Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mildred, Veda, dan Segala Keburukan Dunia  

Oleh

image-gnews
Mildred Pierce
Mildred Pierce
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta -



MILDRED PIERCE

Sutradara  : Todd Haynes

Skenario    : Todd Haynes dan Jon Raymond

                       Berdasarkan novel karya James M . Cain (1941)

Pemain       : Kate Winslet, Guy Pearce, Evan Rachel Wood, Melissa Leo
          
Sebuah tafsir ulang tak selalu menjadi kabar baik dalam dunia film. Meski harus diakui, ada juga beberapa film yang diproduksi ulang, bisa melampaui kesuksesan produksi sebelumnya. Tetapi kegagalan Gus Van Sant  yang pada tahun 1998 mencoba menafsir ulang film klasik Psycho (Alfred Hitchcock, 1960)  atau Andrew Davis pada tahun yang sama menafsir ulang Dial M for Murder (Alfred Hitchcock, 1954) menjadi A Perfect Murder). Kita kemudian berkesimpulan: biarkanlah film-film klasik itu bercahaya sendiri. Tolong jangan diutak-atik.

Film Midred Pierce yang disutradarai Michael Curtiz pada tahun 1945 dengan Joan Crawford sebagai Mildred Pierce adalah sebetulnya sebuah tafsir yang melenceng dari novel karya James M.Cain. Meski Cain dikenal sebagai novelis kisah kriminal, justru novel Mildred Pierce adalah novel drama psikologis yang berkisah tentang hubungan seorang ibu dan anak gadisnya, Veda. Namun, film versi sutradara Curtiz, yang skenarionya ditulis antara lain oleh William Faulkner (ya, William Faulkner sastrawan pemenang Nobel sastra itu juga menulis skenario) lahir  di tahun 1945, ketika Hollywood sedang gencar dengan genre film noir dan segala yang salah dan buruk harus diberi hukuman.  Film-film Amerika di masa itu belum bisa menampilkan persoalan seks dan skandal sebrutal dan seterbuka sekarang.  Tak heran  jika film itu justru dibuka dengan tewasnya tokoh flamboyan Monty Beragon, seorang playboy yang selama hidupnya dikaitkan dengan Mildred Pierce (Joan Crawford), orangtua tunggal yang namanya terkemuka karena restorannya yang terkenal di berbagai penjuru Kalifornia. Film itu kemudian lebih banyak menjadi film drama noir yang mencari tahu siapa sesungguhnya pembunuh Monty di antara intrik keluarga Pierce.

Sutradara Todd Haynes memutuskan menafsir ulang novel James M.Cain dengan lebih setia pada plot: sebuah drama keluarga. Tanpa darah. Tanpa pembunuhan. Dibuat dalam bentuk lima episode mini seri yang akan ditayangkan HBO Kamis 9 Juni di  beberapa negara Asia—termasuk Indonesia-- sutradara Haynes membentang kisah ini secara kronologis saat perkawinan Mildred (Kate Winslet) dan Bert Pierce (Brian F. O'Byrn —seorang pengusaha properti yang masa kejayaannya sudah sirna—sudah diambang keruntuhan. Ekonomi sedang digasak depresi. Keuangan sulit. Bert malah intim dengan isteri orang. Mini-seri ini dibuka dengan pertengkaran pasangan Pierce yang sudah mempunyai dua orang puteri: Veda (remaja. Morgan Turn) yang cerdas, angkuh dan sangat malu dengan kehidupan mereka yang jauh dari impian borjuasi seperti dalam novel-novel yang dibacanya; dan si bungsu Ray.

Menjadi seorang ibu tunggal dengan mantan suami pengangguran yang tidak meluncurkan uang alimoni membuat Mildred harus bersedia bekerja menjadi seorang pelayan restoran; suatu pekerjaan yang membuat Veda malu. Veda yang cerdas dan cantik dan gemar membaca novel romantik abad 19 yang menggambarkan deskripsi perbedaan kelas itu berkembang menjadi gadis angkuh yang tak bisa membedakan hidup dalam  novel atau hidup nyata. Cara Veda mengenakan baju, cara dia dudukd an berbahasa Inggris yang pretensius sembari melontarkan kalimat-kalimat penghinaan pada ibunya adalah satu inti penting min-seri ini.

Yang menarik adalah sang ibu, meski sudah dihajar dengan berbagai hinaan dari  si sulung Veda, tetap saja mencoba ‘membeli’ kasih sayang anaknya dengan berbagai cara, terutama setelah anak bungsunya wafat dihajar pnemonia.

Dari pelukan Wally Burgan (James  LeGros), seorang pengusaha yang akhirnya berkolaborasi  dengan Mildred membangun restoran ayam, Mildred akhirnya jatuh ke pelukan seorang pemain polo  Monty Beragon (Guy Pearce), seorang playboy yang datang dari keluarga kelas atas, namun hidup boros dan hanya menjadi benalu dalam hidup Pierce.

Hubungan Mildred dan Monty semakin rumit karena Veda menikmati kehidupan hedonistik kekasih ibunya itu tanpa menyadari bahwa kemewahan itu diongkosi jerih payah ibunya yang setiap hari dia hina. Hubungan anak-ibu semakin parah karena Veda dewasa (diperankan Evan Rachel Wood) yang semula bercita-cita menjadi pianis, diruntuhkan impiannya oleh pianis terkemuka Amerika.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selanjutnya gaya hidup Veda yang seenaknya yang semakin memberatkan ibunya menjelma menjadi Veda yang masuk ke dunia kriminal. Dia  malah menjebak seorang pria dari anak orang kaya, sebuah langkah yang membuat Mildred (dan penonton) bertanya-tanya: apa gerangan yang menyebabkan Veda tumbuh menjadi monster yang mengerikan? Karena dia anak dari keluarga berantakan? Atau karena dia malu besar dengan situasi ibunya yang berhasil menjadi kaya raya karena bekerja ? Kenapa paradigma Veda yang cerdas itu justru mundur ke belakang seperti sosok perempuan abad 19 yang sangat mementingkan kelas sosial?

Baik novelis James Cain dan sutradara Todd Haynes –yang sangat setia pada plot asli—tidak menyajikan problem psikologis Veda: sebuah latar belakang bagaimana seorang anak sekeji itu bisa lahir dari sepasang orangtua yang berhati baik (meski memiliki kesalahan).  Ini titik lemah kelima episode mini-seri Mildred Pierce. Semua tokoh-tokoh adalah sosok kelabu. Tetapi  tokoh Veda adalah satu-satunya sosok yang hitam, gelap, jahat, keji, penjelmaan setan yang diciptakan oleh julur-julur api neraka. Dan Haynes sama sekali tak pernah memberi ruang kepada Evan rachel Wood atau kepada penonton untuk memahami, apa gerangan yang membuat seseorang bisa sejahat itu.

Selebihnya, penderitaan demi penderitaan dan drama demi drama yang dihadapi oleh Mildred nyaris mengikuti plot opera sabun. Pada titik dimana kita ingin sekali menjebloskan Veda ke dalam penjara (untuk menjadi seorang anak yang sangat keji), sutradara Haynes nampak belum puas untuk mengejutkan kita dengan menampilkan kejutan segitiga di dalam keluarga  Pierce.

Tak cukupkan Veda sebagai seorang gadis yang tak kenal rasa terimakasih? Harus pula dia dibuat sebagai seorang pengkhianat?

Kate Winslet tampil wajar, lengkap dengan seluruh ketelanjangan (fisik) dan kelemahannya terhadap dominasi sang anak. Evan Rachel Wood , tak bisa tidak, harus tampil dramatik karena dia merasa dirinya sebagai sosok yang lahir dari novel-novel yang dibacanya.

Sebagai hiburan, mini-seri ini memang adalah sebuah tafsir ulang yang jauh lebih setia pada novel asli, dan memperlihatkan seni peran yang bersinar.

Leila S.Chudori

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

4 April 2018

Poster film Arini. twitter.com
Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

Film Arini mampu menerjemahkan kisah dalam novel dengan baik dalam konteks kekinian


Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

17 Oktober 2017

Sumber: Dokumentasi pribadi
Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

Film Ismail Basbeth ini diputar perdana pada A Window on Asian Cinema. Memperkenalkan film-film pilihan dari Most Talented Asian Filmmaker of The Year


Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

13 Oktober 2017

Sutradara Edwin, penulis naskah Gina S. Noer, Adipati Dolken, Putri Marino, duo produser Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia, yang membuat film Posesif saat di Bandung, 24 Januari 2017. TEMPO/ANWAR SISWADI
Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

Menggarap film Posesif, menurut Edwin, sama sekali tidak mengorbankan idealismenya sebagai sutradara film selama ini.


Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

9 Oktober 2017

Figur dari film Star Wars dihadirkan dalam New York Comic Con di New York City, AS, 5 Oktober 2017. REUTERS
Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

Lucasfilm telah secara resmi mengumumkan bahwa trailer film Star Wars: The Last Jedi akan tayang pada hari Selasa, 10 Oktober 2017.


Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

22 September 2017

Seorang pria melihat poster film lama di sebuah bioskop yang tidak terpakai di Al-Ahram, Tripoli, Lebanon, 5 Juli 2017. Kini Qassem Istanbouli mendapatkan dukungan finansial dari kementerian kebudayaan Lebanon, sebuah LSM Belanda dan Amerika Serikat untuk membangun mimpinya. REUTERS/Ali Hashisho
Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

Shiraz Higgins ingin bicara soal adanya ketakadilan
pendapatan antara perempuan dan laki-laki di Kanada


Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

22 September 2017

Poster film Pengabdi Setan. imdb.com
Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

Di film Pengabdi Setan, Joko Anwar membutuhkan ada pemain
yang bisa menerjemahkan cerita melalui gestur. Ia melibatkan
dua seniman di Pengabdi Setan


Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

15 September 2017

Pemeran Film Gerbang Neraka Julie Estelle (kiri), Reza Rahadian (tengah) dan Dwi Sasono (kanan) berfoto bersama saat menghadiri peluncuran film Gerbang Neraka di Jakarta, 13 September 2017. Film Gerbang Neraka akan dirilis secara serentak di seluruh bioskop pada 20 September mendatang. ANTARA FOTO
Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

Film Gerbang Neraka digadang sebagai film horor yang dikemas
lain dari gaya film horor sebelumnya


Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

31 Juli 2017

Ratusan warga keturunan asli Banda melakukan unjuk rasa, di halaman Gong Perdamaian Ambon, 31 Juli 2017. Aksi tersebut dilakukan menyusul pernyataan sutradara Film Banda The Dark Forgotten Trail, Jay Subiyakto yang dianggap menyudutkan warga asli Banda dalam promosi filmya. Foto: Rere Khairiyah
Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

Ratusan warga mendesak DPRD untuk menunda penayangan film Banda yang disutradari Jay Subyakto.


Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

15 Juli 2017

Harry Styles berakting di film Dunkirk. DAILYMAIL
Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

Harry Styles mendampingi Pangeran Harry di karpet merah premier film Dunkrik karya Christopher Nolan.


Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

31 Mei 2017

Aktris Gal Gadot memerankan perannya saat syuting film terbarunya, Wonder Woman. Film ini menceritakan sosok Diana, putri cantik asal Amazon yang dilatih guna menjadi ksatria tak terkalahkan, Wonder Woman. AP Photo
Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

Aktris Israel, Gal Gadot yang jadi Wonder Woman disebut-sebut menjadi anggota militer Israel.