Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyaksikan Kelahiran Lincoln

Oleh

image-gnews
Film Lincoln yang menceritakan tentang drama perang sipil Amerika ini menempati posisi teratas dalam jumlah nominasi penghargaan di Golden Globe Award 3013 yang akan diselenggarakan pada 13/01-2013. telegraph.co.uk
Film Lincoln yang menceritakan tentang drama perang sipil Amerika ini menempati posisi teratas dalam jumlah nominasi penghargaan di Golden Globe Award 3013 yang akan diselenggarakan pada 13/01-2013. telegraph.co.uk
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta-


LINCOLN
Sutradara:Steven Spielberg

Skenario:Tony Kushner
Berdasarkan buku Team of Rivals: The Political Genius of Abraham Lincoln oleh Doris Kearns Goodwin

Pemain: Daniel Day-Lewis, Sally Field, David Strathairn, Joseph Gordon-Levitt, James Spader, Hal Holbrook, Tommy Lee Jones, John Hawkes
Produksi: Steven Spielberg dan Kathleen Kennedy

Kita tak akan bisa menyebut diri manusia jika kita tak menyembuhkan diri dari penyakit bernama perbudakan!"

Presiden Abraham Lincoln (Daniel Day-Lewis) menggebrak meja. Lelaki berwajah cekung, berusia 56 tahun, Presiden Amerika Serikat ke-16 yang lembut, bersuara parau, selalu tenang, dan menghadapi hujatan lawannya dengan senyum bijak itu akhirnya muntab. Di hadapan kawan-kawannya yang sebagian mulai ragu dan sesekali patah semangat dalam perjuangan meloloskan Thirteenth Amendment to the United States Constitution atau Amendemen 13, yang berisi pemberantasan perbudakan, Lincoln akhirnya kehilangan kesabaran.

Tapi itu adalah hari-hari akhir ketika mereka masih membutuhkan beberapa suara. Dan itu juga hari-hari ketika Lincoln menghadapi protes istrinya, Mary Todd (Sally Field), yang depresif atas kehilangan Willie, putra mereka, akibat penyakit tifus.

Lincoln bukan sebuah film biopik, sama sekali tak mengisahkan Abe dari lahir hingga tewas di tangan John Wilkes Booth. Film ini mengisahkan empat bulan terakhir perjuangan Lincoln dan partai Republiken serta pendukungnya untuk meloloskan Amendemen 13, hingga kematiannya. Film dimulai saat Amerika sudah letih didera Perang Saudara (1861-1865), ketika Amerika Utara (pihak yang membela persatuan Amerika dan ingin menumpas perbudakan), yang disebut Union, tengah menghajar pihak Negara Bagian Selatan yang memutuskan berpisah (disebut kelompok Confederate).

Sutradara Steven Spielberg tidak menggunakan adegan kilas balik atau penjelasan konteks apa pun. Dia tak peduli apakah penonton paham mengapa perang itu terjadi dan amendemen apa yang sedang diperjuangkan Lincoln. Spielberg betul-betul sengaja membiarkan penontonnya harus memahami sejarah Amerika, akar permasalahan Perang Saudara, dan posisi Abraham Lincoln sebagai sosok populer yang masih dihormati hingga akhir hayatnya. Mereka yang sama sekali tidak peduli dan tidak memahami atau bahkan tidak mau pusing untuk mempelajari latar belakang sejarah Lincoln pasti akan bosan dan menganggap ini film yang isinya cuma debat dan pidato berkepanjangan.

Tapi, jika mereka sabar sedikit, akan terlihat, di antara upaya Lincoln dan timnya meloloskan amendemen bersejarah itu, Spielberg dan penulis skenario Tony Kushner memperlihatkan sisi lain yang tak pernah kita ketahui tentang Lincoln. Selain dia adalah wajah yang menghiasi uang Amerika dan salah satu Presiden Amerika yang paling populer, Lincoln merupakan lelaki biasa yang gemar menggosok sepatunya sendiri dan menggendong anak lelakinya serta seorang ayah yang menyembunyikan rasa pedih kehilangan anak lelakinya yang lain. Lincoln juga digambarkan sebagai presiden yang turun ke medan perang, berbincang dengan tentara, dan mendengarkan keluhan dua tentara Afro-Amerika (di masa itu masih disebut "negro", yang kini tak boleh digunakan lagi) tentang perbedaan gaji serta fasilitas tentara kulit putih dan kulit berwarna. Pidato Lincoln di Gettysburg, yang menjadi salah satu pidato Presiden Amerika yang paling bersejarah, cukup digambarkan dengan salah satu tentara yang mengutipnya dengan lancar bahwa "semua manusia diciptakan sama".

Dari sini, Spielberg menggelindingkan kisahnya, bagaimana Lincoln yang tampak lembut, tenang, sesekali menyajikan anekdot di depan kawan ataupun lawan, dan cekikikan atas anekdotnya sendiri itu merentangkan strategi untuk mendapatkan 20 suara lagi untuk meloloskan amendemen tersebut. Problem utama: meski semua anggota legislasi Republiken sudah menyatakan setuju dengan Amendemen 13, mereka tetap membutuhkan beberapa suara dari kalangan Demokrat.

Inilah bagian seru dari film yang, tampaknya, terdiri atas perang verbal, debat, kasak-kusuk, dan pertengkaran di dalam gedung parlemen. Lincoln ternyata seorang pemimpin yang tak keberatan untuk memanipulasi lawan dan melakukan kesepakatan politik di bawah meja demi mengejar cita-cita penghapusan perbudakan di tanah Amerika.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di rumah, Lincoln harus menghadapi sang istri, Mary Todd—yang mendapat sebutan mesra Molly dari sang Presiden—yang semakin murka kepada suaminya karena dia menganggap sang suami membiarkan putra sulung mereka ke medan perang untuk kemudian meregang nyawa. Pertengkaran dalam keluarga yang intens dan penuh rasa sakit ini tidak hanya menyentuh, tapi juga membuat kita paham apa yang dilalui sang Presiden yang kehilangan putranya yang kecil dan menghadapi istri yang menuduhnya tak cukup berkabung.

"Aku ingin bergulung ke dalam tanah, ke dalam peti mati anak kita. Bahkan hingga hari ini…," jawab Lincoln dengan suara bergetar. "Setiap hari, aku masih merasakan itu. Jadi jangan kautuduh aku tak berkabung."

Monolog yang perih, yang sekaligus memperlihatkan bahwa sesungguhnya Lincoln adalah penyendiri yang tahu, betapapun kawan-kawannya mendukung cita-cita Amerika yang membela hak asasi manusia, dia tetap seorang ayah yang sendirian, berkabung atas kepergian anaknya.

Daniel Day-Lewis adalah sebuah anu­ge­rah. Tokoh Lincoln semula akan diperan­kan Liam Neeson. Namun aktor yang meng­alami musibah pribadi itu memutuskan mundur dari proyek film besar ini dan tawaran diberikan kepada Daniel Day-Lewis, yang langsung saja masuk ke sosok Lincoln.

Bukan saja skenario Tony Kushner berhasil menciptakan dialog yang memancarkan zamannya, para politikus yang menggunakan kosakata dari bahasa Inggris formal di abad ke-19 sekaligus mampu menerobos ruang dan waktu agar penonton masa kini bisa melahapnya dengan nikmat. Dan Day-Lewis mengucapkan rangkaian kalimat demi kalimat itu dengan penuh kedalaman dan emosi yang intens, yang membuat penonton mengikat diri pada sosoknya hingga akhir film.

Meski pemain lain, seperti James Spader (sebagai William N. Bilbo yang menekan para anggota legislatif agar memilih Amendemen 13), David Strathairn (sebagai Secretary of State William H. Seward), dan Tommy Lee Jones (sebagai Thaddeus Stevens), tampil dengan segala sinar, fokus kita memang tetap pada Daniel Day-Lewis, yang berhasil meniupkan roh ke dalam Abraham Lincoln, yang selama ini hanyalah nama dalam buku sejarah Amerika.

Akhir dari film ini, yang sengaja tidak memvisualkan adegan penembakan Lincoln saat ia tengah menyaksikan pertunjukan teater, justru menarik karena merupakan sebuah keputusan yang menghindari eksploitasi fisik dan darah pada sosok yang sangat dicintai warganya itu. Di tangan Spielberg, di tubuh Daniel Day-Lewis, Lincoln yang tewas kemudian lahir kembali.

Leila S. Chudori

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

3 jam lalu

High School Musical. Dok. Disney+ Hotstar
5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

Daftar film Disney yang memiliki lagu ikonik tak terlupakan yang cocok untuk bernostalgia bersama keluarga dan sahabat.


8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

1 hari lalu

Sederet film Indonesia yang tayang di bioskop akan tayang di Netflix pada 2024. Dok. Netflix
8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

Tahun ini, Netflix menargetkan lebih dari 50 film Indonesia yang tayang di bioskop untuk masuk ke dalam platform, berikut 8 di antaranya.


Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

3 hari lalu

Don Lee atau Ma Dong Seok dalam film The Roundup: Punishment. Dok. ABO Entertainment
Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

Cerita film The Roundup: Punishment berpusat detektif Ma Seok do (Ma Dong Seok) yang bergabung dengan Tim Investigasi Siber


Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

5 hari lalu

The Tearsmith. Foto : Imdb
Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

Netflix mengumumkan tanggal tayang The Tearsmith, pada 4 April 2024


4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

6 hari lalu

Film Road House yang tayang di Prime Video. (dok. Prime Video)
4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

Road House (2024) merupakan konsep ulang dari film klasik tahun 1989 yang berjudul sama


10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

6 hari lalu

Poster Badarawuhi di Desa Penari. Foto: Instagram.
10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

Ada beberapa film di bioskop terbaru yang cocok Anda tonton. Di antaranya ada Godzilla x Kong: The New Empire hingga Badarawuhi.


Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

7 hari lalu

Aktor Koutaro Kakimoto (kiri), Velove Vexia, dan sutradara Hestu Saputra dalam Meet and Greet Film Hujan Bulan Juni di Jakarta, 1 November 2017. Film ini bercerita tentang kisah cinta dosen bernama Pingkan (Velove Vexia), dengan sang kekasih Sarwono (Adipati Dolken). Tempo/ Fakhri Hermansyah
Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono telah bermetamorfosa dalam banyak bentuk, mulai dari komik, novel, hingga film.


Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

8 hari lalu

Reza Rahadian dan BCL dalam film My Stupid Boss.  foto: dok. Falcon Pictures
Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

Selain Dian Sastro dan Nicholas Saputra, Indonesia punya pasangan aktor Reza Rahadian dan BCL yang kerap dipasangkan dalam film.


Yoo Seung Ho Tampil dalam Video Musik Day6 Welcome to the Show

9 hari lalu

Yoo Seung Ho. (Instagram/@yg_stage)
Yoo Seung Ho Tampil dalam Video Musik Day6 Welcome to the Show

Aktor Korea Selatan Yoo Seung Ho muncul dalam video musik Day6, Welcome to the Show


Daftar Film dan Drama Korea Terbaru di Vidio, Ada NCT Dream The Movie: In a Dream

9 hari lalu

NCT Dream gelar konser The Dream Show 2: In a Dream di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD pada 4-6 Maret 2023. Foto: Instagram/@dyandraglobal
Daftar Film dan Drama Korea Terbaru di Vidio, Ada NCT Dream The Movie: In a Dream

Sederet drama Korea hingga film dokumenter NCT Dream akan tayang di Vidio.