Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Drama Enam Diplomat Amerika

Oleh

image-gnews
Ben Affleck dalam film Argo. zimbio.com
Ben Affleck dalam film Argo. zimbio.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - "Argo" adalah judul sebuah film yang tak pernah diproduksi. Ini adalah sebuah film fiktif dengan sutradara dan skenario fiktif dari rumah produksi yang tak pernah ada. Itulah penyamaran yang digunakan  Tony Mendez, seorang staff CIA untuk menyelamatkan enam diplomat Amerika keluar dari  Iran saat pecahnya revolusi tahun 1979.

Film ketiga Ben Affleck ini dibuka dengan sebuah narasi ringkas yang mengiringi serangkaian  halaman novel grafik  membuka sejarah 2500 silam ketika Iran masih berbentuk kekaisaran Persia yang diperintah oleh Shah.  Halaman langsung saja mencapai Iran modern ketika tahun 1950 rakyat memilih Mohammad Mosaddegh sebagai Perdana Menteri yang kemudian membuat negara Barat cemberut.   Nasionalisasi terhadap perusahaan minyak AS dan Inggris kemudian mendorong AS dan Inggris mendorong kudeta yang menggulingkan Mosaddegh  pada tahun 1953 dan memasang Reza Pahlevi sebagai shah baru yang despot, korup dan menjalani kehidupan yang luarbiasa mewah dan boros.

Film ini dimulai saat rakyat Iran mendepak rezim Reza Pahlevi dan dimulainya pemerintahan Ayatollah Khomeini.  Saat kamera merekam suasana di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Teheran yang tengah dikepung demonstran   yang ingin orang Amerika segera enyah dari Iran. Kedutaan Amerika dianggap sebagai pusat intelijen yang punya niat mengkudeta pimpinan Iran saat itu, mengingat bagaimana kudeta tahun 1953 secara terbuka dipimpin oleh Amerika Serikat.

Hari itu tanggal 4 November 1979. Sutradara Ben Affleck dan penulis skenario mencoba memulai film ini seperti sebuah dokumenter dengan kamera hand-held dan segera saja menyapu suasana tegang di dalam kedutaan yang tegang sementara di luar yang semakin lama semakin merangsek menuju gedung. Hanya dalam beberapa menit, kita melihat bagaimana akhirnya demonstran berhasil masuk ,merangsek pintu gedung yang dijaga ketat dan menyebar begitu saja luncur begitu saja. Para diplomat dan staff gerabak gerubuk melempar semua dokumen ke dalam mesin pengiris. Sebagian diplomat berhasil menyelip keluar dari pintu belakang, sedangkan sekitar 50-an orang Amerika (semula ada 66 orang, kemudian ada 13 orang yang dilepas)   dijadikan sandera di kedutaan AS yang sudah diduduki oleh Iran.

Ini adalah peristiwa besar yang menegangkan selama 444 hari di mana dunia menatap ke Iran dengan seksama sekaligus cemas. Tetapi sutradara Ben Affleck lebih menyorot nasib enam diplomat AS yang berhasil kabur dan berlindung di rumah duta besar Kanada untuk Iran Ken Taylor. Berdasarkan   tulisan The Master of Disguise oleh Antonio J.Mendez—seorang staff CIA-- dan The Great Escape oleh Joshua Bearman, Affleck mengangkat kisah nyata ini menjadi sebuah drama thriller yang paling menegangkan tahun ini.

Pusat cerita adalah: bagaimana caranya mengeluarkan keenam diplomat Amerika itu dengan selamat, tanpa lecet sedikitpun, sementara ke 50 sandera yang terlanjur ditahan akan diurus dengan cara negosiasi resmi oleh Presiden Jimmy Carter. Berbagai usulan untuk menyelamatkan ke enam diplomat itu didiskusikan dalam serangkaian rapat di kantor CIA. Ada yang mengusulkan agar para diplomat mengendarai sepeda melalui perbukitan (di musim dingin bersalju). Semua usulan ditangkis Mendez yang tentu saja sudah mempelajari betapa berbahayanya membuat rencana-rencana penyelamatan enam nyawa tanpa memperhitungkan akibat-akibatnya.

Rencana lain? Terdengar gila. Tetapi itulah usul yang dianggap paling mungkin dijalankan. Melihat film Planet of Apes  di televisi, Mendez langsung saja melontarkan usul yang terdengar konyol saat itu: mereka akan berpretensi membuat sebuah film sci-fi, dan keenam diplomat itu akan menyamar menjadi kru yang sedang melakukan riset lokasi di Teheran. Aneh, sinting, tetapi ternyata manjur.


Mendez merekrut John Chambers (John Goodman) seorang ahli tata rias yang sudah mendapatkan piala Oscar; seseorang yang jagoan menyulap seseorang menjadi monster atau superhero. Chambers segera saja menyambut ide gila ini dan mengusulkan untuk merekrut Lester Siegel (Alan Arkin) ,produser Hollywood yang sebetulnya geli dengan rencana ini tetapi toh akhirnya membantu habis-habisan untuk ‘membangun’ perusahaan film fiktif yang akan memproduksi film fiktif dengan sutradara dan skenario fiktif. “Kita bisa kan mengajar seseorang menjadi sutradara dalam sehari?” tanya Mendez dengan cemas karena dia dikejar tenggat untuk mengajukan proposal gila itu ke pimpinan tertinggi.

“Kau bahkan bisa mengajar seekor monyet untuk menjadi sutradara dalam sehari,” kata Chambers tanpa ekspresi.  Ini memang babak yang lucu. Bagian rekrut mrekrut dan pilih-memilih skenario ini sungguh bagian komikal yang meredakan ketegangan. John Goodman dan Alan Arkin betul-betul mewakili elemen Hollywood yang paham kehidupan Los Angeles yang serba palsu, serba norak tetapi asal terlihat mahal dan keren. “Kalau aku memproduksi film fiktif maka harus sekalian harus film fiktik yang meledak,” kata Siegel ketika dia terlihat rewel betul memilih skenario. Akhirnya mereka sepakat memilih skenario Argo, sebuah kisah sci-fi yang ceritanya luarbiasa kacau balau dan mereka ‘butuh’ memburu lokasi hingga nun jauh ke Iran. Rumah produksi yang mereka ‘dirikan’ juga tak main-main, diberi nama : Studio Six.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski ini menyangkut sebuah peristiwa politik nyata, harap diingat: ini film Hollywood. Ada dramatisasi, ada pengerutan peran. Misalnya: peran pemerintah Kanada dalam peristiwa nyata sebetulnya sangat besar. Secara historis, yang banyak berperan membantu –dan layak dianggap pahlawan—sesungguhnya Duta Besar Kanada Ken Taylor. Peran CIA agak marjinal. Meski mereka mengatakan bahwa informasi ini baru bisa dibuka pada tahun 1997 sehingga penghargaan terhadap Tony Mendez harus dirahasiakan, tetap saja peran Departemen Luar Negeri Kanada dan Duta Besarnya sangat besar dan penting. Ken Taylor mengambil risiko yang sangat besar dengan menyembunyikan keenam diplomat AS itu, dan sesungguhnya yang sibuk mencarikan tiket untuk mereka adalah nyonya dubes Kanada, bukan CIA seperti yang digambarkan dalam film.

Tapi sudahlah. Bahwa Ben Affleck memilih untuk menekankan peran CIA dan tokoh Tony Mendez serta tim produksi film fiktifnya sebagai tokoh inti yang heorik,  tentu itu sudah menjadi pilihannya karena ia ingin mengangkat orang-orang di negaranya yang dia anggap berjasa membantu keenam diplomat itu keluar Iran dengan mulus.

Tentu saja bagian yang mencapai puncak ketegangan adalah pada saat mereka beramai-ramai melalui imigrasi dan paspor mereka diperiksa satu-persatu. Setiap diplomat mempunyai samarannya: penulis skenario, ahli tata rias, asisten produser, sutradara dan seterusnya. Semua paspor sudah dibereskan. Tiket,meski tersandung-sandung, juga beres. Yang mengerikan hanya melalui gerbang demi gerbang karena kecurgaan dan syak wasangka tersebar merata ke seluruh penjuru.

Pada satu titik, tentu saja mereka harus ditahan penjaga yang curiga dengan sesuatu yang terasa ‘aneh’ dari rombongan Tony Mendez itu. Ben Affleck ,sebagai anak yang lahir dari rahim Hollywood sudah tahu, ketegangan dan dramatisasi harus diciptakan. Dia mengaku di dalam wawancara ada beberapa “liberty”, kemerdekaan pencipta (sutradara dan penulis skenario) yang dia gunakan pada saat-saat terakhir di bandara dimana terjadi kejar-kejaran antara mobil dan pesawat yang sudah mau terbang. Sudah pasti, tanpa mendengarkan penjelasan Ben Affleck, kita tahu adegan itu adalah citrarasa Hollywood yang tak bisa dibuang Affleck dari darahnya.

Terlepas dari ‘kemerdekaan mencipta’ itu, film yang sudah diganjar sebagai Film Drama Terbaik dan Sutradara Terbaik Golden Globe 2013 ini adalah sebuah film yang meletakkan Ben Affleck (sesudah Gone Baby Gone dan The Town) ke deretan sutradara papan atas.

Leila S.Chudori

ARGO
Sutradara : Ben Affleck
Skenario   : Chris Terrio
Berdasarkan The Master of Disguise oleh Antonio J.Mendez dan The Great Escape oleh Joshua Bearman
Pemain    :  Ben Affleck, John Goodman, Alan Arkin
Produksi    : George Clooney, Grant Heslov, Ben Affleck, Bryan Cranston

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

2 jam lalu

Ryan Gosling dalam film The Fall Guy. Dok. Universal Pictures
Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

The Fall Guy film aksi stuntman produksi Universal Pictures yang tayang di bioskop Indonesia, pada Rabu, 24 April 2024


Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

20 jam lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".


Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

6 hari lalu

The Beatles. Foto: Instagram/@thebeatles
Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be


Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

8 hari lalu

Cuplikan trailer Next Stop Paris, film hasil AI Generatif buatan TCL (Dok. Youtube)
Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.


7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

9 hari lalu

Poster film The Green Knight. Foto: Wikipedia.
7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.


8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

12 hari lalu

Mansion di film The Godfather (Paramount Picture)
8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.


Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

14 hari lalu

Aktor Christian Bale menghadiri pemutaran perdana film terbarunya, `Exodus:Gods and Kings` di Madrid, Spanyol, 4 Desember 2014. REUTERS
Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

Christian Bale menjadi monster Frankenstein dalam film The Bridge karya Maggie Gyllenhaal


7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

15 hari lalu

Film The Idea of You. (dok. Prime Video)
7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

Nicholas Galitzine adalah seorang aktor muda yang sedang melesat, Galitzine telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bintang muda yang paling menjanjikan di industri hiburan.


Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

15 hari lalu

Babe Cabita. Foto: Instagram/@noah_site
Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

Selain terkenal sebagai komika, Babe Cabita juga pernah membintangi beberapa judul film, berikut di antaranya.


5 Fakta The First Omen, Lanjutan Film Horor Klasik Tahun 1976

17 hari lalu

The First Omen. Foto: Istimewa
5 Fakta The First Omen, Lanjutan Film Horor Klasik Tahun 1976

The First Omen adalah prekuel dari film horor supernatural klasik 1976 The Omen. The Omen mengungkap konspirasi setan yang melibatkan Pastor Brennan, Pastor Spiletto, dan Suster Teresa, yang rela mengorbankan nyawanya untuk melindungi Damien.