Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bhisma

Oleh

image-gnews
Iklan

Apa yang direnungkan Bhisma, menjelang ajalnya datang?

Dikisahkan dalam Mahabharata, panglima perang tua ini akhirnya roboh dari keretanya. Ia tergeletak, bersandar pada puluhan anak panah yang menghunjam tubuhnya. Ia belum tewas. Matanya memandang ke keluasan medan pertempuran: tamasya yang mengerikan. Ratusan kereta perang hancur, ratusan kuda dan gajah terbunuh, ribuan jasad manusia tercincang atau remuk. Bau amis darah menyebar. Suara rintihan kesakitan terdengar dari tepi ke tepi. Muram. Langit seperti tak menghendaki matahari.

Bhisma, seraya menahan sakit, melirik ke sekitarnya. Perang saudara itu sedang dihentikan. Ia lihat para kesatria dari kedua kubu yang bermusuhan mengumumkan gencatan senjata dan segera mereka datang menghampirinya. Dengan baju zirah yang kotor oleh lumpur dan debu, dengan luka-luka di pelipis dan di bahu, mereka datang untuk memberi hormat. Mereka tahu ia akan segera mati.

Mula-mula Yudhistira yang bersimpuh di sebelah kirinya. Kemudian pangeran sulung Kurawa, Duryudana, di dekat kaki. Kemudian yang lain-lain. Terakhir Arjuna yang hampir dibunuhnya dalam pertempuran sejam yang lalu. Adakah semua berkabung? Atau harus menunjukkan diri berkabung? Apa arti seorang orang tua seperti dirinya, orang yang mungkin tak layak lagi dihormati karena ia tak lagi meletakkan diri sebagai penengah di atas sengketa, malah akhirnya memilih pihak-dengan pilihan yang membingungkan? Semua tahu (atau barangkali hanya menduga?) hati orang tua itu lebih dekat ke para pangeran Pandawa, tapi Bhisma justru memutuskan menjadi musuh mereka.

Dikisahkan bahwa seraya terbaring itu ia berpesan kepada Yudhistira agar membaca Vishnusahasranama, menyebut 1.000 nama Vishnu. Apa yang suci, apalagi yang mahasuci, tak dapat diringkas dengan satu sebutan karena tak tepermanai, dan juga karena begitu akrab, seperti rasa di hati yang tak bisa diikhtisarkan dengan satu-dua kata.

"Dharma teragung," Bhisma berbisik, "adalah Vishnu, yang tak punya awal dan tak punya akhir."

Kita tak tahu apa reaksi Yudhistira.

Mungkin pangeran sulung Pandawa ini akan tetap terkesima dan bertanya-tanya siapa sebenarnya Bhisma, apa yang membentuknya? Jangan-jangan Vishnusahasranama itu hendak menunjukkan bahwa dewa dan manusia adalah 1.000 kecenderungan dan keinginan dalam satu sosok, 1.000 paradoks dengan tafsir yang tak punya awal, tak punya akhir.

Legenda tentang orang ini menakjubkan: seorang anak berumur 16 tahun yang menghentikan arus Sungai Gangga dengan hunjaman anak panah. Seorang pangeran yang untuk kebahagiaan orang lain, ayahnya, memilih melepaskan haknya atas takhta dan menjadi brahmacari, tak akan menikah dan berketurunan.

Tapi ia ternyata juga tak hendak meninggalkan kerajaan. Ia tak berangkat ke hutan untuk bertapa sebagai vanaprashta. Ia malah terlibat jauh dalam kekuasaan: ia berperang untuk memperkuat Hastinapura, ia jadi wali raja bagi para pangeran ketika mereka masih anak-anak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mungkin itu panggilan tugas. Tapi mungkin itu juga tanda ia gagal melepaskan diri dari jaringan kepentingan kerajaan. Ketika Drupadi, perempuan yang dicoba ditelanjangi Pangeran Dursasana di depan umum itu, datang kepadanya minta dibela, di balairung itu Bhisma tak bergerak. Ia khawatir, bila Dursasana dihukum karena skandal itu, wibawa istana akan guncang. Ia hanya berkata, lirih, "Jalan dharma itu tak mudah dipahami."

Ataukah itu justru kearifan yang bukan main, karena justru di saat itu ditunjukkan bahwa kekuasaan hanya sia-sia? Drupadi tetap tak menyerah. Dursasana tak berhasil.

Ia sendiri, Bhisma, tak berhasil. Ketika bertahun-tahun yang lalu ia menyatakan sumpahnya yang menggetarkan untuk jadi brahmacari, ia merasa bisa menunjukkan bahwa tak ada takdir yang melekatkan kekuasaan pada diri seseorang. Kekuasaan seperti senjata: sesuatu yang ampuh, namun bisa ditanggalkan. Dan sebagaimana senjata, ia bisa berbahaya, juga untuk diri pemegangnya. Kekuasaan tak hanya bisa aku miliki; ia bisa memiliki aku. Melepaskan diri dari hasrat kekuasaan, Bhisma manusia bebas.

Tapi di antara para cucunya, tak ada yang mengikuti kearifan itu. Para Pandawa merasa hak mereka atas takhta benar dan sebab itu mutlak. Para Kurawa merasa posisi mereka tak bisa dikurangi. Bhisma ternyata tak bisa jadi tauladan: memperoleh takhta baginya bukan harga mati. Tapi Yudhistira dan Duryudana bersaudara tak bisa membaca tauladan itu.

Dalam hal itu, Bhisma gagal. Dan bukankah ia sendiri tak sanggup meninggalkan istana dan akhirnya mempertahankan takhta Kurawa di Hastina di peperangan itu?

Di tepi medan Kurusetra, dengan tubuh yang kian lama kian lemah, ia memejamkan matanya. Di akhir hidupnya ia menyaksikan kesia-siaan yang tak terkira. Ia sendiri contoh sikap luhur yang tak meyakinkan. Pangeran Kurawa hampir semuanya terbunuh. Juga generasi kedua Pandawa. Apa akhirnya kemenangan jika tak ada anak-anak yang akan melanjutkan kejayaan?

Kekuasaan: tak seorang pun mendapatkan apa yang dicarinya setelah itu. Mereka yang bertahun-tahun bersengketa dan menyiapkan perang habis-habisan tampaknya lupa cerita dalam Maitri Upanishad: seorang raja meninggalkan istana, hidup bertapa di hutan, dan bertemu dengan seorang aulia yang berkata, "Tuan, di tubuh ini, di himpunan tulang, kulit, otot, sperma, darah, lendir, air mata ini adakah yang baik untuk menikmati hasrat? Dunia melapuk seperti tubuh ngengat, pohon-pohon tumbuh dan kemudian kering."

Pada hari kesekian, Bhisma menutup mata selama-lamanya. Di saat itu ia bebas benar-benar.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Aulia Suci Nurfadila Tak Ingin Ngoyo Kejar Peluang Bermain di Liga Bola Voli Putri Korea Selatan

3 menit lalu

Pemain voli timnas Indonesia, Aulia Suci Nurfadila seusai menjalani latihan jelang menghadapi Red Sparks di GOR Bulungan, Jakarta, Jumat (19/04/2024). (ANTARA/FAJAR SATRIYO).
Aulia Suci Nurfadila Tak Ingin Ngoyo Kejar Peluang Bermain di Liga Bola Voli Putri Korea Selatan

Aulia Suci Nurfadila mengaku bersyukur namanya masuk dalam daftar pemain yang akan menjalani uji coba Federasi Bola Voli Korea Selatan (KOVO).


Anwar Usman Disebut Masih Pakai Fasilitas Ketua meski Sudah Dicopot, Begini Kata MK

11 menit lalu

Ketua MK Anwar Usman saat menjadi Ketua Majelis Hakim sidang putusan atas gugatan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu terkait usia minimal capres-cawapres menjadi 35 tahun di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin 16 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.
Anwar Usman Disebut Masih Pakai Fasilitas Ketua meski Sudah Dicopot, Begini Kata MK

Anwar Usman dipecat dari kursi Ketua MK oleh MKMK pada November 2023 akibat pelanggaran etik berat.


Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

13 menit lalu

Anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri mengheningkan cipta, untuk menghormati para korban serangan di tempat konser Balai Kota Crocus di Moskow, pada hari pemungutan suara mengenai resolusi Gaza yang menuntut gencatan senjata segera selama bulan Ramadan yang mengarah ke gencatan senjata permanen.  gencatan senjata berkelanjutan, dan pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat, di markas besar PBB di New York City, AS, 25 Maret 2024. REUTERS/Andrew Kelly
Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

Mengapa Amerika Serikat tolak keanggotaan penuh Palestina di PBB dengan hak veto yang dimilikinya? Bagaimana sikap Indonesia?


Bahas Lebaran, TVXQ Minta Maaf di Konser 20&2 Jakarta

17 menit lalu

Duo TVXQ di konser mereka. Foto: TEMPO| Raden Putri.
Bahas Lebaran, TVXQ Minta Maaf di Konser 20&2 Jakarta

Selain berterima kasih kepada para penggemar, TVXQ juga meminta maaf karena baru sempat menggelar konser di Indonesia lagi.


Kuasa Hukum Robert Bonosusatya Jelaskan Kerja Sama antara PT RBT dan PT Timah

26 menit lalu

Robert Priantono Bonosusatya. jasuindo-tiga-perkasa-annual-report-2012
Kuasa Hukum Robert Bonosusatya Jelaskan Kerja Sama antara PT RBT dan PT Timah

Kuasa hukum Robert Bonosusatya menjelaskan kerjasama antara PT Refined Bangka Tin (PT RBT) dengan PT Timah Tbk.


Menlu Iran Klaim Serangan Drone ke Isfahan dari Dalam Negeri

28 menit lalu

Ilustrasi serangan drone. REUTERS/Gleb Garanich
Menlu Iran Klaim Serangan Drone ke Isfahan dari Dalam Negeri

Iran mengatakan serangan drone ke Isfahan berasal dari dalam negeri. Iran membantah Israel terlibat.


Waspada DBD, Demam Berdarah Baik Drastis di Sulsel 1.620 Warga Terjangkit dan 9 Orang Meninggal

29 menit lalu

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)
Waspada DBD, Demam Berdarah Baik Drastis di Sulsel 1.620 Warga Terjangkit dan 9 Orang Meninggal

Waspada DBD di beberapa daerah. Di Sulawesi Selatan kasus demam berdarah naik drastis, 1.620 warga terjangkit dan 9 orang meninggal.


PKB Buka Pendaftaran Kandidat Pilkada 2024, Ini Kriterianya Menurut Cak Imin

32 menit lalu

Calon wakil presiden nomor urut 1 sekaligus Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin ditemui di Pameran Create Art Make Impact di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat pada Sabtu, 2 Maret 2023. Tempo/Yohanes Maharso Joharsoyo
PKB Buka Pendaftaran Kandidat Pilkada 2024, Ini Kriterianya Menurut Cak Imin

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menyampaikan kriteria sosok yang akan diusung partainya dalam pilkada 2024.


Buat White Ocean, Fans Siapkan Kejutan untuk TVXQ

42 menit lalu

Yunho di konser TVXQ. Foto: TEMPO| Raden Putri.
Buat White Ocean, Fans Siapkan Kejutan untuk TVXQ

Salah satu fan project tersebut adalah membuat white ocean atau lautan cahaya putih ketika TVXQ sedang tampil.


Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

45 menit lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?