Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menggerus Korupsi di Sekitar Kita

Oleh

image-gnews
Film Kita dan Korupsi
Film Kita dan Korupsi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta-

KITA VS KORUPSI

Sutradara     : Emil Heradi (Rumah Perkara),  Lasya F.Susatyo (Aku Padamu), Ine Febriyanti (Selamat Siang, Risa) , Chairun Nisa (Pssst … Jangan Bilang Siapa-siapa).

Skenario      : Mohamad Ardiansyah, Damas Cendika (Rumah Perkara), Sinar ayu Massie (Aku Padamu), Ine Febriyanto, Gunawan Rahardja (Selamat Siang,Risa) dan Jazzy Mariska (Psst...Jangan Bilang Siapa-siapa)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemain         :  Teuku Rifnu Wikana, Dominique Diyose, Tora Sudiro, Ringgo Agus Rahman, Nicholas Saputra, Revaline S.Temat

Produksi      : Transparency International Indonesia (TII), United State Agency International Development (USAID)


Ada satu tumpuk. Dua tumpuk. Tiga tumpuk uang seratus ribuan yang di sodorkan perlahan ke atas meja. Arwoko (Tora Sudiro) terdiam. Koh Abeng (Verdi Sulaiman) menyodorkan tiga tumpuk duit itu ke arah Arwoko, seolah Arwoko sungkan untuk mengambilnya. Di balik kamar, Inge (Domique Arwoko), sang isteri berlinang airmata karena bayi mereka yang tengah sakit membutuhkan biaya obat.

 Sangat mudah untuk tergoda dengan tumpukan duit itu. Apalagi, Koh Abeng ‘hanya’ butuh gudang-gudang kosong di bawah pengawasan Arwoko untuk meletakkan dagangannya. Arwoko masih terdiam. Wajahnya menyimpan emosi. Ada beberapa detik yang menentukan apakah Arwoko akan menyerah karena situasi yang sulit; atau dia akan berpegang pada kebersihan dengan risiko penyakit anaknya yang semakin parah.

Ini adalah segmen ketiga berjudul  “Selamat  Siang, Risa” karya Ine Febriyanti dari film  “Kita vs Korupsi”, sebuah film omnibus yang terdiri dari empat buah cerita dari empat sutradara. Selamat Siang Risa, seperti juga ketiga cerita lainnya sebetulnya sebuah film penyuluhan, sebuah upaya untuk mengajak masyarakat berpikir dan berdiskusi untuk melihat bagaimana korupsi dimulai dari sesuatu yang ‘sederhana’ kemudian bisa berkembang menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi darah daging.

Segmen keempat film ini berjudul Chairun NisaPssst … Jangan Bilang Siapa Siapa” karya Chairun Nisa memperlihatkan bagaimana virus korupsi bisa menjalar dengan mudah dan cepat sejak dini. Dengan teknik pengambilan gambar video-cam dari mata seorang murid SMA yang sedang membuat film dokumenter, kita melihat anak-anak SMA masa kini yang dengan enteng menilep duit di sana-sini. Satu murid ditugaskan gurunya untuk menjual buku pelajaran dengan harga yang lebih mahal daripada harga buku di toko. Keuntungannya akan dikantongi sang guru dan sang murid. Korupsi ini terus berantai dari satu orang ke orang lain,dimulai dari usia dini hingga dewasa dan berlangsung dari lini terbawah hingga atas, vertikal dan horizontal. Segmen cerita yang ditulis Jazzy Mariska ini adalah salah satu bagian yang mengerikan, karena terlihat bahwa bibit korupsi begitu mudah ditanamkan dengan anggapan bahwa tindakan itu ‘normal’ dan sama sekali tidak melanggar hukum.

Jika korupsi sudah sedemikian melekatnya; sebegitu dininya pada tubuh orang Indonesia, maka korupsi bukan lagi sekedar daki yang mudah digosok atau bisul yang bisa dioles salep untuk sembuh. Korupsi, seperti yang tergambar dalam  segmen Rumah Perkara arahan Emil Heradi dan Aku Padamu oleh Lasya F.Susatyo pada akhirnya seperti virus yang sukar keluar dari darah orang Indonesia. Di dalam kedua segmen ini, soal korupsi sudah menjadi bagian paling dalam dari cerita. “Rumah Perkara”  adalah cerita soal seorang warga yang tetap saja bertahan untuk tidak menjual  tanahnya. Sedangkan Aku Padamu semula memberikan kesan hidup yang merah jambu seperti sirup stroberi. Sepasang anak muda yang dilanda cinta kabur dari rumah  untuk kawin. Tiba di KUA, muncul soal pernak-pernik kelengkapan dokumentasi:kartu-keluarga. Seorang calo muncul dan menjanjikan bisa mengurus tanpa kelengkapan Kartu Keluarga. Dengan fasihnya sang calo mengutip berbagai ayat bahwa sebaiknya  mereka segera menikah dan tak baik jika terjadi perzinahan. Pasangan kita itu (diperankan oleh Nicholas Saputra dan Revalina S.Temat) yang semula nampak berbahagia jadi tertegun. Mau cepat, kilat dan beres atau mau menunda pernikahan dan berurusan dengan orangtua, pemegang Kartu Keluarga? Terjadi ketegangan. Dan muncul sebuah kilas balik tentang seorang guru (diperankan Ringgo Agus Rahman) yang bertahan tidak tergelincir untuk korupsi.

Seluruh empat cerita nampak sengaja tidak memilih kasus mega korupsi yang tengah menjadi pandemik di Indonesia. Selain karena jatah setiap segmen yang diberikan setiar 15 sampai 16 menit, justru kasus korupsi dan gratifikasi ‘kecil-kecilan’ inilah yang akan mengguncang nurani. Karena kita terlalu terbiasa menyaksikan amplop untuk polisi lintas (di masa lalu disebut prit-jigo), uang’ rokok’ untuk si A, uang ‘lelah’ untuk si B, virus itu sungguh mudah menyelinap menjadi bagian dari tubuh.

Lebih menarik lagi, keempat segmen yang menjadi satu kesatuan ini sebetulnya film yang jauh lebih menarik dan pembuatannya (dari kerja kamera, seni peran hingga keutuhan skenario) jauh lebih serius dengan film-film yang ditayangkan di bioskop komersil. Meski film ini ditujukan untuk pendidikan bagi sekolah-sekolah, guru-guru, para birokrat dan pegawai negeri, sebaiknya masyarakat umum diberikan kesempatan untuk menyaksikan fil­m ini. Bukan hanya untuk sebuah penyadaran, bukan pula untuk khotbah, tetapi karena sebagai sebuah film, ia juga berhasil menghibur.

Leila S.Chudori

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Serba-Serbi Film Konser Aespa, Tayang April 2024

18 menit lalu

Grup idola K-pop, aespa. Foto: Instagram/@aespa_official
Serba-Serbi Film Konser Aespa, Tayang April 2024

Aespa akan merilis film konser berjudul Aespa: World Tour in Cinemas pada April 2024


Film dan Drakor yang Dibintangi Jeon So Nee

6 jam lalu

Jeon So Nee dalam serial Parasyte: The Grey. Dok. Netflix
Film dan Drakor yang Dibintangi Jeon So Nee

Parasyte: The Grey akan tayang pada di Netflix, Jumat, 5 April 2024 di Netflix. Jeon So Nee menjadi pemeran utama serial ini


Profil Pemeran Utama Godzilla x Kong: The New Empire

23 jam lalu

Godzilla x Kong: The New Empire. Foto: Warner Bros.
Profil Pemeran Utama Godzilla x Kong: The New Empire

Film Godzilla x Kong: The New Empire tayang pada 27 Maret 2024


5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

1 hari lalu

High School Musical. Dok. Disney+ Hotstar
5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

Daftar film Disney yang memiliki lagu ikonik tak terlupakan yang cocok untuk bernostalgia bersama keluarga dan sahabat.


8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

2 hari lalu

Sederet film Indonesia yang tayang di bioskop akan tayang di Netflix pada 2024. Dok. Netflix
8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

Tahun ini, Netflix menargetkan lebih dari 50 film Indonesia yang tayang di bioskop untuk masuk ke dalam platform, berikut 8 di antaranya.


Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

4 hari lalu

Don Lee atau Ma Dong Seok dalam film The Roundup: Punishment. Dok. ABO Entertainment
Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

Cerita film The Roundup: Punishment berpusat detektif Ma Seok do (Ma Dong Seok) yang bergabung dengan Tim Investigasi Siber


Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

6 hari lalu

The Tearsmith. Foto : Imdb
Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

Netflix mengumumkan tanggal tayang The Tearsmith, pada 4 April 2024


4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

7 hari lalu

Film Road House yang tayang di Prime Video. (dok. Prime Video)
4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

Road House (2024) merupakan konsep ulang dari film klasik tahun 1989 yang berjudul sama


10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

8 hari lalu

Poster Badarawuhi di Desa Penari. Foto: Instagram.
10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

Ada beberapa film di bioskop terbaru yang cocok Anda tonton. Di antaranya ada Godzilla x Kong: The New Empire hingga Badarawuhi.


Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

8 hari lalu

Aktor Koutaro Kakimoto (kiri), Velove Vexia, dan sutradara Hestu Saputra dalam Meet and Greet Film Hujan Bulan Juni di Jakarta, 1 November 2017. Film ini bercerita tentang kisah cinta dosen bernama Pingkan (Velove Vexia), dengan sang kekasih Sarwono (Adipati Dolken). Tempo/ Fakhri Hermansyah
Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono telah bermetamorfosa dalam banyak bentuk, mulai dari komik, novel, hingga film.