TEMPO.CO, Jakarta- Kini Thor bertugas menghadang Kekuatan Hitam yang ingin menggelapkan jagat raya. Meski gelap, film ini tetap mempertahankan adegan yang cerdas.
***
Ketika nama Alan Taylor diumumkan menjadi sutradara sekuel Thor menggantikan sutradara Kenneth Brannagh, maka harapan melesat setinggi langit. Bayangkan serial terkemuka The Soprano, Mad Men , Boardwalk Empire dan The Game of Thrones. Taylor adalah bagian dari tim sutradara semua serial televisi yang gelap, berdarah dan berisi manusia penuh kekejian itu. Maka kegelapan dan kekejian itu pula yang terbayang oleh para penggemar fanatik superhero.
Dan Thor 2 : The Dark World, meski tetap mempertahankan dialog yang cerkas dan lucu, memang sebuah film yang gelap. Paling tidak, film ini terasa ingin memiliki karakter yang gelap. Film dimulai pada sebuah masa lalu, 5000 tahun silam, ketika kekuatan hitam bernama Malekith (aktor Christopher Eccleston yang ditutup tata rias menjadi menjadi mahluk dengan hidung dan telinga serba lancip berwajah purba). Musuh terbesar para dewa Norse berambisi mengubah Nine Realms menjadi sebuah dunia yang tenggelam dalam kegelapan. Tetapi itu hanya bisa dilakukan dengan kekuatan bernama Aether, segumpal zat merah yang begitu dahsyat kekuatannya bisa menghancurkan seluruh kosmik. Bor, ayah Odin (eyang Thor) mencoba membasmi Malekith. Bahwa mereka kemudian ‘lahir’ kembali ribuan tahun kemudian, maka itu warisan yang perlu dibasmi generasi Thor.
Di masa kini, Thor yang tengah sibuk berperang menyatukan Nine Realms terpaksa ‘meninggalkan’ si cantik ilmuwan astrofisika Jane Foster (Natalie Portman) di bumi. Selama dua tahun berperang, Jane terus menerus mengulik di laboratorium menyelidiki perubahan alam semesta sembari mencari sang kekasihnya, Thor, yang telah menyerap bibirnya begitu rupa hingga ia tak bisa lagi berpaling pada lelaki lain (kasihan sekali si Charlie yang mengajaknya makan malam itu).
Ternyata Aether, zat merah itu menyusup masuk meminjam tubuh Jane Foster. Thor harus menyelamatkan Jane agar ‘kurcaci’ Malekith yang tak seperti kurcaci bentuknya itu tak membunuh ilmuwan kece yang dicintai itu. Zap, mereka terbang ke Asgard. Di sana, Ayahanda Odin (Anthony Hopkins) yang tua renta di atas tahta yang ingin dia serahkan pada Thor dan adinda Loki (Tom Hiddleston) di kurung di penjara karena pada masa lalu pada film pertama Thor dan The Avengers ketika Loki ingin menjungkalkan tahta Odin yang sudah disediakan untuk Abangnya, Thor.
Plot melindungi Jane Foster, tak bisa tidak, agak mengingatkan kita pada bagaimana jagat Twilight beramai-ramai melindungi si cantik Bella. Bella dan Jane sama-sama jelita, pasrah dan mortal dan sama-sama jatuh cinta pada lelaki berusia sangat panjang; meski kita akan tetap lebih berharap banyak kepada Natalie Portman yang lebih memiliki nyawa dan kemampuan seni peran daripada Kristen Stewart.
Tetapi piala Oscar Natalie Portman dari film Black Swan nampaknya tak bersinar di sini. Para penulis skenario yang jumlahnya sakhohah (baik yang tertulis dalam kreditasi maupun yang tidak) saling tambah menambah sehingga plot dan subplot begitu penuh berdesakan. Ada kisah utama perjuangan menghadang kejahatan Malekith yang bagaimanpun ingin menghisap Aether yang nebeng di tubuh Jane. Di tengah menghalangi invasi itu, beberapa korban jatuh dan bagian ini sebetulnya cukup menyentuh, meski sutradara Alan Taylor tak memberi porsi cukup untuk baba duka keluarga besar Odin itu.
Adegan laga justru menarik ketika melibatkan Frigga (Renne Russo), sang permaisuri atau Sif (Jaimie Alexander), sahabat Thor yang nampaknya juga mencintai Thor. Mereka semua angkat senjata demi keselamatan jagat raya dan juga si mungil Jane. Selebihnya, terus terang adegan laga di dalam serial Game of Thrones jauh lebih keras, efektif dan memiliki koreografi yang tertata. Sutradara Alan Taylor seperti diceburkan dalam permainan raksasa.
Pada babak kedua film ini, sutradara Taylor tampak rileks karena tokoh Loki muncul denga anggun dan menghibur. Dialog Loki yang sinis, lincah sekaligus menggigit membuat dia menjadi tokoh yang mencuri perhatian. Tak mengapa Thor adalah sosok yang gagah dengan setumpuk otot yang melembung di setiap lekukan tubuhnya, Loki sudah menjalankan peran sesuai fitrahnya: merebut posisi Thor dari tahta dan dari hati penonton. Dia mengejek, melepehkan kalimat penuh racun yang lezat sekaligus memperlihatkan bahwa sesungguhnya dia rela berkorban demi keselamatan Asgard. Adegan Loki berubah-ubah bentuk? Itu adalah puncak adegan yang sungguh menghibur.
Bahwa romansa Thor dan Jane diberi porsi yang minim, tetapi hubungan kedua tokoh ini tetap terasa intim dan hangat. Jika Sif yang gagah dan jago berkelahi itu diperlihatkan plarak-plirik cemburu melihat kemesraan Thor dan Jane, sudah dipastikan pada sekuel berikutnya akan ada cinta segitiga. Kisah cinta segitiga, jika tidak dieksekusi dengan plot yang unik, bakal bisa menjengkelkan. Tenang, bukankah selalu ada Loki yang bisa menjelma menjadi apa saja? Dia akan menjadi penyelamat adegan apapun, di manapun.
Ternyata di jagat raya yang gelap, bukan Thor, melainkan Loki yang membawa sinar harapan.
Leila S.Chudori
THOR, THE DARK WORLD
Sutradara : Alan Taylor
Skenario : Christopher Yost, Christopher Markus dan Stephen McFeely (Berdasarkan tokoh-tokoh Marvel DC)
Pemain : Chris Hemswerth, Natalie Portman, Tom Hiddleston, Stellan Skarsgård, Kat Dennings, Rene Russo dan Anthony Hopkins
Produksi : Marvel Studios