TEMPO.CO- Sebuah film thriller yang penuh adegan keji untuk penonton dewasa. Kerjasama yang intens antara tim Jepang dan Indonesia.
Sebuah kepala dibungkus plastik. Sepasang bibir berpoles gincu yang mencoba mengais oksigen. Seperangkat alat rekam yang ‘menatap’ dengan haus. Lalu, kepala dihantam. Darah muncrat ke layar Anda. Darah mengucur deras seperti keluar dari ledeng. Dan seterusnya.
Bagi mereka yang sudah menyaksikan Ruma Dara , film pertama duo Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel (dikenal dengan nama Mo Brothers) ini adegan yang ‘terlalu biasa’. Soal tokoh psikopat, perangkat pisau, palu dan peralatan penyiksaan yang menjadikan layar penuh dengan darah dan garis yang kemudian membuat kaburnya batas antara manusia dan binatang. Ini
Perempuan yang dihajar itu tak bernama. Lelaki keji itu bernama Nomura Shuhei (Kazuki Kitamura) seorang lelaki muda yang mengaku sebagai pengusaha. Tampan, berpakaian perlente, dengan mudah Nomura mengail perempuan muda mana saja untuk kemudian disiksa, diiris,dihajar dan hingga tewas. Seluruh proses itu diunggah ke internet hingga ada berjuta-juta orang dari berbagai pelosok dunia menyaksikannya, termasuk Bayu Aditya (Oka Antara), seorang wartawan investigasi di Jakarta.
Bayu, seorang lelaki yang gelisah karena ingin mengungkap kebobrokan seorang politikus busuk Dharma (Ray Sahetapy) kehidupan pribadinya (isteri dan anak) jadi berceceran dan kehidupan karirnya juga tak kunjung beres karena Dharma selalu saja lolos dari terkaman hukum. Akibat sebuah sergapan dua bajingan di malam yang busuk, Bayu akhirnya merasakan bagaimana dia bisa juga membunuh. Perlahan Bayu tertarik dengan sisi gelap Nomura. Mereka saling berbincang dan selangkah demi selangkah, dan saling mengunggah korban-korban masing-masing.
Meski ritme awal film ini agak lambat, setelah 30 menit, kita mulai merasakan deru adrenalin Nomura dan Bayu yang saling bertukar-tangkap. Ada rasa sakit, ada ketakutan. Struktur skenario terasa ketat dan padat, meski harus diakui bagian Jakarta lebih menggali psikologi tokoh Bayu dengan lebih dalam dan perkembangan karakter menjadi lebih jelas.
Saat menyaksikan film seperti Killers, ada satu istilah penting dalam genre ini yang perlu diingat: suspension of disbelief. Di dalam budaya pop, atau katakanlah dalam film, istilah ini ‘menuntut’ penonton mengabaikan realita dan untuk sejenak menerima realita pada layar film demi jalan cerita (dan atas nama hiburan). Dalam genre psychological thriller ditambah pula kata slasher seperti ini maka pertanyaan-pertanyaan realis seperti: wartawan macam apa yang tidak meliput setiap hari dan kerjanya mengunggah rekaman video melulu? Kenapa begitu banyak orang yang menghilang di Tokyo tidak diurus oleh polisi? Omong-omong apa sih persoalan antara Bayu dan Dina, kok yo masih cinta sudah pisahan begitu, dan seterusnya itu disimpan saja di lemari, karena itu bukan pertanyaan penting lagi. Menyaksikan film yang menegangkan, yang membuat kita duduk di tepi kursi sembari berharap tokoh Bayu tetap bertahan tentu membuat kita tak peduli lagi dengan serangkaian pertanyaan itu. Suspension of disbelief.
Dan karena itulah maka film ini berhasil menjadi sebuah film utuh yang dibuat dengan tangan yang rapi dan seni peran yang bersinar, kita tak heran film ini berhasil diseleksi untuk pemutaran pada Sundance Film Festival. Meski ada beberapa titik akhir yang mungkin sebuah homage bagi film Psycho, tapi secara keseluruhan, film ini menunjukkan kerjasama yang intens antara Ushiyama Takuji dan Timo Tjahjanto dalam penulisan skenario. Penyutradaraan yang paling berhasil adalah penanganan pada para aktor Jepang maupun Indonesia. Kazuki Kitamura yang menyajikan seorang psikopat berhadapan dengan Oka Antara yang tampil sebagai lelaki idealis yang semula gagap saat menemukan kegelapan dalam dirinya. Duet ini sungguh lezat. Duet antara Oka Antara dan Luna Maya sebagai isteripun sangat kuat. Oka Antara adalah seorang aktor yang mampu membolak-balikkan tubuh dan jiwa sesuai peran yang dituntut sutradara.
Leila S.Chudori
KILLERS
Sutradara : Mo Brothers (Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel)
Skenario : Ushiyama Takuji dan Timo Tjahjanto
Pemain : Kazuki Kitamura, Oka Antara, Rin Takanashi, Luna Maya, Ray Sahetapy