Arogansi (Politik) Jawa?

Jumat, 2 Agustus 2019 07:30 WIB

Siswa berpose dekat wayang Arjuna dari cerita Mahabharata saat mengunjungi Museum Wayang di Jakarta, 8 November 2018. REUTERS/Beawiharta

Seno Gumira Ajidarma
PanaJournal.com

Para pejabat tinggi dengan latar belakang kebudayaan Jawa mulai lagi ngomong Jawa di panggung (politik) nasional. Ini membuat saya teringat akan masa Orde Baru, ketika Soeharto meluncurkan kata gebuk, sampai begitu dikenal bagaikan sebuah kata dari bahasa Indonesia. Pada gilirannya, Joko Widodo menggunakan kata gebuk untuk maksud yang sama. Keduanya menyasar manuver politik "inkonstitusional", yang tentu saja akan dilakukan lawan politik mana pun tanpa harus menunggu jadwal pemilihan umum.

Saya kira, tidak semua manuver politik di luar forum resmi mesti disebut inkonstitusional, dan karena itu melanggar hukum, bukan? Partai politik ataupun lembaga non-politik memiliki-dan berhak menjalankan-proyek ideologisnya masing-masing. Namun kata gebuk itu menjadi ancaman terselubung, semacam tindakan preventif agar lawan politik mana pun mengurungkan "kreativitas yang tak diinginkan". Kata gebuk jelas membawa kode kekerasan, dan ini lebih layak mengundang kepedulian daripada sekadar menggugatnya sebagai kata yang kasar dan melanggar etiket kesantunan seorang pejabat publik.

Ini perlu saya sebutkan karena kode kekerasan juga terhadirkan melalui kata-kata yang tampaknya saja tanpa masalah, seperti ungkapan yang digunakan Jokowi berikut: lamun sira sekti, aja mateni; meskipun dikau sakti, jangan membunuh. Dalam dirinya sendiri, ini hanyalah nasihat yang baik. Dalam konteks politik kontemporer, sangat kuat opsi tafsiran: meskipun saya mampu, saya tidak akan membunuhmu (tapi jangan coba-coba).

Teks berbahasa Jawa ini kelengkapannya bersambung dengan: lamun sira banter, aja ndhisiki (meski dikau cepat, jangan menyalip); lamun sira pinter, aja minteri (meski dikau pandai, jangan-digunakan untuk-mengecoh). Sama saja, nasihat ini secara tak langsung menunjukkan superioritas dalam kompetisi. Artinya, ujaran ini ditujukan kepada yang lebih kuat, lebih cepat, dan lebih pandai, alias sang pemenang, agar kebijakannya sempurna-apalagi jika diucapkan sendiri.

Advertising
Advertising

Dalam berita utama The Jakarta Post, "Jokowi’s power play: ‘Aja matèni’", dapat diikuti tanggapan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Wasisto Raharjo Jati, yang disebut mendalami falsafah Jawa. Menurut dia, itulah cara Jokowi menggunakan bahasa perumpamaan untuk menyampaikan pesan langsung bahwa ia ingin merangkul lawan-lawan politiknya, karena dalam (budaya) politik Jawa tidak ada kemenangan absolut.

Jika dalam demokrasi keberadaan oposisi itu ideal, dalam politik Jawa, terdapatnya oposisi merupakan destabilisasi. Dalam pendapat Wasisto, jauh di lubuk hatinya (in his heart of hearts), Jokowi tidak ingin punya oposisi sama sekali, karena akan menciptakan "dua matahari" dan mengurangi daya kekuasaannya. Peluncuran teks berbahasa Jawa, lengkap dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia, itu disebut untuk menguji dan mengukur reaksi publik tentang bergabungnya oposisi dalam koalisi (Tehusijarana, 24 Juli 2019: 1).

Dari wacana ini terdapat beberapa masalah. Pertama, seberapa jauh "bahasa (politik) misterius" perlu ditanggapi dengan cara menebak-nebak apa maksudnya, jika dalam sistem politik terbaik, keterbukaan, kejelasan, ketegasan, dan kepastian jauh lebih mangkus dan sangkil daripada kata-kata bersayap tanpa argumentasi yang hanya memancing sensasi?

Kedua, seberapa jauh peluncuran teks bergambar Gatotkaca di dunia maya ini perlu disahihkan sebagai bahasa politik Jokowi, yang "ngomong secara tidak langsung sesuai dengan ke-jawa-annya", dan dengan itu menjadi sahih pula ditanggapi secara politis, baik yang diplomatis, oportunis, maupun "mendadak akademis"?

Ketiga, jika memang benar-dan semoga tidak benar-Jokowi dengan penuh kesadaran "memainkan Jawa" dalam politik Indonesia, bagaimanakah hal itu perlu diterima; dan tidakkah sebaliknya, lebih baik memberi peringatan, betapa kebijakan (budaya) politik terbaik sebagai presiden tentulah mengutamakan keindonesiaan di atas ke-jawa-an dan seterusnya?

Persoalannya, segala sesuatu yang berbau Jawa-ketika identitas "Jawa" masih terus terbongkar-telah menjadi kelewat eksotis dalam perbincangan politik. Hal itu sampai melahirkan simpulan yang genit dan kenes, dalam "pembuktian" bahwa segenap taktik dan strategi politik Jokowi bersumber dari ujaran semacam nglurug tanpa bala (menyerbu tanpa pasukan) ataupun menang tanpa ngasorake (menang tanpa mengalahkan).

Peristiwa dramatis dalam dunia politik sering lebih mahal harga sosial-ekonominya daripada jika berlangsung, misalnya, dalam ilmu susastra, yang seperti menjadi tempat lebih baik untuk membedahnya. Dalam konteks politik, prasangka arogansi Jawa sebagai kebudayaan terbaik, tercanggih, terdalam, terhalus, dan paling maju di antara budaya-budaya lain di Indonesia, akan sangat mudah dijangkitkan-dan ini berarti pemitosan Jawa sebagai manuver politik menjadi kontraproduktif.

Berita terkait

Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

19 jam lalu

Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

Presiden Joko Widodo mengungkapkan kekesalannya menyaksikan laga sepakbola Timnas Indonesia melawan Bahrain semalam.

Baca Selengkapnya

Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

3 hari lalu

Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

Pencopetan dilakukan dengan merobek tas milik korban saat mereka asyik dan fokus menonton Wayang Jogja Night Carnival

Baca Selengkapnya

Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

4 hari lalu

Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

Pertunjukan seni tari Sendratari Sang Ratu pada Desember di kawasan Pantai Parangtritis

Baca Selengkapnya

7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

6 hari lalu

7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

Tempat yang terlalu ramai dan objek wisata yang tiketnya harus dibeli berbulan-bulan sebelumnya adalah dua hal yang perlu diketahui sebelum ke Inggris

Baca Selengkapnya

Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

8 hari lalu

Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

Penurunan tekanan atmosfer di ketinggian dapat menyebabkan botol dan kaleng bertekanan bocor dan mengotori isi koper.

Baca Selengkapnya

HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

9 hari lalu

HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

Event HUT Kota Yogyakarta telah dipersiapkan mulai Oktober hingga Desember 2024 di berbagai titik.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

18 hari lalu

Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

IShowSpeed memulai pengalaman menaiki andong di seputaran Malioboro dan berhenti di Pasar Beringharjo.

Baca Selengkapnya

Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

28 hari lalu

Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

DPRD mempertimbangkan pilkada sehingga mengusulkan tiga calon penjabat gubernur Jakarta tanpa Heru Budi.

Baca Selengkapnya

Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

28 hari lalu

Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

Aktivitas pariwisata berangsur-angsur normal di Ha Long Bay Vietnam. Penduduk setempat dan petugas fungsional telah membersihkan area tersebut.

Baca Selengkapnya

Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

29 hari lalu

Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

Tren Airport Tray Aesthetic memperlihatkan nampan bandara berisi barang-barang pribadi yang ditata rapi di nampan berwarna abu-abu.

Baca Selengkapnya