TEMPO.CO, Jakarta-
DRIVE
Sutradara : Nicolas Winding Refn
Skenario : Hossein Amini
Pemain : Ryan Gosling, Carey Mulligan, Albert Brooks, Oscar Isaac
Tahun 2012 seharusnya dinobatkan sebagai tahun Ryan Gosling. Atau jika mau, kita menemukan sebuah kata sifat baru untuk kata “seksi” yaitu: Ryan Gosling.
Anda tinggal saksikan film Crazy Stupid Love (sutradara Glenn Ficarra); Ides of March (sutradara George Clooney) dan Drive yang semuanya beredar tahun 2011 dan menampilkan Ryan Gosling dalam formatnya yang terbaik: seksi dan seksi; tanpa harus berlagak untuk kelihatan seksi.
Dalam film Drive, Ryan Gosling tampil sebagai seorang sosok tanpa nama. Ia adalah seorang pemeran pengganti (stuntman) film-film laga pada siang hari sembari juga bekerja di bengkel milik sahabatnya.Ketika malam turun dia menjadi supir bagi para perampok bersenjata. Jalan seramai dan semacet apa pun bisa digasak tanpa melukai mobil ataupun tubuh orang. Sang Pengemudi, demikian kita menyebutnya, hidup sendiri bersama jaket putih satin berkilat di sebuah apartemen yang kelam. Hanya beberapa pintu dari tempatnya menyendiri, Sang Pengemudi bertemu dengan Irene (Carey Mulligan) seorang ibu muda berputera satu yang membuat Sang Pengemudi tak berhenti menatapnya. Suami sialan Irene adalah Standard (Oscar Isaac) alumni narapidana yang masih belum bisa meninggalkan hidupnya yang kotor yang penuh darah dan peluru. Standard meminta bantuan Sang Pengemudi, karena dia tahu kedahsyatan dia menguasai jalanan.Karena cintanya pada Irene dan si kecil, Sang Pengemudi bersedia membantu Standard untuk lolos dari tekanan hutang. Tapi akibatnya, Sang Pengemudi tenggelam dalam keruwetan permasalahan hutang, perampokan,pembunuhan dan sarang mafia.
Film yang terus menerus membawa kita kepada puncak ketegangan ini bukan saja menampilkan setiap adegan seperti sebuah koreografi—coba ulang adegan slow-motion Ryan Gosling itu—tetapi tetap menampilkan kisah keseharian yang meyakinkan. Sutradara Nicolas Winding Refn menggunakan kekerasan bukan sekedar penghias; tetapi sebagai tenaga yang mendorong seluruh keputusan-keputusan Sang Pengemudi. Dahi yang dihujam paku atau badan yang hancur lebur dihajar hanya satu atau dua adegan yang membuat lensa kamera penuh muncratan darah. Tetapi, sekali lagi, kekerasan bukanlah menu utama. Gerak gerik dan kesunyian Sang Pengemudi adalah fokus utama film ini. Sepasang mata kita dipaksa untuk mengikuti apa langkah Sang Pengemudi selanjutnya. Itulah sebabnya, begitu lama kita menantikan dia menyentuh Irene yang dirindukan. Hanya pada detik-detik terakhir, ketika kematian mengancam, maka Sang Pengemudi bergerak di dalam lift: lengannya secara otomatik melindungi tubuh Irene seperti sayap seekor elang yang memayungi kekasihnya dari segala marabahaya. Marabahaya itu adalah seorang pembunuh bayaran yang sudah mengincarnya. Dan kemudian ciuman yang begitu lama dan intens, yang begitu erotik ternyata adalah sebuah bagian koreografi yang akan dilanjutkan dengan adegan kekerasan yang mengerikan.
Sang Pengemudi adalah karakter yang penuh problem. Keji sekaligus penuh cinta. Dia memiliki kode etik moralnya sendiri; membela yang lemah dan menghajar yang jahat. Tak heran hati kita tetap membela dia, apapun yang dilakukannya; siapapun yang dia bunuh.
Ryan Gosling sebagai Sang Pengemudi; atau sebagai seorang Don Juan dalam film Crazy Stupid Love dan sebagai manajer kampanye Gubernur Mike Morris (George Clooney) menciptakan kata sifat baru dalam kamus kita: Ryan Gosling identik dengan seksi.
Leila S.Chudori