TEMPO Interaktif, Jakarta-
THE ROMANTICS
Sutradara : Galt Niederhoffer
Skenario : Galt Niederhoffer
Pemain : Katie Holmers, Josh Dushamel, Anna Paquin, Adam Brody, Diana Agron, Elijah Wood,
Dari kejauhan, asin dan angin laut itu berembus. Adegan awal film ini menjanjikan sebuah drama yang lezat pada detik-detik sebelum sebuah perkawinan agung. Film debut Galt Niederhoffer yang diangkat berdasarkan novel karyanya sendiri, sang sutradara tampak ingin mengembalikan kejayaan The Big Chill (Lawrence Kasdan, 1983) dan Peter’s Friends (Kenneth Brannagh, 1992) dan versi yang lebih ringan dan cerah ceria.
Kedua film yang kemudian menjadi film klasik itu berkisah tentang reuni sekelompok kawan setelah 10 tahun karena sebuah kematian. Sedangkan The Romantics adalah kisah satu geng alumni Harvard yang bertemu kembali untuk menghadiri pernikahan sahabat mereka Lila (Anna Paquin) dan Tom (Josh Duhamel).
Premisnya sungguh sederhana. Saat seluruh anggota geng tiba di lokasi pernikahan, yaitu di sebuah villa di tepi Long Island, pertanyaan seluruh kawan adalah: apa yang akan terjadi antara Tom dan bekas pacarnya, Laura (Katie Holmes) yang berpacaran selama empat tahun selama di Universitas Harvard itu? Untuk membuat suasana lebih juicy dan serba penuh gosip, plot semakin mengental karena Laura diminta menjadi pengiring pengantin.
Tentu saja semula semua serba rapi, teratur dan penuh warna sebagaimana sebuah persiapan pernikahan kelas atas Amerika. Dan tentu saja semalam sebelum pernikahan, yang lazim diisi dengan acara “rehearsal dinner”—ini acara khas budaya Amerika di mana untuk makan malam dan bersulang saja harus diadakan latihan gladi kotor segala—keenam anggota geng kebanyakan minum sampanye dan mulai melakukan hal-hal yang bodoh. Ketika keenam kawan dan calon suaminya mabuk di tepi pantai, Lila adalah satu-satunya anggota yang jelas menjaga penampikan dan citra, yaitu si blonda Lila kembali ke kamarnya sembari melicinkan kulit dengan krim malam agar dia tampil cantik di hari besarnya.
Tentu saja hati kecilnya tahu bahwa calon suaminya masih mencintai Laura, bekas teman serumah Lila dan saingannya seumur hidup. Tetapi, etika kelas atas yang mengatur tindak tanduknya tetap membuat Lila bertahan untuk tak mempedulikan tanda-tanda itu.
Bagi anggota geng lain, yang malam itu saling tidur dan berselingkuh tak ada yang menyadari apa yang terjadi antara Tom dan Laura malam itu.
Film tentang reuni kawan lama yang sebelumnya adalah sekelompok kawan yang bersahabat erat ini mempunyai tantangan yang sangat berat, Meski lazimnya kisah semacam ini hanya akan memakan lokasi yang terbatas – reuni kelompok sering terjadi karena ada perkawinan atau kematian—tetapi penulis cerita dan sutradara dituntut menciptakan problem untuk setiap anggota dan penyelesaian yang meyakinkan.Tantangan terberat adalah membagi kedalaman cerita dan karakter tanpa mengorbankan alur.
Film The Big Chill dan Peter’s Friends berhasil mengisahkan problem setiap tokohnya dengan meyakinkan, sekaligus berhasil menampilkan humor dan kepedihan. Para anggota geng tak tampil cengeng dan tidak menjengkelkan, meski kita dilibatkan banyak adegan “curhat” atas kegagalan hidup mereka.
Problem The Romantics adalah tokoh-tokoh alumni Harvard ini lebih kirip sekumpulan anak manja yang merasa memiliki hak istimewa mereka yang sudah seharusnya mereka peroleh. Sangat sulit untuk ikut bersimpati , apalagi jatuh hati, pada anak-anak muda rekaan sutradara Galt Niederhoffer ini. Tokoh Tom dan Laura yang konon simbol cintanya adalah puisi Ode to a Nightingale itu sulit dibayangkan sebagai mahasiswa Harvard yang serius hidup dalam sastra. Bukan karena Katie Holmes terlalu cantik seperti seorang model dan Josh Duhamel lebih cocok dipajang di sampul majalah pria saja, tetapi karena seni peran mereka memang hanya menggosok-gosok permukaan belaka. Sejak awal, kita tak pernah diperkenalkan sosok Laura sebagai seseorang yang dekat dengan sastra. Kita hanya melihat dia sebagai anak manja yang sedang mendesah-desah karena bekas pacarnya dijabel oleh sahabatnya sendiri. Move on, girl! Karakter Tom lebih mudah kita percaya sebagai seorang atlet daripada lelaki yang mengutip puisi di bawah pohon sembari bercinta dengan kekasihnya. Sungguh, adegan itu tidak menjadi erotik sama sekali.
Tokoh Lila juga sulit untuk kita cintai, karena dia hanya sibuk dengan citra dan kemenangan. Kalaupun Anna Paquin mencoba sebisanya masuk ke dalam sosok yang menjengkelkan ini, sebetulnya Lila bukan sebuah peran yang yang pas untuk aktris ini.
Yang lebih tragis adalah aktor-aktor bagus seperti Elijah Wood dan Adam Broody malah diberi porsi sejenak seperti penghias belaka.
Akhir dari film ini memang menarik, sebuah akhir yang terbuka (yang mungkin akan menjengkelkan penonton). Tetapi film tak dibentuk oleh awal dan akhir belaka. Film ini sama sekali tak mendekati kejayaan para pendahulunya yang mengambil tema yang sama, The Big Chill dan Peter’s Friends.
Leila S.Chudori