang upahan," jawab saya cepat. Saya jelaskan, peserta itu betul-betul "masa mengambang", mereka bisa digunakan oleh partai apa saja. Sekarang kampanye untuk partai ini, besoknya bisa untuk partai itu. Cuma, sang makelar bijak. Yang memegang bendera dan berdiri dekat podium dibagi, kelompok ini untuk partai itu, kelompok itu untuk partai ini. "Pertimbangan makelar supaya beda orangnya, siapa tahu disorot kamera televisi, biar tak ketahuan peserta bayaran," kata saya.

"Itu haram, politik uang," kata Romo. Saya tertawa. Romo mungkin pura-pura saja menyebut itu haram, seolah tak tahu situasi masyarakat saat ini. Siapa lagi yang mau kampanye dengan kesadaran sendiri saat ini? Dua puluh lima tahun yang lalu, saya ikut kampanye ke Jakarta. Dari Ciputat naik bus dan dihadang di Pondok Cabe, karena warga Jawa Barat tak boleh berkampanye di Jakarta. Dari Pondok Cabe berjalan kaki ke Senayan untuk "memerahkan Jakarta". Tak ada yang menyuruh dan tentu tak ada pula yang membayar. Kemacetan menjadi suatu kenikmatan karena bisa saling melempar yel-yel dan mengibarkan bendera partai. Sekarang? Macet lantaran kampanye justru mendapat caci-maki dari pengguna jalan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kalau begitu, tak ada pengaruhnya kampanye sekarang ini," kata Romo bergumam. Saya menyahut, "Jangankan kampanye ke alun-alun mendengarkan pidato, menonton berita kampanye di televisi saja membuat orang mual. Yang memasang baliho di jalanan itu pun hanya menghabiskan uang, hampir tak ada pengaruhnya."

"Harus ada terobosan baru untuk memikat masyarakat pada partai," kata Romo bak seorang makelar politik-julukan kerennya konsultan. Saya malas menjawab pernyataan yang "standar" ini. Terobosan apa? Terobosan itu konotasinya gerakan instan. Situasi anti-partai saat ini tak bisa main terobos, ini harus kerja keras berkesinambungan membangun kepercayaan. Reformasi sesungguhnya memberi kesempatan kepada partai untuk kembali hidup setelah dikerdilkan di era Orde Baru. Sayangnya, puluhan partai yang berdiri ternyata tidak memiliki pemimpin yang kuat, mereka memanfaatkan eforia itu untuk kepentingan pribadi. Organisasi tidak ditata dengan baik, di atas terjadi saling sikut dan di bawah kaderisasi macet. Ditambah korupsi, lantas siapa yang mau percaya kepada partai?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dibangun 1830, Rumah Limas Palembang Ini Pernah Dikunjungi Ratu Beatrix dari Belanda

3 menit lalu

Rumah Limas tampak depan. Rumah limas khas Palembang ini dibangun pada 1830. Saat ini rumah Limas menjadi koleksi Museum Balaputra Dewa. TEMPO/Parliza Hendrawan
Dibangun 1830, Rumah Limas Palembang Ini Pernah Dikunjungi Ratu Beatrix dari Belanda

Kedua rumah limas di Palembang ini pernah muncul di uang pecahan Rp10.000, dibangun tahun 1830-an.


KPK Ungkap Suami Zaskia Gotik 2 Kali Transfer Duit ke Terdakwa Korupsi Pembangunan Gereja Kingmi Mile 31

4 menit lalu

Sirajudin Machmud, seusai memenuhi panggilan penyidik di Gedung KPK, Jakarta, Senin, 16 Oktober 2023. Korupsi proyek pembangunan Gereja Kingmi Mile 32 diduga menghabiskan anggaran lebih dari Rp 250 miliar yang bersumber dari APBD Pemerintah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. TEMPO/Imam Sukamto'
KPK Ungkap Suami Zaskia Gotik 2 Kali Transfer Duit ke Terdakwa Korupsi Pembangunan Gereja Kingmi Mile 31

Pengusaha juga suami Zaskia Gotik, Sirajuddin Mahmud, awalnya mengaku lupa ketika ditanya jaksa KPK soal aliran duit ke rekening terdakwa Arif Yahya.


Politikus PDIP Ihsan Yunus Penuhi Pemeriksaan KPK sebagai Saksi Korupsi APD Kemenkes 2020

11 menit lalu

Anggota Komisi II DPR RI M Rakyan Ihsan Yunus duduk di ruang tunggu sebelum menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis 25 Februari 2021. Ihsan dipanggil sebagai saksi untuk tersangka MJS (Matheus Joko Santoso) dalam kasus dugaan suap pengadaan bantuan sosial (bansos) COVID-19 untuk wilayah Jabodetabek tahun 2020. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Politikus PDIP Ihsan Yunus Penuhi Pemeriksaan KPK sebagai Saksi Korupsi APD Kemenkes 2020

KPK memeriksa politikus PDIP Ihsan Yunus dalam kasus dugaan korupsi APD Kemenkes 2020 di Gedung Merah Putih KPK, Kamis, 18 April 2024.


Obral Remisi Idul Fitri untuk Narapidana Korupsi

12 menit lalu

Ratusan narapidana korupsi mendapat remisi Idul Fitri.
Obral Remisi Idul Fitri untuk Narapidana Korupsi

Ratusan narapidana korupsi mendapat remisi Idul Fitri termasuk Setya Novanto dan Djoko Susilo.


Putin Buka Suara Soal Serangan Israel, Iran Sebut Terpaksa

12 menit lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi saat pertemuan di Moskow, Rusia 7 Desember 2023. Sputnik/Sergei Bobylev/Pool via REUTERS
Putin Buka Suara Soal Serangan Israel, Iran Sebut Terpaksa

Putin menelepon Ebrahim Raisi untuk membahas serangan Iran ke Israel.


Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

17 menit lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.


Polda Metro Jaya Tetapkan Pengemudi Fortuner sebagai Tersangka Kasus Pemalsuan Pelat Dinas TNI

17 menit lalu

Konferensi Pers  Direktorat Tindak Pidana Umum Polda Metro Jaya bersama dengan jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) terkait pengungkapan kasus pemalsuan plat nomor dinas, yang diselenggarakan pada Kamis, 18 April 2024. TEMPO/Advist Khoirunikmah.
Polda Metro Jaya Tetapkan Pengemudi Fortuner sebagai Tersangka Kasus Pemalsuan Pelat Dinas TNI

Polda Metro Jaya menetapkan pengemudi mobil fortuner nomor dinas TNI yang viral di media sosial sebagai tersangka kasus pemalusan pelat nomor.


KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

20 menit lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

Nadiem diharapkan bisa mengambil tindakan tegas.


Kim Sae Ron Mundur dari Teater Dongchimi Sehari Setelah Diumumkan

20 menit lalu

Kim Sae Ron. Instagram/@ron_sae.
Kim Sae Ron Mundur dari Teater Dongchimi Sehari Setelah Diumumkan

Kim Sae Ron batal comeback dengan tampil sebagai pemeran di pertunjukan teater Dongchimi mendatang. Diduga karena kondisi mentalnya memburuk.


Kabel yang Akibatkan Kecelakaan di Medan Dipastikan Bukan Milik Telkom

23 menit lalu

Kabel yang Akibatkan Kecelakaan di Medan Dipastikan Bukan Milik Telkom

Telkom berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik melalui perangkat dan aset-aset yang dimiliki.