TEMPO.CO, Jakarta -
SCANDAL
Kreator : Shonda Rhimes
Skenario : Shonda Rhimes
Sutradara : Paul McGuigan, Shonda Rhimes dan Betsy Beers
Pemain : Kerry Washington, Henry Ian Cusick, Tony Goldwyn
Produksi : ABC Studio
Sebuah drama politik ciptaan Shonda Rhimes tentang seorang manajer krisis terkemuka di dunia politik Amerika. Terinspirasi dari sosok nyata, serial ini berirama cepat dan menyajikan ketegangan setiap episode.
***
Tak jelas sejak kapan nama Judy Smith begitu populer di kalangan pengusaha dan politikus Amerika. Di masa lalu dia pernah menjabat sebagai Direktur Komunikasi Gedung Putih. Kemudian Smith mendirikan sebuah perusahaan manajemen krisis Smith & Co yang menjual keahlian menanggulangi krisis politik ,ekonomi hingga skandal seks yang paling terberat sekalipun. Kasus Monica Lewinsky, Enron dan sebagian besar krisis yang menjadikan Amerika sebagai pusat perhatian (dan cemooh) dunia ditangani Smith.
Sosok inilah yang kemudian memberi inspirasi Shonda Rhimes (kreator serial sukses Grey’s Anatomy dan Private Practice dan satu serial yang gagal bertahan Off the Map) untuk menciptakan sebuah serial baru yang menggebrak televisi berjudul Scandal.
Bukan hanya judulnya saja yang menimbulkan rasa ingin tahu, tetapi peran utamanya Kerry Washington, seorang aktris Afro-Amerika memerankan tokoh Olivia Pope adalah perwujudan Judy Smith, seorang manajer krisis paling top dan paling dicari di seluruh negeri. Dalam serial ini, Olivia Pople beroperasi seperti sebuah organisasi bawah tanah. Dia memiliki kantor yang hanya diketahui orang-orang yang terbatas; anak-anak buahnya adalah pengacara yang tak puas dengan keterbatasan. Mereka sengaja direkrut bukan hanya karena mereka yang terbaik dalam bidangnya, tetapi karena mereka juga adalah orang-orang yang mempunyai masa lalu kelam. Untuk Olivia Pope, orang-orang cerdas dan berambisi seperti dirinya justru akan bekerja mati-matian, tanpa peduli kehidupan sosial dan pribadi. Itulah sebabnya tak ada satupun anggota perusahaan Olivia Pope yang tertarik berkeluarga.
Persamaan antara sosok nyata Judy Smith dengan Olivia Pope hanya berhenti di situ saja: mereka sama-sama perempuan profesional dengan latar belakang pendidikan ahli hukum, afro Amerika, cantik, memimpin sebuah perusahaan manajemen krisis yang strategi dan operasinya yang sukar terendus pers bagai bayang-bayang yang berkelebat. Terasa ada, tetapi tak terlihat nyata. Selebihnya, adalah imajinasi kreatif Shonda Rhimes yang memang gemar membuat drama dan romantitasi; dia adalah ratu hiperbolik dalam dunia televisi.
Hiperbolisme pertama adalah pada awal episode pertama, penonton diperkenalkan kelompok Olivia Pope melalui mata sang anggota baru Quinn Perkins (Katie Lowes) yang direkrut oleh Harrison Wright (Columbus Short), salah satu tangan kanan Olivia Pope. Adegan awal itu diisi dengan dialog ekspres merepet seolah para aktornya kebelet pipis. Entah apa motivasi dialog secepat itu, padahal mereka tidak dikejar-kejar urgensi untuk segera ke Unit Gawat Darurat. Dialog yang serba cepat mungkin berguna dan terasa asyik jika memang mereka semua dalam keadaan yang dibutuhkan untuk berbicara merepet seperti serial Gilmore Girls. Tetapi Shonda Rhimes tampak ingin memberikan sesuatu yang berbeda dari ciri khasnya—yakni pencipta serial drama medis—dengan mengumumkan bahwa ini sebuah drama politik yang seru, yang memompa adrenalin dan yang melibatkan darah dan kekuasaan di Gedung Putih.
Dari pandangan mata Quinn, sang anggota baru yang masih polos, kasus pertama yang dihadapi adalah seorang tentara yang melangkah masuk ke dalam kantor mereka dengan baju yang penuh bercak darah. “Kekasih saya tewas. Dan siapapun akan menyangka saya membunuhnya.”
Olivia Pope tak selalu bersedia menerima seorang klien begitu saja. Dan kriteria dasarnya bukanlah apakah kliennya memang bersalah atau tak bersalah; melainkan apakah kliennya jujur kepadanya. “Dengan jujur pada saya, maka saya bisa dengan mudah merancang strategi apapun untuk membereskan persoalanmu,” demikian ucap Pope kepada semua calon kliennya.
Dalam bahasa sehari-hari kita, pekerjaan Olivia Pope dkk ini adalah: tukang cuci piring. Olivia Pope dan timnya akan mengatasi semua krisis yang terjadi, dan jika memungkinkan tak perlu melibatkan polisi apalagi pengadilan. Kalaupun akhirnya polisi harus terlibat, Olivia dan anak-anak buahnya harus mampu meminimalisir serangkaian problem sampingan yang biasanya lahir akibat setiap skandal,misalnya: pemberitaan media, akibat moral pada keluarga dan kawan-kawan hingga mencari tempat perlindungan bagi klien-nya dari bahaya papparazi dan musuh politik yang ingin menewaskannya.
Episode pilot bukan hanya menceritakan tentang seorang tentara yang sudah diangkat menjadi pahlawan yang memiliki rahasia orientasi seksual, tetapi lebih utama kisah besar—yang menjadi kasus yang bersambung selama satu musim tayang—tentang Presiden Fitzgerald Grant (Tony Goldwyn) yang dituduh mempunyai hubungan gelap dengan seorang perempuan yang tengah magang bernama Amanda Tanner (Liza Weil). Ahem, terlalu terasa ini kisah Monica Lewinsky? Memang kisah nyata itu ‘dipinjam” sedikit.
Tetapi jalan tentu saja lebih dramatis dalam serial ini.
Pertanyaan pertama Pope kepada sang Presiden, apakah klaim Amanda Tanner itu ada elemen kebenaran; apakah Presiden Grant mempunyai hubungan gelap dengan dia. Presiden menyangkal. Kelak Pope menyadari, sang Presiden berbohong kepada Olivia Pope bukan untuk mempertahankan perkawinannya dengan sang ibu negara Mellie Grant (Bellamy Young), melainkan karena sang Presiden masih cinta pada Olivia Pope, satu-satunya perempuan yang dianggap sebagai “the love of my life”.
Bagian roman-roman hiperbolik seperti ini yang sebetulnya membuat serial Shonda Rhimes tidak meyakinkan, meskipun para aktor tampil dengan baik. Berbagai putaran dan kejutan di setiap episode terlalu banyak, begitu berliku hingga tak jarang kita disajikan dua atau tiga persoalan besar sekaligus. Tetapi Shonda Rhimes memang memiliki satu kapasitas yang menyebabkan serial Grey’s Anatomy melejit pada masa-masa awal kelahirannya: dia selalu pandai membentuk karakter. Kerry Washington menampilkan Olivia Pope dengan baik sebagai perempuan mandiri yang cerdas, tegas, galak yang sayangnya punya satu kelemahan: jatuh cinta pada sang Presiden yang sudah beristeri. Timnya juga memiliki seonggok sejarah hitam yang senantiasa akan mengganggu mereka: Stephen Finch (Henry Ian Cusick), pengacara tampan asal Inggris yang gonta ganti kekasih dan untuk melamar kekasihnyapun harus didikte oleh Pope; Huck (Guillermo Diaz), mantan agen CIA yang bertugas mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ‘kotor’ tanpa menyisakan jejak yang bisa ditelusuri polisi dan Abby Whelan (Darby Stanchfield) seorang perempuan yang diselamatkan Pope dari suami yang sering menghajarnya.
Berbagai karakter pendukung seperti Joshua Malina sebagai Jaksa Agung David Rosen, yang selalu mencoba adil dan patuh pada hukum atau tokoh manipulatif seperti Menteri Sekretaris Negara Cyrus Beene (Jeff Perry) semakin memperkaya lautan karakter yang kelihatannya akan membuat serial ini akan menjadi pegangan Shonda Rhimes setelah mutu plot serial Grey’s Anatomy dan Private Practice melorot.
Yang kita harapkan, Shonda Rhimes menurunkan hiperbolisme dalam serial ini . Bayangkan, bagaimana mungkin Olivia Pope, sang manajer menampar Presiden di Oval Office? Menteri Sekretaris Negara memaki-maki Presidennya? Sedekat apapun hubungan para tokoh itu, adegan dramatik itu sangat tidak meyakinkan. Jika hiperbolisme itu dikurangi, serial ini akan lebih realistik dan bisa berumur panjang seperti serial drama politik West Wing (Aaron Sorkin, 1999-2006).
Leila S.Chudori