Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ahok

Oleh

image-gnews
Iklan

Putu Setia

Pada saat orang ramai mencari calon wakil presiden yang bermutu-seolah calon presiden yang ada sudah bermutu-saya menjagokan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Bukan sebagai calon wakil presiden yang mendampingi Joko Widodo, Aburizal Bakrie, maupun Prabowo. Ahok sebagai presiden.

Bahwa ini di luar kebiasaan, itu sudah pasti. Presiden Indonesia, meski tak pernah ditulis dalam konstitusi, tentu "tak biasa" kalau bukan beragama Islam. Bahkan masih dianggap "kurang biasa" kalau bukan dari Jawa. Apalagi "jauh dari biasa" jika keturunan Tionghoa. Orang bisa berpidato bahwa tak ada lagi dikotomi Jawa dan luar Jawa, militer dan sipil, muslim dan nonmuslim, apalagi dikotomi usang: pribumi dan non-pribumi. Tapi itu masih semu.

Ahok sudah meninggalkan jauh-jauh dikotomi itu. Ia sudah jadi "manusia Indonesia" yang sebenarnya. Kamis pekan lalu, pada perayaan Paskah yang diadakan Pemerintah Provinsi DKI, Ahok berkata: "Kita ini masih beragama tapi tidak bertuhan." Alasannya? Kelakuan kebanyakan manusia Indonesia, apakah dia pejabat atau bukan, tidak sesuai dengan tuntunan agama. Kalau boleh saya perpanjang (dan menafsirkan), banyak orang sekarang tak lagi mengindahkan ajaran yang diwahyukan Tuhan, tetapi tetap bangga menyebut beragama. Korupsi merajalela, suap, dan kecurangan terjadi di mana-mana, tetapi label agama dengan bangga masih dipakai. "Ahok pemimpin yang Islami," tulis Akhmad Sahal, kandidat doktor di University of Pennsylvania Amerika, di Twitter.

Ahok memang ceplas-ceplos-tapi tidak haha hehe. Di hadapan umat Kristen, dia berkata ihwal sikap yang harus sejalan dengan agama. "Tapi kalau kelakuannya enggak Kristen, copot saja salibnya. Bikin saya malu. Atau KTP-nya dikosongkan saja," katanya. Maksud Ahok tak usah mencantumkan agama di KTP kalau perilaku tak sesuai dengan ajaran agama. Saya dua ribu persen setuju. Agama selama ini lebih sering dijadikan aksesoris belaka. Bukan dihayati.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seperti jam tangan. Benda ini lebih hanya menjadi aksesoris, bukan sebagai pelengkap kebutuhan sehari-hari. Jam tangan yang mahal itu hanya untuk menambah percaya diri pemakainya-jadi, betapa mereka merasa hina tanpa jam tangan yang mahal. Dan Ahok pun jujur mengaku, jam tangannya berharga Rp 20 juta bermerek Tag Heuer. Ada yang lebih mahal, merek Richard Mille, dengan harga Rp 1,4 miliar. Astaga, tapi asli. Adapun Richard Mille yang palsu harganya cuma Rp 5 jutaan dan dipakai Jenderal Muldoko, Panglima TNI. Karena palsu, jam itu pun dibanting di depan wartawan. Nah, itulah aksesoris, bisa dibanting, ditanggalkan, dipakai lagi. Seperti orang beragama tapi bukan bertuhan.

Berapa harga jam tangan Anda? Sepuluh tahun lalu saya membeli arloji mahal, harganya Rp 150 ribu. Tapi sudah lima tahun saya tak lagi memakai jam tangan. Saya merasa tak perlu aksesoris yang bernama jam. Saya punya handphone, punya "tablet" yang memang berguna untuk sehari-hari. Semuanya ada penunjuk waktu. Di rumah, setiap ruangan ada jam dinding. Di mobil juga ada. Untuk apa lagi tangan harus digelayuti jam, padahal handphone yang ada jamnya tak pernah lepas di era keranjingan ber-Twitter ini.

Di dunia materialistis, orang mengejar aksesoris. Seorang istri pejabat dengan bangga memakai tas Hermes, ratusan juta harganya. Saking mahalnya, dia tak berani menitipkan tas itu kepada orang lain, takut hilang. Tapi dia rela menitipkan anaknya kepada pembantu. Ini satu ciri lagi manusia yang beragama tapi tidak bertuhan. Tas Hermes lebih berharga daripada anak sendiri. Ahok, mana Ahok?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


4 Jenis Kepesertaan BPJS Kesehatan, Cek Perbedaannya

2 menit lalu

4 Jenis Kepesertaan BPJS Kesehatan, Cek Perbedaannya

Terdapat jenis-jenis kepesertaan BPJS Kesehatan, yaitu Penerima Bantuan Iuran (PBI) hingga Pekerja Penerima Upah. Berikut perbedaannya.


DPR Setujui RUU DKJ yang Mengantar Jakarta Bukan IKN Lagi, Ini 7 Garis Besarnya

5 menit lalu

Ilustrasi Monas (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
DPR Setujui RUU DKJ yang Mengantar Jakarta Bukan IKN Lagi, Ini 7 Garis Besarnya

Rapat Paripurna DPR RI menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Daerah Khusus Jakarta atau RUU DKJ sebagai undang-undang. Jakarta bukan IKN lagi


Bamsoet Dorong Pengembangan Kendaraan Listrik Indonesia

7 menit lalu

Bamsoet Dorong Pengembangan Kendaraan Listrik Indonesia

Bambang Soesatyo mendukung tim Universitas Indonesia Supermileage Vehicle Team membuat serta mengembangkan kendaraan listrik di Indonesia.


Puji Hasyim Asy'ari, Kuasa Hukum KPU Ditegur Ketua MK: Jangan Ditambah-ditambah!

9 menit lalu

Ketua Mahkamah Konstitusi Suhartoyo saat memimpin Sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) atau sengketa Pemilu 2024 atas permohonan pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) nomor 360/2024 tentang penetapan hasil pemilu di Gedung Mahkamah Kontitusi, Jakarta, Rabu 27 Maret 2024. TEMPO/Subekti.
Puji Hasyim Asy'ari, Kuasa Hukum KPU Ditegur Ketua MK: Jangan Ditambah-ditambah!

Ketua MK Suhartoyo menegur Kuasa Hukum KPU RI dalam sidang sengketa Pilpres pada hari ini.


2 Film Horor Indonesia Tayang Saat Libur Lebaran

14 menit lalu

Poster film Siksa Kubur. Dok. Poplicist
2 Film Horor Indonesia Tayang Saat Libur Lebaran

Pada April 2024, dua film horor akan tayang saat momentum libur Lebaran, yaitu Siksa Kubur dan Badarawuhi di Desa Penari


Sumber Kekayaan Helena Lim, Crazy Rich PIK yang Jadi Tersangka Korupsi Timah

16 menit lalu

Helena Lim. Instagram
Sumber Kekayaan Helena Lim, Crazy Rich PIK yang Jadi Tersangka Korupsi Timah

Helena Lim yang dikenal sebagai crazy rich PIK terseret kasus korupsi Timah. Bermula sebagai pegawai bank dari mana sumber kekayaannya?


LPEI Bertemu 3 Bos Perbankan, Bahas Penguatan Ekosistem Ekspor Indonesia

18 menit lalu

LPEI Bertemu 3 Bos Perbankan, Bahas Penguatan Ekosistem Ekspor Indonesia

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bertemu dengan pimpinan perbankan untuk mendorong pertumbuhan ekspor Indonesia.


Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

18 menit lalu

Sejumlah pemuda memukul bekas tong plastik sambil menyanyikan lagu-lagu religi saat berkeliling pemukiman untuk membangunkan sahur di Balakong, Malaysia, 26 Maret 2023. Sejumlah pemuda berkeliling pemukiman warga sembari memainkan musik dengan bekas tong plastik dan menyanyikan lagu religi untuk membangunkan sahur pada bulan Ramadan. REUTERS/Hasnoor Hussain
Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

Asal-usul tradisi membangunkan sahur di Indonesia diyakini telah eksis sejak Islam masuk ke Tanah Air dan memiliki sebutan berbeda di setiap daerah.


Panduan Waktu Terbaik Liburan ke Eropa dari Cuaca hingga Mencicipi Kuliner Lokal

18 menit lalu

Pemadangan Flonrence, Tuscany, Italia. Unsplash.com/Zach Rowlandson
Panduan Waktu Terbaik Liburan ke Eropa dari Cuaca hingga Mencicipi Kuliner Lokal

Kalau berencana liburan ke Eropa, ada beberapa hal yang perlu diketahui dari waktu terbaik untuk cuaca, mencoba kuliner lokal, dan aktivitas di sana


Bos Freeport Temui Jokowi: Soal Saham 61 Persen, Ekspor Konsentrat atau Pamitan?

18 menit lalu

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dan Chairman & CEO Freeport McMoran Richard C Adkerson ditemui di Kompleks Kepresidenan Jakarta pada Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Bos Freeport Temui Jokowi: Soal Saham 61 Persen, Ekspor Konsentrat atau Pamitan?

Bos Freeport McMoran Richard C Adkerson didampingi CFO Kathleen L. Quirk dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas bertemu Jokowi.